Saya Akan Membuat Papa Mama Bangga, Meskipun Saya Hanya IRT

by - 4:56 AM

Papa, Mama, Aal dan Maryam

Papa Mama Ketika Bermain dengan Aal

Setiap orang tua pasti punya harapan yang tinggi pada anaknya. Begitu halnya juga dengan orang tua saya. Papa saya banting tulang bekerja sejak subuh hingga tengah malam supaya bisa menyekolahkan saya. Papa saya seorang PNS golongan rendah dan bertugas sebagai supir. Masih teringat dulu itu hampir setiap hari tidak pernah ketemu papa karena pergi pagi disaat kami belum bangun dan pulang tengah malam disaat kami sudah tidur. Ya, papa orang yang sangat loyal dan gigih dalam bekerja. Terang saja semua itu karena harapnnya agar anaknya bisa sekolah, kuliah, bekerja, dan hidup senang.

Keinginan papa saat itu agar saya bisa menjadi PNS bergolongan tinggi dan hidup senang. Tapi entah kenapa itu tidak masuk ke dalam hati saya, malah saya cenderung ogah banget menjadi PNS. Hehe. Tapi saya sangat memahami keinginan beliau yang menginginkan saya hidup senang.

Waktu terus berjalan.. Saya kuliah di Politeknik Negeri Batam jurusan Akuntansi. Jurusan ini juga rekomendasi dari papa karena menurut beliau jurusan ini bagus untuk mencari pekerjaan nanti. Meskipun agak kurang cocok dengan hati saya yang ingin sekali kuliah jurusan Psikologi, tapi saya tetap kuliah sebaik mungkin dan Alhamdulillah lulus dengan nilai Cumlaude. Saya juga sudah bekerja sebelum wisuda. Hampir tidak sempat menganggur, semenjak selesai magang di tingkat akhir kuliah saya langsung mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan swasta sebagai accountant ala2.. 😂

Alhamdulillah, papa sangat senang dengan semua pencapaian saya itu. Pada akhirnya saya wisuda, dilamar lalu menikah. Sangat cepat ya... Iya, saya menikah usia 22 tahun. Cita2 saya juga nih untuk menikah muda, Alhamdulillah Allah kabulkan dan orang tua saya juga sangat bahagia.

Tidak lama setelah menikah, saya diterima bekerja di BP Batam (Otorita Batam namanya dulu). Disini tempat papa saya bekerja dan saya menjadi honorer dan calon pegawai. Subhanallah, tempat ini juga menjadi keinginan saya untuk bekerja dan Allah mengizinkan saya berada disana. Bukan main orang tua saya bahagianya karena harapan mereka tercapai, begitu pula dengan saya.

Saya hamil setelah dua minggu saya bekerja disana. Saya mengambil keputusan untuk resign ketika anak saya lahir karena ingin mengurus sendiri anak kami. Itu keinginan dan cita2 saya tertinggi. Suami saya sangat mendukung, walaupun saat itu gaji saya lebih besar nominalnya dari pada gaji beliau yang masih dosen belum tetap. Tapi kami percaya Allah dan niat kami karena Allah, rejeki will follow. Di bulan2 ke tujuh kehamilan ini saya utarakan ke orang tua saya. Responnya? Nolak banget dong!

Beberapa hari saya lihat rasanya orang tua saya galau, terlebih papa. Berat hati beliau membiarkan saya menjadi Ibu Rumah Tangga (saja) ketika beliau sudah bersusah payah menyekolahkan saya.Tapi saya pun tidak henti meyakinkan beliau bahwa, "Tidak ada yang sia2 dari segala usaha papa menyekolahkan Yasti. Yasti berkeinginan keluar dan fokus membesarkan, merawat dan mendidik anak2 Yasti itu karena Yasti sudah papa sekolahkan. Makanya Yasti bisa berfikir seperti ini dan memilih menjadi  MADRASATUL ULA. Memang Yasti akan kehilangan gaji, tapi Yasti mengharapkan 'gaji' dari Allah. Menurut Yasti itu adalah 'gaji tertinggi' dari segala gaji dimanapun Yasti bekerja."

Papa tidak langsung menerima, papa memberikan pilihan, "Kerja saja, nanti papa mama yang menjaga anak Yasti, kita cari orang untuk bantu2 pekerjaan rumah, masak dan bersih2."
Entah kenapa dada saya sesak membayangkannya. Anak bayi yang "merepotkan" diasuh oleh mama yang tangannya suka terasa sakit bahkan kebas, papa yang juga sudah merasa cepat letih. Sekuat2nya tenaga mereka tapi mereka tetaplah orang tua yang sudah tidak sekuat dulu. Dan saya tidak mau memberikan tugas seberat itu kepada mereka.

"Yasti ngga mau anak Yasti diasuh papa mama. Papa mama itu kakek neneknya yang kerjaannya main aja dengan dia. Bukan repot ngurusin dia. Itu tugas Yasti. Mama kan sudah pernah kebagian tugas repot jaga Uda Wahyu (abang saya) dan Yasti. Sekarang giliran Yasti. Papa mama senangnya aja, bermain bersama cucu."
Mungkin dengan kata2 itu akhirnya mereka menerima keputusan saya meskipun berat.

Alhamdulillah rejeki memang follow, suami saya menjadi dosen tetap dan seakan2 gaji saya dipindahkan Allah ke penghasilan suami saya. Kebesaran Allah memang tidak diragukan lagi!

Papa mama saya mungkin awalnya ada rasa "malu" ketika orang2 tau anaknya keluar dari BP Batam dan menjadi IRT. Tapi saya biarkan saja dan bertekad akan membuat mereka bangga meskipun saya hanya IRT. Bertahun2 berlalu sampai anak pertama saya sudah besar, cerdas dan menyenangkan. Melalui dialah orang tua saya sadar, "Alhamdulillah cucuku dirawat dan dibesarkan langsung sama uminya. Dan kami (papa dan mama) bisa menikmati hari tua tanpa repot mengurus cucu dengan badan yang mulai lemah. Kasian teman2 papa harus ngurus cucunya saat anak2nya kerja, padahal mereka sudah suka sakit2an.."

Mendadak hati saya seperti disiram air sejuk. MasyaAllah harunya. Papa dan mama bangga dengan anaknya yang hanya IRT. Memang langkah ini tidaklah mudah. Tapi keyakinan saya yang sangat tinggi, walaupun HANYA IRT saya bertekad ingin membuat mereka bangga dan bahagia. Alhamdulillah mereka bangga berkata, "Anak perempuan saya tidak bekerja, dia IRT, dia menjaga dan mendidik anak2nya sendiri. Alhamdulillah saya bebas main sama cucu, mereka cerdas dan lucu2..". Itu adalah PENGHASILAN TERBESAR SAYA!

Ya, ini cerita hidup saya atas pilihan saya sendiri. Tentunya tiap orang mempunyai pilihan hidup dan cita2 masing2 ya.. Apapun pilihan dan cita2 kita haruslah Lillahita'ala.

Mohon maaf jika kepanjangan, hehe. Semoga ada yang bisa diambil manfaatnya dari kisah saya ini.. Aamiin ya Rabbal'alaamiin.

Terima kasih kepada Mbak Moniq, anggota Rumah Belajar Menulis IIP Batam. 😊

You May Also Like

12 comments

  1. Kagum padamu mbaak... semoga saya juga bisa membesarkan anak sendiri dengan baik dan membanggakan orangtua❤❤❤
    Barakallahu fiik...

    ReplyDelete
  2. Terimakasih sudah berbagi cerita mba jul,jd merasa banyak temannya. Sy juga blm rela membagi waktu u/profesi krn ingin sekali membuat kenangan n membersamai tumbuh kembang anak2💕

    ReplyDelete
  3. Saya juga akan bilang begini ke orang tua saya, tapi belum terucap heheh. Semangat mbk juli

    ReplyDelete
  4. Makasih mba Juliii, jd motivasi utk para IRT termasuk saya ..��

    ReplyDelete
  5. Geng IRT kita.
    Sihiyy.
    Semoga berkah ya ummu.
    Seneng deh atas plihannya.

    ReplyDelete