• Home
  • About Me
  • Category
    • Sharing
    • Info & Tips
    • Parenting
    • Family
    • Homeschooling
    • Review
    • Traveling
    • Tentang Buku
    • Gelora Madani Batam
    • Event
Youtube Instagram Twitter Facebook

Cerita Umi


Apa Sih Yang Dimaksud Dengan Baby Blues Syndrome? Ini Dia Penjelasannya - Kebanyakan wanita pasca melahirkan itu akan mengalami mood swing yang cukup parah. Kondisi tersebut juga kerap disebut dengan nama baby blues syndrome, dimana anda akan merasakan banyak emosi seperti rasa senang, terharu, sedih, dan merasa khawatir. Baby blues syndrome itu sedniri merupakan sebuha kondisi yang dialami para wanita pasca melahirkan, yang berupa munculnya berbagai perasaan gundah dan sedih berlebihan. Pada umumnya, kondisi ini akan semakin memburu di hari 3 -4 pasca melahirkan dan hanya akan terjadi pada 14 hari pertama pasca melahirkan.

Maka dari itu, bunda dianjurkan untuk segera berkonsultasi ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat mengenai masalah baby blues syndrome tersebut. Jika gejala yang bunda alami terjadi lebih dari 14 hari, hal tersebut ditakutkan akan mengarah pada kondisi postpartum depression. Lantas, apakah yang menjadi penyebabnya?

Penyebab Baby Blues Syndrome Yang Harus Bunda Ketahui

Berdasarkan dari hasil penelitian, kondisi yang dialami ibu pasca melahirkan itu dikarenakan oleh perubahan hormone dalam tubuh. Ketika hamil, biasanya mereka akan mengalami banyak perubahan mulai dari bentuk fisik, non fisik, hormone, dan emosional. Pasca melahirkan, maka akan ada perubahan hormone di dalam tubuh yang bisa mempengaruhi perasaan bunda. Penurunan kadar esterogen dan progesterone maupun hormone lainnya yang diproduksi kelenjar tiroid, tentu saja dapat menyebabkan bunda menjadi mudah lelah, mudah marah, mudah gelisah, bahkan hingga depresi.

Tak hanya hormone, faktor kelelehan karena merawat si kecil yang baru saja lahir juga dapat menjadi penyebab dari munculnya kondisi baby blues syndrome. Perubahan pola hidup yang dialami bunda pasca melahirkan itu dapat menyebabkan bunda merasa depresi. Alhasil, muncullah beberapa perasaan seperti rasa cemas, gelisah, dan ketakutan karena merasa tidak mampu merawat serta membesarkan anak dengan baik. Adapun mengenai beberapa gejala baby blues syndrome yang akan bunda alami seperti dibawah ini :

- Muncul rasa sedih yang bisa menyebabkan anda menangis dan merasa depresi.
- Emosi menjadil labil, sehingga anda mudah marah dan muncul rasa takut tanpa alasan yang jelas.
- Merasa kelelahan, sulit tidur, dan sering sakit kepala.
- Muncul rasa gelisah dan merasa kurang percaya diri.

Cara Mengatasi Baby Blues Syndrome:

1. Melakukan persiapan melahirkan mulai dari fisik, mental, dan materil. Saat bunda siap melahirkan, maka rasa cemas tersebut tidak akan ada membuat bunda merasa tertekan bahkan cenderung bahagia.

2. Carilah informasi sebanyak mungkin mengenai persalinan, dikarenakan hal tersebut sangatlah penting dilakukan agar bunda tidak merasa kaget saat merawat si kecil. Akan jauh lebih baik lagi jika hal ini di konsultasikan dengan dokter kandungan, mengenai bagaimana cara merawat dan menjaga kesehatan bayi yang baru lahir. Dengan demikian, maka kondisi baby blues syndrome ini tidak akan menghampiri bunda.

3. Berbagi beban bersama suami bunda merupakan salah satu cara terbaik untuk menghindari baby blues syndrome. Ya, disini bunda bisa membicarakan berbagai permasalahan mengenai cara merawat si kecil, serta berbagi tanggung jawab dengan suami bunda.

4. Selalu memperhatikan pola makan dan istirahat yang cukup, agar kondisi tubuh bunda tetap sehat.

Demikianlah ulasan singkat mengenai pengertian tentang baby blues syndrome, yang semoga saja bisa dijadikan inspirasi terutama bagi bunda yang sedang hamil.
   
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Jaga Kesehatan Ibu Ketika Anak Sakit - (11/3/2019 22.00 wib) Hati ibu mana yang tidak hancur ketika melihat anaknya terbaring lemah tak berdaya. Bahkan ketika jarum infus menusuk pembuluh darahnya saja dia tak sanggup bereaksi. Diam. Pasrah.

Hari itu mendadak menjadi hari yang paling menyedihkan bagi kami. Anak kedua kami, Maryam, yang dimalam hari masih bermain aktif dan ceria, tiba-tiba muntah 15 kali berturut-turut dan langsung melemah. Isi perutnya keluar. Bahkan dikasih minum air putih juga ditolak oleh perutnya.

Tanpa berfikir panjang, kami langsung membawanya ke IGD rumah sakit terdekat, Rumah Sakit Elisabeth Batam Kota. Setelah diperiksa, Maryam mengalami infeksi di pencernaannya hingga dia mengalami gejala dehidrasi ringan-sedang. Karena semua isi perutnya keluar, cairan di tubuhnya sangat kurang karena memang sama sekali tidak bisa menerima minuman.

Sore menjelang malam harinya, Aal dan Maryam meminum jus apel. Menurut dokter, bisa jadi itu penyebabnya, karena seharian itu kami hanya makan makanan runah saja. Akhirnya rawat inap menjadi salah satu pilihan, sebenarnya dokter memperbolehkan kami untuk rawat jalan dulu. Tapi melihat kondisi Maryam yang minuman saja dimuntahinya, kami pikir rawat inap yang paling aman. Kami tidak mau ambil resiko terlalu berat, dia sudah terlihat lemah dan memucat.


Infus dipasang, sample darah juga diambil untuk dilakukan tes lebih lanjut tentang info penyakitnya. Dia hanya diam, mengedipkan mata saja seperti terlihat berat baginya. Sampai akhirnya dia tertidur sendiri tanpa menyusu (dia masih menyusu ASI). Jam 00.30, saya agak tenang melihatnya sudah mulai terlelap dan tidak lagi muntah. Ternyata obat muntah sudah masuk ke dalam darahnya lewat infus sejak awal tadi. Alhamdulillah. Saya bisa tidur nyenyak, pikir saya.

Baru saja mau tertidur, anak pertama saya, Al Fatih (AAL) tampak gelisah. Dia memegang perutnya dan mengatakan kalau perutnya sakit. Oh Ya Allah, kenapa lagi ini.. Dia muntah. Hati saya remuk lagi. Dua kali, tiga kali, empat kali, hingga enam kali. Saya langsung meminta suami untuk membawanya ke bawah (IGD), kebetulan kami berempat masih di rumah sakit, di kamar inap adik Maryam. Saat itu waktu sekitar jam 2 pagi. Syukurnya malam itu tidak ada yang menyuruh Aal pulang, secara aturannya anak di bawah 10 tahun dilarang masuk ke area rawat inap.

Pergilah Aal dan Abinya ke IGD, saya berdoa semoga dia baik-baik saja. Maryam masih tampak pulas dalam tidurnya, dia tenang, tidak risih dengan tangannya yang terlilit papan penahan infusnya. Semoga dia bersahabat dengan benda itu sampai nanti dia sembuh, begitu harapan saya.


Setelah beberapa lama, Aal dan Abinya datang membawa obat dan beberapa roti yang mereka beli di Alfamart 24 jam di seberang rumah sakit. Alhamdulillah Aal mau makan beberapa gigit roti dan meminum obatnya. Tak lama, dia tertidur. Sedikit lega hati saya. Saya pun ikut tidur.

Pagi pun tiba, Maryam bangun dan menyadari ada benda asing di tangannya. Dia sempat ingin membuka infusnya, saya tahan dengan tenang. Saya katakan bahwa di tangannya ada alat yang bertugas untuk menghilangkan kuman-kuman penyakit di tubuhnya. Alhamdulillah dia mengerti dan menerima.

Saat hari menjelang siang, Aal buang air besar dan cair. Muntahnya sudah tidak lagi, tapi dia malah bolak balik ke toilet, bahkan sampai tak tertahankan. Kasihan. Kasihan juga Abinya yang menggendongnya bolak balik ke toilet, bahkan beberapa kali bocor karena tidak bisa dia tahan lagi. Akhirnya kami putuskan untuk membawa Aal ke klinik BPJS tempat kami biasa berobat untuk mengobati diarenya. Selama itu kami sampai memakaikannya diapers adiknya, supaya tidak repot harus lari-lari ke toilet.

Aal sudah tidak boleh lagi masuk ke ruangan inap adiknya karena memang aturannya anak di bawah 10 tahun dilarang masuk. Dia diambil alih oleh Mama dan Papanya (kakek/nenek). Perlahan, Alhamdulillah frekuensi dierenya semakin berkurang dan membaik. Maryam juga tampak lebih segar, tidak ada lagi muntah, dia juga tidak diare. Hanya saja, dia belum mau makan. Makan sesuap dua suap saja, sudah, dia sudah tidak mau lagi.

Di hari kedua menemani Maryam di rumah sakit, paginya saya pusing, perut juga tidak enak. Saya rasa saya masuk angin. Saya bergegas mencari makanan di kantin rumah sakit. Setelah makan, badan belum juga terasa segar. Saat itu hanya ada saya dan Maryam di kamar, saya muntah. Dua kali, tiga kali empat kali. Maryam sampai bertanya, "Umi kenapa?" Saya hanya bisa melambaikan tangan sambil menahan perut yang mual dan pedih sambil menahan tangis.

Perus saya kosong lagi dan pedih menekan ke ulu hati. Astaghfirullah. Saya khawatir jika saya jatuh sakit, siapa yang akan menjaga Maryam? Saya minum lagi air putih hangat. Saya muntah lagi. Duh, pikiran saya entah kemana-mana. Sempat pula terpikir saya akan dirawat berdua bersama Maryam di satu kamar ini. Kebetulan jatah kami sekamar berdua, dan kasur sebelah kami lagi kosong.

Segera saya hempas pikiran itu dan saya bertekad bahwa saya harus kuat. Saya lihat wajah Maryam yang tampak khawatir melihat saya yang juga hanya berbaring lemah di sebelahnya. Tiba-tiba Maryam buang air besar dan hanya ada saya di situ saat itu. Saya kuat-kuatkan badan saya untuk membersihkannya. Kepala saya pusing, ulu hati saya pedih. Berjalan ke toilet saja sambil membungkuk, saya juga sambil menuntun Maryam dan membawa botol infusnya.

Setelah itu, saya minta agar Abinya segera datang karena saya mau berobat. Abinya pergi kerja, syukurnya rumah sakit tidak jauh dari tempat Abinya bekerja. Tak lama, Abinya pun datang dan menggantikan saya menjaga Maryam.

Saya langsung menyerahkan diri saya ke IGD. Alhamdulillah, petugas rumah sakit menerima saya dengan baik dan merawat saya dengan sangat baik. Maag dan asam lambung saya naik, setelah sekian lama ia tidak kumat. Dokter memberikan saya obat lewat injeksi (suntikan). Saat itu saya pasrah, terserah, asal saya cepat sembuh dan bisa menjaga dan merawat anak saya lagi.

Cuss, masuklah obat itu ke dalam pembuluh darah saya. Beberapa lama saya dibiarkan di tempat tidur IGD, menunggu obatnya bekerja. Lama kelamaan, perut saya terasa lebih baik dan saya dizinkan meninggalkan ruangan IGD. Alhamdulillah, tidak sepusing tadi, perut saya juga sudah tidak sepedih tadi.

Saya juga makan makanan rumah sakit sisa Maryam, dia belum selera makan dan makanannya banyak tersisa. Saya banyak minum air putih hangat dan rutin meminum obatnya. Alhamdulillah, perut saya lebih baik, jauh lebih baik.

Aal juga lebih baik, dia dirawat Papa dan Mama. Alhamdulillah Aal tetap mau makan, minum dan rutin meminum obatnya. Maryam juga tampak lebih baik, hanya nafsu makannya saja yang belum kembali seperti biasanya. Alhamdulillah.

Di hari keempat, Maryam diperbolehkan pulang. Senangnya! Rindu sekali berkumpul lagi. Terpisah dengan Aal sangat menyedihkan, membayangkannya tidur sendirian tanpa Umi, Abi dan adiknya juga membuat saya sedih. Hmm, meskipun dia tidur ditemani Papa dan Mama, tapi hatinya pasti terasa sepi.

Bagaimana tidak, moment sebelum tidur itu biasanya moment yang ceria bagi kami. Dia selalu minta saya puk-puk pahanya sebelum tidur, bercanda-canda, colek-colek adiknya sambil cekikikan. Bersama Papa Mama dia tidak mau ditidurkan sama sekali, dia hanya termenung-menung sendiri sampai akhirnya dia tertidur sendiri. Huhu, sedih.

Syukur Alhamdulillah ketika kami berkumpul lagi. Maryam pulang, dia rindu dengan Mamas Aal dan mainannya. Begitu pula Aal. Kami tidur bersama lagi. Sebelum tidur, terlontar kata-kata dari mulut Aal, "Umi, Aal sedih kalau nggak sama-sama Umi, Abi dan Adik.." MasyaAllah. Saya langsung peluk dia dan bersyukur karena hari itu kami bersama lagi dan dia tidak sedih lagi.

Alhamdulillah Alhamdulillah.
Sehat-sehat yaaa para kesayangan Umi..


Anak Sakit, Ibu Jangan Ikut Sakit!

Satu hal yang mau saya bagikan kepada teman-teman, khususnya para ibu. Kita itu ibarat pohon, ibu batangnya, anak-anak rantingnya. Rantingnya patah, pohon masih bisa berdiri tegak. Tapi kalau batangnya yang patah, rantingnya ikutan jatuh dan robohlah pohon itu.

Jaga kesehatan, Bu.. Terlebih ketika si anak sakit. Khawatir atau sedihmu jangan menjadi alasan untuk menunda makan, minum dan istirahatmu. Perkuat amunisi seperti banyak minum air putih, makan teratur dan istirahat yang cukup supaya tetap kuat menopang ranting-rantingmu yang sedang patah.

Semoga kita dan keluarga kita senantiasa diberikan kesehatan, dijauhkan dari musibah, bahagia dan selalu bersyukur yaa.. Aamiin, aamiin ya Rabbal'alaamiin.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Cara Mendisiplinkan Anak Dengan Cinta - Hari itu adalah hari yang sangat berkesan bagi saya. Hadir di sebuah seminar parenting yang luar biasa menguras emosi, hati dan perasaan saya sebagai seorang ibu yang belum sempurna. Tema seminarnya adalah Mendisiplinkan Anak Dengan Cinta, bertempat di aula lantai 4 Kantor Walikota pada tanggal 10 Maret 2019 jam 09.00 sd 12.00 wib.

Sesungguhnya saya butuh waktu lebih dari 3 jam untuk berada di seminar itu dan duduk tenang mendengarkan Emak Fitri bercerita penuh faedah. Duduk tenang? Ya, kebetulan hari itu saya tidak membawa serta anak-anak dan bisa fokus menyimak materi seminar dengan seksama.

Tentang Roemah Emak

Sebelum saya bahas sedikit tentang materi yang saya dapat di seminar tersebut, ada baiknya saya memperkenalkan komunitas Roemah Emak ini lebih dulu. Meskipun saya belum terlalu dalam mengenal Roemah Emak, tapi semoga lumayan bisa memberikan informasi kepada yang membaca tulisan ini ya.

Nama lengkap beliau adalah Safithrie Sutrisno, atau panggilan sederhananya adalah Emak Fitri. Beliau adalah founder Komunitas Roemah Emak, komunitas yang menjadi wadah belajar para emak dan ayah dalam hal pengasuhan anak (parenting). Tidak hanya itu, di Roemah Emak ini juga beberapa pelatihan seperti self emotional healing, teacher coach, dan marriage consultant. MasyaAllah, keren, kan?

MENDISIPLINKAN ANAK DENGAN CINTA

Bicara tentang disiplin, apa sih sebenarnya disiplin itu? Disiplin itu menanamkan kebiasaan baik yang akhirnya berlaku secara terus menerus. Disiplin itu bersifat intristik, dari dalam hati, bukan sebuah paksaan. Disiplin itu membentuk kepribadian dan pengendalian diri. Disiplin itu adalah pernyataan cinta.

Pertanyaannya, apakah ibu dan ayahnya SUDAH DISIPLIN?

Kalau belum, yuk lahh mari kita belajar disiplin bersama dengan anak-anak dan jangan berekspektasi terlalu tinggi kepada anak agar bisa disiplin dalam waktu yang singkat.

Sebelum masuk ke pembahasan tentang disiplin lebih dalam, sudahkah kita ketahui bahwa anak-anak berhak mendapatkan 5 hal terbaik dari kita orang tuanya? 5 hal terbaik tersebut antara lain:

1. Cinta Terbaik
2. Waktu Terbaik
3. Senyum Terbaik
4. Kata Terbaik
5. Sikap Terbaik

Sudahkah kita memberikan 5 hal tersebut kepada mereka? Atau selama ini yang ada hanya bentakan dan teriakan saja yang mereka dapatkan dari kita?

Hmm, banyak diantara kami yang tersentuh dan akhirnya menangis mengingat hal ini. Selama ini kita berharap anak mau mendengarkan perkataan kita, mengikuti nasihat kita, kita marah ketika mereka tidak mau menuruti semua itu, kita teriaki mereka ketika mereka berbuat ulah yang tak sesuai dengan harapan kita.

Cara itu keliru, cara itu salah. Sesuatu yang baik harus disampaikan dengan cara yang baik pula, dengan cinta, dengan memenuhi hal-hal terbaik yang memang sudah menjadi hak mereka untuk mendapatkannya.

"Sabar adalah kunci dan sabar itu tidak berbatas." - Emak Fitri -

Mendisiplinkan Anak Itu Bermula Dari Komunikasi Yang Tepat

Sebagai seorang ibu, seharusnya kita mau mempelajari bagaimana membangun komunikasi yang menyenangkan untuk anak-anak. Seperti apa komunikasi sudah menyenangkan itu? Yaitu ketika komunikasi mampu menciptakan hubungan yang lebih baik dengan lawan bicara kita, dalam hal ini adalah anak.

Kalau komunikasi kita membuat orang malas mendengar, acuh atau bahkan malah memberontak terhadap kita, itu berarti kita perlu mengevaluasi kembali cara komunikasi kita menjadi komunikasi yang positif. Komunikasi yang positif akan membuat komunikasi menjadi menyenangkan, komunikasi yang positif akan memudahkan pesan diterima oleh lawan bicara kita, dan anak akan belajar menyampaikan sesuatu dengan cara yang positif pula.

Membangun komunikasi positif dengan 3 kunci, yaitu:
1. Intonasi suara
2. Pilihan kata-kata
3. Bahasa tubuh

"Dek, ambil itu, cepat!", atau
"Dek, boleh tolong Umi ambilkan itu?"

Kira-kira pilihan kata mana yang lebih nyaman dan pantas untuk didengar?

Komunikasi bukanlah tentang 'apa yang kita sampaikan', melainkan 'apa yang ditangkap oleh lawan bicara kita'.

Langkah-Langkah Membangun Disiplin

1. Komunikasi yang tepat

Di atas sudah kita bahas sedikit tentang komunikasi. Sebagai tambahan, dalam berkomunikasi kita juga harus mempelajari strategi bicara, dalam hal ini adalah bentuk penyampaian. Apakah kita menyampaikan sebuah perintah, permintaan, atau negosiasi. Sampaikan dengan jelas dan tetap jaga 3 kunci komunikasi positif.

2. Konsistensi

Saraf-saraf otak anak bersambung dengan pesat disaat usianya 0-6 tahun. Di saat inilah kesempatan kita menanamkan hal baik dengan cara yang baik secara konsisten agar hal baik tersebut tersambung kuat di dalam saraf otaknya. Namun jika sekali saja kita sampaikan hal baik dengan cara yang kurang baik (kasar, teriakan atau bentakan), maka seketika saraf itu akan putus dan kita harus memulainya dari awal lagi.

"Sabar adalah kunci dan sabar itu tidak berbatas." - Emak Fitri -

3. Konsekuensi

Berikan konsekuensi (yang berhubungan dengan perkara) dan izinkan anak berbuat kesalahan. Misalnya, ketika kita membangunkan anak untuk pergi ke sekolah, sepakati bersama bahwa kita hanya akan membangunkannya sebanyak 3 kali. Jika ia tidak juga bangun setelah 3 kali dibangunkan, maka konsekuensinya kita tidak akan membangunkannya lagi tapi dia tetap harus pergi sekolah.

Selanjutnya, biarkan ia melakukan kesalahan, yaitu terlambat tiba di sekolah. Tentu pihak sekolah punya kebijakan sendiri tentang konsekuesi jika terlambat datang ke sekolah, beridiri di depan kelas misalnya, atau lain sebagainya. Ajarkan anak agar berlapang dada menerima konsekuensi dari keterlambatannya.

4. Kreatif & fleksibel

Membangun disiplin juga harus kreatif agar suasana lebih menyenangan, tidak mencekam. Membangun disiplin juga jangan kaku, fleksibel akan lebih baik. Ajak anak berdiskusi, dengarkan pendapatnya, dengarkan kemauannya, begitu pula sebaliknya. Lalu sepakati keputusan bersama. Anak akan lebih merasa dihargai oleh orang tuanya.

5. Bantu anak bersikap baik

Kekeliruan yang sering terjadi ketika anak ingin melakukan sesuatu yang baik tetapi kita malah melarangnya. Contohnya, anak membantu ibu menuangkan air minum tapi kita larang karena takut tumpah, anak mau mencuci piring tapi kita takut piringnya jatuh dan pecah. Mungkin lebih baik jika kita bantu mereka, bagaimana agar tidak terjadi yang tidak diinginkan. Jadi, jangan langsung mentah-mentah dilarang atau diambil alih niat baik mereka.

6. Kuasai diri (bukan anak)

Siap-siapkan hati dan mental dalam mendisiplinkan anak-anak, jangan mudah terpancing emosi. Ini tugas besar, modal sabar juga kudu besar. Jangan mengira kalau sabar itu berbatas, sabar itu tidak berbatas.

7. Responsible love

Disiplinkan anak dengan cinta, nada suara penuh cinta, sentuhan penuh cinta, kata-kata penuh cinta, bahkan marah juga penuh cinta.

Mendisiplinkan Anak Dengan Membangun Rutinitas

Rutinitas adalah kegiatan yang berurutan dan dilakukan secara berulang. Rutinitas ini berisi aturan-aturan, kegiatan yang harus anak lakukan, dan kegiatan yang ingin anak-anak lakukan. Sepakati rutinitas ini bersama ayah, ibu dan juga anak. Buat rutinitas secara tertulis, agar lebih jelas dan mudah untuk mengingatkan anak ketika mereka lupa.

Dalam menjalankan rutinitas, fokus pada kelebihan anak saja, jangan mencapnya, dan pasang kepercayaan kita terhadapnya. Berikan pujian ketika anak melakukan kegiatan sesuai dengan yang sudah disepakati bersama

"Abaikan ketika anak berbuat nakal, lihat dia ketika berbuat baik." - Emak Fitri -

Pada intinya, buka kembali hati kita sebagai orang tua. Coba lihat anak kita, apakah mereka pantas mendapatkan perilaku kurang menyenangkan dari kita? Bentakan, amarah, bahkan pukulan atau cubitan? Na'udzubillah.

Pasang kembali rasa cinta kita terhadap mereka, cinta ya cinta saja, tanpa alasan apapun (unconditional love). Maafkan kesalahannya karena saraf otaknya yang belum tersambung sempurna, bantu dia agar menjadi lebih baik dengan sikap dan perkataan kita yang baik pula.

"Tentu dengan cara yang baik, ketika kita mengharapkan orang bisa menjadi lebih baik" - @cerita_umi -

Sekian yang bisa saya share terkait materi seminar bersama Emak Fitri yang diadakan oleh Roemah Emak tempo hari. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis atau menyampaikan, sesungguhnya tulisan ini adalah sebagai media pengingat diri sendiri.

Semoga kita bisa terus berusaha menjadi ibu yang lebih baik, yang penuh cinta dalam mendidik dan mendisiplinkan anak-anak kita. Dan untuk para ayah, bantu ibu untuk terus bahagia dan jauh dari kegalauan. Ibu yang bahagia maka seisi rumah akan lebih bahagia.

Baca juga: Bahagiakan Pasangan Dengan Cara Yang Tepat, Kenali Bahasa Cintanya!
Share
Tweet
Pin
Share
5 comments

Menanamkan Ideologi Pancasila Pada Anak Sejak Dini - Seperti yang kita ketahui, ideologi yang digunakan bangsa kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari dua kata Sansekerta, yaitu panca yang berarti 'lima' dan sila yang artinya 'prinsip atau asas'. Pancasila adalah rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Orang tua jaman now tidak boleh lupa untuk menanamkan ideologi Pancasila pada anak-anak sejak dini karena disinilah nilai-nilai luhur bangsa kita, Indonesia.

Pancasila diharapkan menjadi cita-cita normatif yang memasuki tulang dan daging putra putri bangsa. Ok, sampai disini paham kan maksud dan tujuan dari tulisan ini? Kesampingkan dulu urusan politik karna tulisan selanjutnya kita akan fokus membahas peran orangtua terhadap anak dalam menanamkan ideologi pancasila.

Peran orangtua harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, tentu ada baiknya jika nilai-nilai Pancasila juga dimasukkan sebagai landasan dalam mendidik anak-anak. Nah, mari kita bahas masing-masing sila dari Pancasila dan bagaimana cara menanamkannya pada anak sejak dini.

Sila pertama: Ketuhanan yang maha esa.

Mengajarkan anak tentang agama adalah yang utama. Menanamkan nilai keagamaan bisa dilakukan dengan mengajarkan anak beribadah seperti sholat, berdoa, berpuasa, belajar membaca kitab suci dan lain sebagainya tentu sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.

Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Sila kedua ini adalah tentang kehidupan sosial anak, bahwa setiap manusia harus diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang sama derajatnya. Orangtua bisa mengajarkan anak bagaimana cara memperlakukan orang lain. Misalnya, kepada yang lebih muda harus saling menyayangi, dengan yang sebaya harus saling menghargai, dan yang lebih tua harus menghormati.

Sila ketiga: Persatuan Indonesia.

Menumbuhkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sosial anak, bahwa kita tinggal di negara yang punya banyak perbedaan, perbedaan agama, suku, bangsa, bahasa dan lain sebagainya. Seorang anak haruslah dibesarkan dengan nilai-nilai yang mendorongnya untuk melihat perbedaan sebagai hal yang indah dengan sikap yang saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya.

Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.

Sila keempat ini nih yang terlihat sulit padahal gampang, terlihat gampang namun ternyata sulit. Kenapa? Karena orang dewasa sendiri juga sulit mempraktikkannya karna adanya rasa keegoisan. Nah, orangtua bisa mulai membiasakan diri untuk berdiskusi dengan anak-anak, memberikan pengertian bukan larangan dari sebuah kesalahan yang dilakukan. Mendengarkan pendapat anak tanpa memotong pembicaraan agar disaat orang dewasa berbicara juga si anak tidak terbiasa memotong pembicaraan. Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan bersama sampai mencapai consensus atau kata mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kita bisa mengajarkan anak untuk bersikap adil mulai dari hal-hal yang kecil, seperti bermain bersama-sama, berbagi makanan kepada  teman-temannya, menolong temannya, menjenguk teman yang sakit, berkerja sama dan gotong royong. Kita juga perlu mengingatkan kembali sejarah dan budaya bangsa kita dengan berkunjung ke museum, membaca buku sejarah dan pahlawan Indonesia dan mengenalkan berbagai macam permainan tradisional Indonesia.

---

Setiap upaya menanamkan nilai Pancasila haruslah dikemas dengan menanamkan rasa bangga pada negara. Mari kita persiapkan anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa yang siap mengharumkan Tanah Air dengan nilai-nilai Pancasila yang tertanam di hatinya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About Me




Hai, saya Juli Yastuti, akrab dipanggil Juli atau Yasti. Bagi saya, menulis adalah cara menebar manfaat termudah. Mau tahu lebih lengkap tentang saya?


Baca Selengkapnya >

Contact


Email : ceritaumi2017@gmail.com / Whatsapp : 083184213939

Find Me Here

Followers

Part Of



My Books




Recent Post

Popular Posts

  • Cobain Jadi Pilot! Family Gathering HUT Blogger Kepri ke-8 Tahun di FlyBest Flight Academy
  • Sudah Lama Ditunggu, HokBen Akhirnya Buka Gerai Pertama di Batam
  • Menyenangkan! Pengalaman Berlayar Menggunakan Kapal Roro Dari Batam ke Riau Selama 18 Jam
  • Belajar Memanah Di Mall, Asyik Juga!
  • Inilah Manfaat Minum Teh Susu bagi Tubuh

Member Of




Categories

  • Sharing
  • Info & Tips
  • Parenting
  • Family
  • Traveling
  • Institut Ibu Profesional (IIP)
  • Batam
  • Homeschooling
  • Review
  • Event
  • Tentang Buku
  • Kuliner
  • Gelora Madani Batam
  • Kolaborasi Blog
  • Mahasiswa
  • Puisi

Blog Archive

  • ►  2011 (11)
    • Jun 2011 (5)
    • Jul 2011 (6)
  • ►  2012 (2)
    • Nov 2012 (2)
  • ►  2013 (7)
    • Jan 2013 (1)
    • Feb 2013 (3)
    • Mar 2013 (1)
    • May 2013 (1)
    • Jun 2013 (1)
  • ►  2014 (13)
    • May 2014 (4)
    • Jun 2014 (4)
    • Jul 2014 (3)
    • Sep 2014 (2)
  • ►  2015 (3)
    • May 2015 (2)
    • Nov 2015 (1)
  • ►  2016 (3)
    • Jan 2016 (2)
    • Mar 2016 (1)
  • ►  2017 (56)
    • Feb 2017 (1)
    • Jun 2017 (1)
    • Aug 2017 (10)
    • Sep 2017 (1)
    • Oct 2017 (5)
    • Nov 2017 (25)
    • Dec 2017 (13)
  • ►  2018 (142)
    • Jan 2018 (21)
    • Feb 2018 (15)
    • Mar 2018 (18)
    • Apr 2018 (13)
    • May 2018 (17)
    • Jun 2018 (7)
    • Jul 2018 (9)
    • Aug 2018 (11)
    • Sep 2018 (5)
    • Oct 2018 (8)
    • Nov 2018 (7)
    • Dec 2018 (11)
  • ▼  2019 (67)
    • Jan 2019 (8)
    • Feb 2019 (6)
    • Mar 2019 (7)
    • Apr 2019 (4)
    • May 2019 (5)
    • Jun 2019 (10)
    • Jul 2019 (6)
    • Aug 2019 (3)
    • Sep 2019 (6)
    • Oct 2019 (5)
    • Nov 2019 (2)
    • Dec 2019 (5)
  • ►  2020 (28)
    • Jan 2020 (7)
    • Feb 2020 (3)
    • Mar 2020 (4)
    • Apr 2020 (1)
    • May 2020 (3)
    • Jun 2020 (3)
    • Jul 2020 (2)
    • Aug 2020 (1)
    • Oct 2020 (1)
    • Nov 2020 (1)
    • Dec 2020 (2)
  • ►  2021 (28)
    • Jan 2021 (1)
    • Apr 2021 (2)
    • May 2021 (2)
    • Jun 2021 (2)
    • Jul 2021 (4)
    • Aug 2021 (4)
    • Sep 2021 (1)
    • Oct 2021 (4)
    • Nov 2021 (4)
    • Dec 2021 (4)
  • ►  2022 (14)
    • Mar 2022 (2)
    • Apr 2022 (1)
    • May 2022 (1)
    • Jun 2022 (2)
    • Jul 2022 (2)
    • Aug 2022 (2)
    • Sep 2022 (3)
    • Oct 2022 (1)
  • ►  2023 (10)
    • Jan 2023 (3)
    • Feb 2023 (2)
    • Mar 2023 (1)
    • Jun 2023 (1)
    • Jul 2023 (2)
    • Oct 2023 (1)
  • ►  2024 (1)
    • Feb 2024 (1)
  • ►  2025 (2)
    • Jan 2025 (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates