Jangan Marah-Marah, Ibu… #ReviewBuku Don’t Be Angry, Mom

by - 12:07 AM


Jangan Marah-Marah, Ibu… #ReviewBuku Don’t Be Angry, Mom - Upss, judulnya! Saya rasa, banyak ibu-ibu yang merasa tertunjuk dengan tulisan berwarna merah di cover buku ini. Tulisan itu merupakan judul buku karya dr. Nurul Afifah (@bundatalk), “DON’T BE ANGRY, MOM – Mendidik Anak Tanpa Marah”. Buku ini terbit pada bulan Januari 2019, covernya simple, warna putih menjadi warna yang dominan. Di depannya ada gambar seorang ibu yang sedang memeluk erat anaknya, membuat buku ini semakin menarik dan tampak bermakna sangat dalam.

Buku ini tidak terlalu tebal, hanya terdiri dari 164 halaman. Harusnya, tidak butuh waktu lama untuk membaca buku ini, ya. Harusnya. Hehehe. Menurut saya, buku ini sangat recommended untuk dibaca, khususnya untuk para ibu-ibu atau para calon ibu untuk menambah ilmu. Bahasa yang digunakan di dalam buku ini juga mudah dicerna, tidak menggurui, dan banyak menggunakan sudut pandang Islam sebagai pedoman utamanya.

Di bawah ini, saya akan menceritakan sedikit poin-poin yang terkandung di dalam buku “DON’T BE ANGRY, MOM” ini.  Setidaknya, teman-teman yang membaca artikel saya ini bisa mempertimbangkan, perlu atau tidak teman-teman memiliki dan membaca buku ini. =)

Menjadi seorang ibu itu tidak mudah. Jelas, jika mudah, cukup piring cantik yang menjadi hadiahnya. Bukan surga. Menjadi seorang ibu itu harus punya stok sabar yang luar biasa. Tidak ada istilah “sabar itu ada batasnya”, melainkan “sabar itu tak terbatas, luas, hanya kematian yang bisa menjadi batasnya”. Sedalam itu. Tapi, meskipun hati sudah bertekad untuk bersabar, sebagai manusia biasa pastilah pernah terlepas dalam mengontrol emosi. Akhirnya…kemarahan, bentakan, omelan, atau bahkan pukulan pun terjadi terhadap anak kita. Jika hal tersebut sudah terjadi, tidak ada yang lain selain penyesalan yang kita rasakan.

Kata-kata yang paling saya sukai.

Nah, di lembar pertama buku ini tertulis pesan singkat penulis untuk kita: For Parents, Salurkan Kemarahan Dengan Benar. Marah itu wajar, marah itu salah satu bentuk emosi dasar manusia. Hanya saja, kemarahan kita kadang ibarat peluru salah sasaran. Marahnya ke siapa, tapi siapa pula yang kena getahnya. Nah, sebelum masuk ke pembahasan lebih jauh, penulis mengajak kita untuk lebih mengenal, "apa itu marah?"

Buku ini mengingatkan saya kembali tentang apa itu marah, seperti apa marah yang wajar dan tidak wajar, serta sebab akibatnya kemarahan. Penulis menyajikannya secara detail, membuat saya intropeksi diri lebih dalam lagi. Saya tersentil, karena pernah marah dengan cara yang tidak semestinya, hanya karena hal-hal kecil. Saya akui.

Sudut pandang. Ini dia! 'Hal kecil bisa menjadi besar jika kita memandangnya dengan sudut pandang negatif'. Mungkin di situ letak kelemahan saya. Memperbaiki sudut pandang, bisa menjadi salah satu upaya untuk mencegah rasa marah dan meningkatkan kesabaran. Adakah yang pernah merasakan hal yang sama dengan saya?

Satu hal yang harus kita ingat bahwa anak-anak adalah peniru ulung. Jika kita kerap menjadi ibu yang gemar marah-marah, besar kemungkinan anak akan meniru. Orang tua, khususnya ibu, memang diharapkan bisa menahan amarahnya atau bisa mengatur emosinya. Itu yang dinamakan kecerdasan emosional. Di dalam buku ini tertulis pula bagaimana kiat-kiat meredam amarah. Redam amarah ibu lebih dulu tentunya, ya, baru kemudian kita mengajarkannya ke anak-anak.

Niat yang baik, namun disampaikan dengan cara yang kurang baik, tentu hasilnya pun kurang baik. Niat baik, tentu harus disampaikan dengan cara yang baik pula. Nah, apakah kemarahan adalah cara yang baik untuk mendidik? Tentu tidak.

Banyak orang tua yang menyalahgunakan kemarahan sebagai alat ajar meraka kepada anak-anak. "Memang harus kena marah dulu, biar dia mau dengar," atau "memang harus dipukul dulu ya, baru kamu mau diam di rumah," dan banyak lagi. Bagaimana menurut teman-teman? Bukankah cara itu justru malah menimbulkan luka di hatinya? Mungkin, saat itu memang cara itu berjalan sesuai keinginan kita. Anak nurut. Tapi, siapa yang tahu isi hatinya? Siapa yang tahu bagaimana keadaan sel-sel saraf di otaknya?

Di dalam buku ini juga dituliskan, bagaimana cara terbaik mendidik anak-anak dengan elegan, membangun kedisiplinan anak dan banyak lagi. Tentunya tanpa marah-marah, tanpa menoreh luka di dalam hati mereka.

Jangan marah-marah, Ibu. Baca buku "Don't Be Angry Mom, Mendidik Anak Tanpa Marah" untuk mengisi amunisi hati dan emosi. Untuk teman-teman yang ingin memiliki buku ini, saya tidak tahu, buku ini tersedia di Gramedia atau tidak. Untuk lebih mudahnya, kita bisa mendapatkan buku ini secara online di Shopee, Tokopedia atau semacamnya. Harganya nggak mahal, kok, sekitar Rp50.000-70.000.

Itulah dia, review singkat saya tentang buku karya dr. Nurul Afifah ini. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi pertimbangan teman-teman untuk memiliki dan membaca buku ini atau tidak. Saya harap, sih, miliki dan baca, ya! Hehehe. Saya bukan lagi promosi, lho, tapi honest review dari saya pribadi kalau buku ini recommeneded. Hihi.

Terima kasih sudah membaca dari awal sampai akhir... =)

You May Also Like

0 comments