Review Buku 'Jangan Panggil Aku Penulis', Kumpulan Kisah Dalam Menggapai Mimpi Menjadi Seorang Penulis

by - 3:50 PM


Review Buku "Jangan Panggil Aku Penulis", Kumpulan Kisah Dalam Menggapai Mimpi Menjadi Seorang Penulis - Buku "Jangan Panggil Aku Penulis" adalah buku antologi yang di dalamnya merupakan karya 16 orang penulis. Ke-16 penulis ini merupakan alumni Komunitas Menulis Online / KMO Club Batch 22 kelompok 7. Beberapa diantara mereka adalah penulis pemula, beberapa diantaranya juga merupakan penulis yang sudah pernah menelurkan beberapa karya.

Latar belakang ke-16 orang penulis tersebut sangat beragam, ada yang berprofesi sebagai seorang guru, pakerja pabrik, ibu rumah tangga, mahasiswa, bahkan kuli bangunan. Ya, ada abang-abang kuli bangunan... Keren, kan? Tulisannya juga nggak main-main, lho! Beliau benar-benar membuktikan bahwa apapun profesinya saat ini, kita semua berhak bermimpi menjadi penulis dan bisa mewujudkannya!

Saya berada di salah satu penulis buku "Jangan Panggil Penulis" ini. Saya bangga berada di antara mereka, mereka adalah teman-teman baru bahkan keluarga baru yang senantiasa memotivasi dan mengingatkan saya untuk selalu menulis dan menulis terus. Saya tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka, namun mereka selalu ada memberikan suntikan semangat dikala semangat saya memudar.

Balik lagi membahas buku "Jangan Panggil Aku Penulis"...

Di buku ini, masing-masing penulis bercerita tentang  impiannya menjadi penulis, mengapa mereka ingin menjadi penulis, hambatan-hambatan yang membuat mereka ingin menyerah menjadi penulis, dan pencapaian-pencapaian mereka yang akhirnya berhasil menjadi seorang penulis. Buku ini adalah salah satu pencapaian langkah kami meraih mimpi agar bisa terbang lebih tinggi lagi.

Membaca buku ini membuat saya semakin termotivasi untuk terus menulis dan menulis lagi, menuntaskan karya buku solo yang sempat tertidur rapi. Membaca buku ini menyadarkan saya kembali, bahwa menulis adalah cara kita mengikat ilmu agar abadi, dan menulis adalah cara kita untuk menebar manfaat ke orang banyak hanya dengan ujung jari.

Di buku ini juga mengingatkan saya untuk menulis hal yang baik-baik saja, karena apa yang kita tulis itu sangat berdampak besar bagi yang membaca. Seperti kata founder KMO, Kak Tendi Murti, "Sekecil apapun tulisan yang kita buat akan memberikan pengaruh bagi pembaca. Mempengaruhi satu orang menyebabkan perubahan, perubahan banyak orang dapat mengubah peradaban."

Saya rekomendasikan buku ini untuk kalian yang mempunyai impian menjadi seorang penulis, suka nulis tapi merasa nggak bisa nulis, pengen jadi penulis tapi merasa tulisannya kurang bagus, pengen jadi penulis tapi bingung untuk memulai. Baca buku ini dan yuk..bersama-sama kita gapai mimpi!

JANGAN PANGGIL AKU PENULIS...BILA TIDAK MAMPU MENAKLUKKAN DUNIA LITERASI...




Detail Buku
Judul: Jangan Panggil Aku Penulis
Penulis: 16 Alumni KMO Club Batch 22 Kelompok 7
Desain Cover: Lina Hanifah
Editor: KMO Indonesia
Diterbitkan Oleh: KMO Indonesia
Cetakan Pertama, Juni 2020
181 Halaman; 14x20cm
Harga: Rp69.000
Pemesanan via WA 083184213939 (Juli)

You May Also Like

7 comments

  1. di alenia ke 7 nih mengingatkan saya ke drama korea
    aku pernah lihat drakor psikopat diary klo gak salah judulnya. dia orang baik-baik, bisa dibilang orang terbaik dikorea. tapi bacaannya adalah terkait pembunuhan-pembunuhan sadis dan terkait psikologi.
    suatu hari dia melihat dengan mata sendiri pembunuhan dengan sadis, dia shock dan setelah itu lari dan tiba-tiba brak dia jatuh hilang ingatan. dan ditolong polisi. dan waktu itu dia mengantongi diary dari si pembunuh.

    Dengan dia membawa diary pembunuh itu akhirnya dai menganggap diary itu adalah miliknya.

    OK kan sempurna klo dibisa dibilang.
    1. dia punya materi dari bacaannya
    2. dia menganggap Diary Pembunuh itu adalah milik nya.

    tapi sayangnya kemasan dari drama ini adalah tidak full misteri kriminal tapi 75% komedi.
    jadi serem serem ngakak.

    Ok karakter itu kan dibentuk ya.
    dalam kontek paragraf 7 ini kan ngebentuk karakter yang baik, dengan tulisan yang baik.

    tapi tulisan dengan genre kriminal misalnya akan tidak punya arti dong?
    atau gimana sih menulis yang baik baik saja itu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, saya pernah dengar judul drama Korea itu, tapi belum nonton. Hehehe.

      Kalau ngomongin diary, mungkin beda ya sama tulisan untuk publik. Diary lebih privat, menurut saya. Kalau tulisan untuk dibagikan ke publik, atau untuk dibaca orang banyak, ya menulis yang baik-baik saja, yang bisa membawa pengaruh baik bagi pembacanya, jangan hoax, jangan ujaran kebencian. Kalau menulis novel bergenre kriminal misalnya, adakah pesan baik di balik cerita kriminal tersebut? Apakah malah ajakan tersirat untuk berbuat kriminal, balas dendam atau semacamnya?

      Berbeda juga dengan tulisan di berita tentang kriminal, tulisan di berita tentang kriminal ya tujuannya menyampaikan informasi. Ini loh, si A melakukan pembunuhan, maka ia dikenai hukuman sekian tahun penjara, misalnya.

      Seperti itu..... :)

      Delete
    2. sederhannya enime series conan. dia kan genrenya misteri dan mengambil sisi kriminal kan?
      dia kayak pisau kan ya, kadang tulisan tidak secara gamblang nilai persuasinya. artinya pisau bias buat materi membunuh, atau materi mengungkap pembunuhan. tergantung konsumen menggunakan motivasi itu.

      tapi kalau tulisan yang baik-baik saja adalah tulisan terkait genre bukan cara penulisan. maka tempat genre misteri kriminal ada dimana? "karena apa yang kita tulis itu sangat berdampak besar bagi yang membaca."

      emang sulit sih, paling aman ya buat tulisan yang g macem2. tapi masalahnya ada kecerdasan yang ingin eksplore genre misteri crime.

      Delete
    3. -Seperti kata founder KMO, Kak Tendi Murti, "Sekecil apapun tulisan yang kita buat akan memberikan pengaruh bagi pembaca. Mempengaruhi satu orang menyebabkan perubahan, perubahan banyak orang dapat mengubah peradaban."-

      Saya hanya setuju dengan pendapat Kak Tendi Murti di atas. Buat saya, saya mau menulis yang "baik-baik saja" seperti sharing ilmu, sharing pengalaman, motivasi dan semacamnya saja.

      Misalnya, di blog ini saya menulis ttg pengalaman parenting. Jika 1-2 orang saja pembaca yang juga mengikuti beberapa tips parenting dari saya, kan Alhamdulillah jadi bermanfaat dan amal jariyah insyaa Allah.

      Untuk para penulis ber-genre lainnya, ya bebas-bebas saja berkreasi susuai jalannya. Mereka pasti punya tujuan sendiri untuk menulis mistery/crime/dll. Kenapa harus ribet kita bahas? Hehehe.

      Tiap tulisan akan menemukan pembacanya.
      Dan tiap penulis akan mempertanggungjawabkan tulisannya.

      Delete
  2. Apapun itu, banggalah atas segala pencapaian yang sudah kita dapat. Kita ingat bagaimana saat berjuang mengalahkan ribuan orang yang ingin mengikuti kelas, mengikuti materi demi materi dengan berbagai macam tugas didalamnya.

    Disaat orang lain terlelap dalam tidur sambil menunggu sahur, kita sudah berkutat dengan tugas SARKAT, berjuang melawan kantuk dan rasa malas kita.

    Kita datang dari berbagai macam karakter dan ragam profesi, menyatukan ego diri masing-masing dalam satu kelompok, itu bukan hal yang mudah. Biarkan orang mengutarakan apa yang menurut mereka benar, karena, jika kita cari pembenaran, semua pasti bilang mereka benar.

    Percaya akan diri kita tanpa harus menghakimi orang lain. Kita adalah siapa diri kita dalam cermin ketidaksukaan orang pada diri kita. Kita ini masih belajar merangkai kata, jika kata kita masih banyak kesalahan, cukup kita koreksi, kita pahami lalu buat itu sebagai bagian perjalanan menulis kita.

    Semangat dan terus semangat, hanya itu yang bisa kita tunjukan pada mereka semua.

    😊

    ReplyDelete
  3. Eeeeng iiing eeeng. Kuli bangunan hadir. Hihi jadi malu aku.

    Kata-kata Coach Tendi salah satu alasan kenapa bapak aku memutuskan menjadi penulis. Sekecil apa pun tulisan akan memberi pengaruh bagi yang membaca. Karenanya aku ingin ikut berkontribusi memberi pengaruh positif.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh, ada babang kuli bangunan yang inspiratif ..... Lanjutkan bang!!!

      Delete