• Home
  • About Me
  • Category
    • Sharing
    • Info & Tips
    • Parenting
    • Family
    • Homeschooling
    • Review
    • Traveling
    • Tentang Buku
    • Gelora Madani Batam
    • Event
Youtube Instagram Twitter Facebook

Cerita Umi


Pentingnya Manajemen Kebersihan Menstruasi Diedukasi Sejak Dini - Saya exited banget saat mengikuti webinar "Sehat dan Bersih Saat Menstruasi" yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Obstetri & Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia dan Mundipharma Indonesia pada tanggal 27 Mei 2021 dalam rangka menyambut Hari Kebersihan Menstruasi. Webinar ini diikuti oleh 1.000 perempuan Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman perempuan mengenai pentingnya Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM), bahkan sejak dini.

Apalagi untuk kita nih para mommies, kita harus belajar dan mempersiapkan diri, apalagi ketika putri-putri kita sudah memasuki fase remaja awal. Peran kita sebagai ibu akan sangat diharapkan sebagai pemberi informasi pertama kepada putri-putri kita nantinya. Supaya putri-putri kita kelak akan menjadi perempuan-perempuan yang bisa menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya. Jangan sampai, putri-putri kita tidak paham atau malah bingung apa yang harus ia lakukan ketika terjadi menerke (menstruasi untuk pertama kalinya).

Sebelum membahas pentingnya Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) lebih dalam bersama narsumber-narasumber yang berkompeten di bidangnya, saya akan cerita dulu tentang Hari Kebersihan Menstruasi. Hari Kebersihan Menstruasi diperingati setiap tanggal 28 Mei. Kenapa ada Hari Kebersihan Mensruasi?

Hari Kebersihan Menstruasi diperingati untuk meningkatkan kesadaran perempuan akan pentingnya Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM), serta mematahkan stigma dan norma sosial negatif terkait menstruasi yang dianggap tabu oleh masyarakat. Lalu mengapa tanggal 28 Mei?

Ternyata tanggal 28 Mei itu bukan sembarang tanggal, loh. 28 adalah rata-rata siklus menstruasi pada umumnya dan 5 adalah rata-rata lama periode menstruasi pada umumnya. 28 dan 5 maka jadilah 28 Mei, Hari Kebersihan Menstruasi.


Kenalan dengan para narasumber dan host-nya, yuk!

1. Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SP.OG (K), MPH - Anggota Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesisa (POGI)
2. Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si - Ketua Ikatan Psikolog Klinik (IPK) Indonesia Wilayah Jakarta
3. dr. Dwi Oktavia Handayani, TLH, M.Epid - Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
4. Adi Prabowo - Head of Marketing, Digital & E-Commerce Mundipharma Indonesia
5. Novita Angie - Public Figure


Sehat dan Bersih Saat Menstruasi

Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SP.OG (K), MPH menjelaskan bahwa menstruasi itu adalah sebuah kondisi normal seorang wanita. Yaitu keluarnya darah selama beberapa hari (3-7 hari) dari organ intim, satu periode setiap bulannya sekitar 21-35 hari (rata-rata 28 hari). Menstruasi menandakan bahwa seorang anak perempuan siap untuk bereproduksi (memiliki anak), karena menstruasi didahului oleh proses matangnya sel telur yang siap dibuahi.

Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) sangat penting diperhatikan agar terhindar dari beberapa masalah kesehatan  akibat penjagaan kebersihan dimasa menstruasi yang buruk. Masalah kesehatan yang sering terjadi apabila kita kurang memperhatikan kebersihan saat menstruasi, antara lain:
  • Infeksi saluran reproduksi
  • Infeksi saluran kemih
  • Infeksi jamur
  • Peningkatan resiko kanker serviks

Sebenarnya kita harus memperhatikan kebersihan organ intim kita setiap saat, ya. Bukan hanya saat menstruasi. Tentunya kita tidak ingin mengalami berbagai masalah seperti keputihan, gatal, bau tidak sedap, peradangan hingga penyakit serius seperti kanker serviks. Namun, saat mengalami menstruasi kebersihan harus ekstra lebih dijaga dibandingkan saat sedang tidak menstruasi. Kenapa? Karena ada darah, darah ini bisa menjadi tempat perkembangbiakan bakteri. Nah, bakteri inilah yang akan menyebabkan banyak masalah kesehatan seperti yang disebutkan tadi.

Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM)



Perlu diperhatikan, bahwa pembalut sebaiknya diganti setiap 4-5 jam sekali. Bahkan sebelum 4 jam pun harus diganti apabila terasa sudah penuh. Jangan lupa mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut. Cuci vagina menggunakan air mengalir dari arah depan menuju anus, jangan terbalik, karena bisa menyebabkan bakteri dari anus pindah ke vagina. Apabila menggunakan cairan pembersih vagina, gunakan cairan pembersih yang sesuai dengan pH normal vagina, yaitu sekitar 3,5-4,5. Sabun mandi tidak cocok untuk membersihkan vagina karena memiliki pH yang cukup tinggi (sekitar 7).

Untuk pemilihan pembalut, tidak ada kriteria khusus untuk memilih pambalut mana yang lebih baik karena semua pembalut itu baik. Yang terpenting itu tadi, pembalut harus diganti setiap minimal 4 jam sekali. Jika menggunakan pembalut kain atau cuci ulang, cuci pembalut sampai benar-benar bersih, keringkan dan jangan lupa disetrika. Jika menggunakan mestrual cup, boleh juga, asal jangan biarkan darah tertampung di dalam terlalu lama. Tetap harus mengganti mestrual cup setiap minimal 4 jam sekali, bersihkan dan sterilkan menstrual cup dengan benar, pasang dan lepas menstrual cup dengan cara yang benar, jangan sampai teriritasi akibat pemakaian dan pembersihan menstrual cup yang salah.

Jika kita menggunakan pembalut sekali pakai, jangan lupa untuk membuang pembalutnya dengan baik dan benar.



Pernah ada isu yang beredar mengatakan bahwa, penggunaan pembalut sekali pakai dapat menyebabkan kanker serviks. Isu ini tidak benar, lebih tepatnya kanker serviks disebabkan oleh virus HPV. Pembalut apapun bisa membuat masalah kesehatan salah satunya kanker serviks apabila tidak memperhatikan MKM-nya. Selain dengan memperhatikan MKM, kanker serviks dapat dicegah dengan vaksin HPV. Bagi yang sudah pernah melakukan hubungan seksual, kanker serviks dapat dicegah dengan menggunakan IVA atau Pap Smir.


Ibu Bicara Menstruasi

Ngerasa nggak, sih, kalau pembicaraan tentang kesehatan reproduksi dan menstruasi ini sering dianggap tabu?

Ternyata benar, narasumber berikutnya seorang Psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si menyajikan data yang menunjukkan bahwa 1 dari 4 anak Indonesia tidak pernah menerima informasi tentang menstruasi sebelum menarke (haid yang pertama kalinya). Iyaa, kebanyakan ibu-ibu di negara kita tuh ternyata merasa sulit bicara soal menstruasi kepada remaja putrinya. Kenapa sulit?

Menurut Psikolog Anna Surti Ariani atau yang kerap disapa Nina, ibu-ibu sulit bicara tentang menstruasi kepada anak karena:
  • Tabu: Pembicaraan mengenai menstruasi dinilai tabu
  • Bingung memulai: Ibu bingung memulai pembicaraan menstruasi dari mana
  • Kurang pengetahuan: Ibu kurang pengetahuan atau pengalaman untuk bicara menstruasi karena mungkin dulunya juga tidak jelaskan oleh ibunya
  • Remaja ragu: Remaja meragukan kemampuan ibunya untuk menjelaskan menstruasi
Melihat penjelasan di atas, saya jadi bertanya pada diri sendiri, "Sudah siapkah saya menjadi sumber informasi tentang menstruasi?" Harus siap, ya. Harus bisa, ya. Itulah mengapa kita harus selalu belajar terus menerus ya, Moms!

Apa efeknya jika kita tidak membicarakan menstruasi sejak dini?
  • Adanya emosi negatif: takut, cemas, marah, dll
  • Ketidaksiapan menghadapi menarke: remaja putri akan bingung harus melakukan apa jika terjadi menarke
  • Kesalahpahaman tentang menstruasi: remaja putri mengira ia sakit parah karena adanya darah yang keluar dari vagina
Lalu apa efeknya jika kita membicarakan menstruasi sejak dini?
  • Kesehatan reproduksi remaja lebih baik: remaja menyadari bahwa menstruasi adalah pertanda baik, remaja tahu apa yang harus ia lakukan jika terjadi menarke
  • Menunda hubungan seksual pertama: remaja sadar bahwa dirinya sudah bisa bisa bereproduksi (memiliki anak), maka remaja harus memperhatikan pergaulannya dengan lawan jenis
  • Mengurangi resiko masalah kesehatan mental terkait seksualitas: remaja yang teredukasi tidak khawatir dan tidak mengalami berbagai emosi negatif saat terjadinya menarke
  • Relasi ibu dan remaja akan semakin lebih dekat: tentunya dengan banyak ngobrol dan diskusi, hubungan ibu dan remaja akan semakin terjalin baik, remaja pun akan semakin percaya dengan ibunya sebagai sumber informasi yang tepat bagi kebaikan dirinya

Beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan terkait menstruasi.

Hal-hal yang dibicarakan sebelum dan sesudah menstruasi,


7 Tips Bicara Menstruasi:

1. Ingat, ibu yang paling diharapkan
Kita harus membekali diri tentang pengetahuan menstruasi, kita harus paham membedakan mana mitos dan mana yang fakta tentang menstruasi.

2. Bicara menstruasi itu tidak tabu
Buang mindset lama bahwa pembicaraan tentang menstruasi atau pendidikan seksualitas itu tabu. Justru pembicaraan ini penting dilakukan sejak dini (sesuai usia anak/remaja) untuk meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan generasi penerus bangsa.

3. Lakukan berulang kali
Pembicaraan mengenai menstruasi tidak bisa hanya dilakukan 1 kali saja. Bertahap, sejak ada tanda-tanda pubertas awal atau bahkan sebelumnya. Diawali dengan cerita, misalnya, "Iya, Umi hari ini sedang tidak sholat. Umi haid." Atau, "Umi mau beli pembalut karena sebentar lagi umi akan haid." Jika muncul pertanyaan-pertanyaan dari anak, pilihlah jawaban yang tepat sesuai dengan usianya dan kesiapannya menerima informasi.

4. Bersikap positif
Isu pubertas (termasuk menstruasi) bisa menjadi topik yang sensitif bagi remaja. PR nih buat kita para mommies untuk selalu bisa berkomunikasi postif kepada anak-anak agar ketika hendak membicarakan topik yang sensitif, anak tidak merasa terusik.

5. Banyak bertanya dan berdiskusi
Lebih baik banyak bertanya dan mendengarkan jawaban remaja daripada banyak menceramahi. Ibu juga bisa berbagi pengalaman positif.

6. Jelaskan secara kongkrit
Gunakan anatomi tubuh sederhana saat menjelaskan. Tunjukkan pembalut dan praktekkan cara penggunaannya. Dulu saya gini, nih, sering kali ibu saya menunjukkan cara memakai pembalut yang benar dan mengingatkan saya agar tidak khawatir jika tiba-tiba mengalami menarke.

7. Jelaskan juga kepada anak laki-laki
Anak laki-laki juga harus diedukasi tentang menstruasi, tujuannya agar anak laki-laki dapat lebih memahami dan menghargai perempuan. Anak laki-laki diharapkan tidak mem-bully atau mempermalukan teman perempuannya yang sedang mentruasi. Akan lebih baik jika anak laki-laki mau membantu teman perempuannya dengan memberikan air minum hangat untuk temannya yang lesu karena menstruasi, atau membantu menutupi teman perempuan yang mengalami 'bocor menstruasi di roknya'.

Saya mau cerita sedikit tentang pengalaman saya dulu ketika masih duduk di bangku kelas 6 SD. Ada seoarang teman perempuan saya yang mengalami bocor menstruasi. Mungkin saat itu dia sedang tidak memakai pembalut dan dia tidak sadar bahwa bocor menstrusi terlihat jelas di rok merahnya. Dia dipermalukan. Banyak teman-teman yang mayoritas laki-laki menertawakannya sampai dia malu. Karena itu, dia jadi tidak berani berdiri dari kursinya sampai jam pulang sekolah tiba. Kasihan dan miris. Kami beberapa anak perempuan akhirnya membantu menutupi rok belakangnya dengan jaket agar tidak terlihat lagi oleh anak-anak lain di luar kelas dan dia bisa pulang dengan aman tanpa dipermalukan lagi.

Semoga jangan ada lagi kasus-kasus bullying seperti ini. Karena jelas sekali bahwa bullying berdampak buruk terhadap mental korbannya.


Dukungan Pemerintah Dalam Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM)

Narasumber berikutnya adalah perwakilan dari Dinkes Prov. DKI Jakarta, dr. Dwi Oktavia, TLH, M.Epid yang menjelaskan bahwa ada peraturan pemerintah terkait kesehatan reproduksi.


Pemerintah juga sudah menyediakan beberapa program kesehatan yang mendukung kesehatan reproduksi remaja, antara lain:
  • UKS  (Unit Kesehatan Sekolah) yang berkolaborasi dengan puskesmas dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga sekolah.
  • Posyandu remaja, yaitu sebuah wadah Pos Kesehatan Remaja yang memfasilitasi dalam memahami seluk beluk remaja selama masa puber.
  • Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) yang merupakan penyuluhan rutin ke sekolah terkait kesehatan reproduksi dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
  • Vaksinasi HPV yang menjadi salah satu pelaksanaan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah dengan sasaran anak kelas 5 dan 6 SD untuk mengurangi resiko kanker serviks.
Dengan begitu, pemerintah berharap baik remaja putri atau wanita dewasa harus mendapatkan informasi Manajemen Kebersihan Menstruasi sejak dini agar dapat menjaga keseharan reproduksinya dengan baik.

Untuk para ibu, kita diharapkan agar dapat memberikan informasi dan edukasi yang tepat terkait Menejemen Kebersihan Menstruasi kepada putri-puti kita. Dimana informasi tersebut valid yang diperoleh dari tenaga kesehatan atau puskesmas terdekat untuk menghindari informasi atau mitos menstruasi yang tidak tepat.


Rekomendasi Rangkaian Lengkap untuk Menjaga Kesehatan & Kebersihan Area Kewanitaan

Faktanya, 1 dari 2 wanita membersihkan area kewanitaannya menggunakan sabun mandi. Stop! Itu salah, ya. Sabun mandi memiliki pH yang lebih tinggi daripada pH area kewanitaan kita, karena itu membersihkan area kewanitaan menggunakan sabun mandi tidaklah tepat.

Adi Prabowo selaku Head of Marketing, Digital & E-Commerce Mundipharma Indonesia memperkenalkan Rangkaian Lengkap untuk Menjaga Kesehatan & Kebersihan Area Kewanitaan dari produknya Betadine. Rangkaian produknya cukup lengkap, mulai dari pembersih area kewanitaan sehari-hari (Daily Protection), pembersih yang digunakan khusus pada saat menstruasi (Red Days), pembersih saat mengalami infeksi, dan tisu pembersih yang bisa kita gunakan saat sedang berada di perjalanan.


Jadi, mulai sekarang, hentian menggunakan sabun mandi biasa untuk membersihkan area kewanitaan dan pilihlah #yangideal untuk kesehatan reproduksi kita!

Share
Tweet
Pin
Share
5 comments


8 Tahun Pernikahan: Less Expectations, More Love - Hari ini, 31 Mei 2021 adalah hari jadi pernikahan kami yang ke 8 tahun. Ironi sekali jika saya bilang, "Nggak terasa, ya, udah 8 tahun aja!" Karena nyatanya...ya terasa banget. Hehe.

Saya menikah diusia 22 tahun, usia yang cukup muda menurut saya. Ketika teman-teman saya pada sibuk bekerja, sibuk nikmati uang hasil keringatnya sendiri, asyik-asyiknya nongkrong, shopping, travelling, sedangkan saya memilih untuk menikah.

Menikah muda adalah keinginan saya sejak jaman sekolah (makk, masih sekolah udah mikirin nikah ternyata..hihi), saya sangat menikmati waktu menjadi seorang istri diusia muda saat itu.

Menikah adalah akhir cerita indah di buku cerita. Biasanya begitu di dongeng-dongeng, ya. "Akhirnya mereka pun menikah dan bahagia selama-lamanya." Begitu kira-kira kalimatnya.

Di dunia nyata, menikah bukanlah akhir cerita indah, melainkan awal cerita akan tercipta. Bukan pula bahagia selama-lamanya, melainkan belajar selama-lamanya agar terbiasa dengan rasa bahagia, duka, pahit, asem, asin, manis dan berbagai rasa lainnya.

Tahun-tahun pertama menikah, jujur, saya agak terkaget. Banyak hal yang nggak sesuai dengan ekspektasi saya. Dari sanalah akhirnya saya banyak belajar, belajar memahami, belajar memaklumi, belajar menurunkan ego, belajar melunakkan kepala yang keras, dan banyaaaak lagi. Dan itu dia yang utama, mengurangi sesuatu yang bernama ekspektasi.

Ekspektasi alias harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan memang membuat kita bersedih. Tapi, kita punya pilihan nih agar kita tidak bersedih, yaitu...tidak berekspektasi.

"Yang salah itu bukan pasangan, yang salah itu bukan keadaan. Yang salah itu kita yang memasang ekspektasi terlalu tinggi."

Misalnya, nih.

Saya berekspektasi bahwa ketika saya sedang membersihkan rumah, maka suami saya akan turut membantu. Nyatanya, suami tidak membantu, malah tetap asyik dengan gadgetnya. Saya pun tidak bicara atau meminta tolong secara langsung, tetapi ya saya hanya berekspektasi sebatas di kepala saya saja.

"Ya ampun, aku gedebak gedebuk bersihin rumah, nyapu pel, dll, lah kok dia nggak bantuin sama sekali, sih? Malah asyik duduk aja!" Dumel dalam hati. Alhasil, dongkol dan kesal berkecamuk di kepala, turun ke dada, sesak nafas tapi bukan asma, banting sapu, banting ember pel, banting pintu, manyun, kening berkerut, meronta-ronta sendiri dengan perasaan sakit sendiri akibat ekspektasi. Sedangkan suami, ya masih asyik sendiri.

Lalu, salahkah suami? Ya, enggak. Doi nggak tahu apa-apa, doi nggak bisa baca isi kepala kita. Nggak semua orang punya rasa inisiatif tinggi, itulah kenapa kita harus belajar memahami.

Tanpa disadari, kita sudah menciptakan rasa sakit kita sendiri hanya karena ekspektasi. Pikiranpun sempit, apa kebaikannya hanya sebatas bantu bersih-bersih? Apa nggak ada kebaikan lain? Kebaikan-kebaikan lainnya pun tertutupi dengan sempitnya pemikiran akibat ekspektasi terlalu tinggi.

Itulah kenapa, saya akhirnya memutuskan untuk menurunkan ekspektasi atau bahkan menghilangkannya sama sekali. Ekspektasi atau harapan, yaa, cukup kepada Allah saja yang jelas-jelas nggak akan ngecewain kita. Percayalah, semuanya akan terasa lebih ringan. Lelah kita ya biar Allah saja yang seka, semoga lelah kita menjadi Lillah.

Contoh di atas hanya satu contoh sederhana, ya. Apapun konteksnya, entah itu bersih-bersih, jaga anak, pekerjaan dan lain-lain, pastinya tiap rumah tangga punya persoalan yang beda-beda. Intinya, rendahkan ekspektasi kita supaya hidup lebih tentram. Jika hidup kita tentram, maka kita akan lebih mudah memberi cinta. Less expectations, more love.

Saya pernah mendengar kata-kata Mbak Dewi Sandra yang menyentuh banget di salah satu podcast Youtube-nya seorang artis Ibukota, intinya begini: "Kewajibanku ya kewajibanku, aku selesaikan itu. Aku tidak meminta hakku untuk kamu penuhi, tetapi aku minta hakku pada Allah saja."

Lakukan tugas kita tanpa harus memasang ekspektasi yang tinggi terhadap makhluk Allah yang lain, entah itu pasangan atau anak-anak. Ketika kita tidak banyak berekspektasi, kita akan jauh dari rasa kecewa dan sedih, maka kita hanya akan lebih banyak memberikan cinta.

Ahhh... Ini hanya seiprit pembahasan soal pernikahan dan rumah tangga, ya. Intinya, 8 tahun pernikahan kami ini membuat saya banyak belajar dan saya bersyukur karena sudah sampai di titik ini. Semoga Allah senantiasa menjaga saya dan suami, anak-anak kami, rumah tangga kami, sampai akhirnya kita semua dipanggil untuk 'kembali'.

Tulisan ini bukan untuk mengajari, tetapi untuk pengingat diri saya karena kadang saya tidak dapat mengendalikan ekspektasi yang saya buat tanpa saya sadari. Maafkan manusia yang banyak salah dan khilaf ini, Ya Allah.

Semoga tulisan ini ada manfaat yang bisa dipetik, ya.. Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Silahkan isi kolom komentar kalau mau menambahkan pesan-pesan baiknya supaya kita bisa sama-sama belajar untuk tumbuh menjadi lebih baik lagi. :)

Cookies bucket by @sabia_krisna


Share
Tweet
Pin
Share
1 comments


Sayangi Dirimu Ya, Nak! - Sebuah pesan singkat yang baru-baru ini sering saya utarakan ke anak-anak.

"Sayangi diri Aal, ya.."
"Sayangi diri Maryam, ya.."

Saat itu berawal dari saya yang iseng bertanya kepada mereka. "Aal, Dek, siapa orang yang pertama kali disayangi?"

Sontak mereka menjawab, "Umi! Abi! Dan adek/mamas!"

Lalu saya menambahkan, "Loh, diri sendirinya nggak disayangi? Orang pertama yang harus disayang itu diri sendiri dulu, ya.."

"Kenapa?" Aal mulai bertanya.

"Iya, kita harus sayang sama diri kita sendiri dulu. Kalau sayang, kita nggak akan biarkan diri kita sakit, kotor, dan kita akan melakukan yang terbaik untuk diri kita. Misalnya... Umi harus mandi, keramas, cuci tangan, makan sehat, tidur cukup, olahraga, supaya badan umi sehat, bersih. Aal Maryam juga gitu.."

"Oooh.... Kalau gitu sekarang adek akan sayang diri adek sendiri, baru Umi, Abi dan Mamas dan semua keluarga." Sahut Maryam gumush. Hihi.

"Jadi siapa orang yang kita sayang pertama kali?" Tanya saya lagi.

"Diri Aal sendiri!"
"Diri adek sendiri!"

"Iyaa... Makanya....mau makan sayur, buah, trus mau tidur siang, tidur malam yang cukup jangan tidur tengah malam, menatap layar jangan lama-lama untuk jaga matanya...karena sayang sama dirinya, ya!" Masuuuukk kan omelan mamak-mamak dengan cara yang lebih elegan. Hihi.

Jadi, setiap Aal susah diajak tidur siang atau tidur malam yang suka terlalu larut, saya keluarin tuh jurus "Sayangi Dirimu".

"Nak, udah malam... Ini waktunya tidur... Kan Aal sayang sama diri Aal, kasian matanya udah ngantuk tapi masih dipaksa main/gambar/baca buku. Umi juga sayang Aal, makanya umi nggak mau Aal tidur larut, ayolah tidur.."

Kalau diingat-ingat, kayaknya jaman kecil kita lupa ya diingatkan untuk sayangi diri kita sendiri. Kita? Saya aja kali, ya.. Hehe.

Nasihat "Sayangi Dirimu" ini bakal panjang arahnya nanti. Untuk anak-anak seusia anak-anak saya (7th dan 4th), ya, saya mengarahkan mereka untuk sayangi diri sendiri sebatas mau makan sehat, tidur cukup, mau belajar, dll. Tentu akan meningkat seiring bertambahnya usia mereka nantinya. Apalagi ketika anak mulai beranjak remaja dan mulai-mulai ada rasa tertarik dengan lawan jenis.

"Sayangi dirimu, ya. Jangan mau direndahkan temen-temen, jangan mau dibully, jangan mau disentuh-sentuh, dan lain-lain."

Harapannya, anak jadi punya rasa akan melindungi dirinya sendiri karena dia sayang dirinya sendiri. Jaman sekarang apalagi jaman di masa depan menyeramkan, Bund. Kadang remaja aja pergaulannya udah kesana-sini. Jadi, kita nih yang mesti nguatin anak-anak kita dari dalam. Kita yang harus menanamkan nilai-nilai agama dan kebaikan di dalam diri mereka. Ya...untuk menjaga mereka nantinya.

Kita kan nggak akan bisa menjaga mereka 24 jam, seenggaknya kita harus lakukan cara terbaik untuk menjaga mereka dari berbagai sisi, doa juga pastinya.

Menjadi orang tua itu...makin tua makin harus banyak belajar, seiring bertambahnya usia anak. Kalau dulu belajar nyusuin, sekarang belajar nghadapin anak yang pinterrr banget negosiasi bahkan sampai debat. Hehe. Nanti-nanti akan beda lagi.

Bismillah, ya. Semoga kita semua selalu diberi kekuatan dan petunjuk sama Allah agar selalu bisa menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak kita. Dan anak-anak kita pun bisa menjadi anak-anak yang baik, bertakwa kepada agamanya, dan membawa manfaat kepada orang banyak.. Aamiin Aamiin Ya Rabbal'alaamiin.

Eh...terima kasih sudah baca sampai akhir. :)
Semoga ada manfaat yang bisa dipetik, yah...

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ketika Beliau Butuh Dikuatkan - Sampai saat ini, kayaknya saya sudah pernah terbaring di meja operasi sebanyak 4 kali. Pertama waktu masih SMA atau SMP kalau nggak salah, operasi angkat daging tumbuh di belakang telinga, kedua operasi amandel saat kuliah, ketiga operasi sesar anak pertama dan keempat operasi sesar anak kedua. Satu lagi deh, pernah bedah kecil ngangkat daging tumbuh sejenis tumor jinak di paha kanan atas lutut.

Dari sekian banyak history di atas, papa adalah salah satu support system terbesar saya. Takut? Ya, pastilah. Apalagi saat dinyakatakan harus masuk ke ruangan operasi pertama kali. Namun papa yang terus kasih semangat untuk; "Tidak usah takut, kita berserah kepada Allah melalui tangan dokter, dokternya ahli, sudah mengoperasi banyak sekali pasien, jadi kita yakin dan percayakan saja bahwa insyaAllah kita akan sembuh. Jadi, jangan takut, ya!"

Kata-kata itu terngiang-ngiang dan ampuh menguatkan saya, hingga akhirnya saya berani melalui semuanya.

Bulan Maret 2021 lalu, giliran papa saya yang divonis harus masuk ke ruangan operasi. Qadarullah, papa kena hernia. Ada lubang sebesar 1,5 x 2,7cm di selaput bawah pelindung ususnya, sehingga membuat si usus keluar dari tempat yang semestinya. Intinya, mah, begitu yaa istilah kedokterannya saya lupa. Hihi.

"Ini hernia, Pak. Ini satu-satunya jalan harus operasi untuk nutup lubangnya."

"Operasi, Pak, ini insyaAllah operasinya cepat. Jangan sampai lubangnya makin lebar atau ususnya semakin jatuh ke buah zakar, malah nanti jadi operasi emergency."

Ada 3 dokter yang bicara seperti itu ke papa. Dokter dari Puskesmas, Dokter Umum senior kepercaan kami sekeluarga dari jaman dulu dan terakhir Dokter Spesialis Bedah Umum yang akan mengoperasi papa nanti.

Kayaknya ini kali pertama papa sakit dan harus sampai operasi, selama ini nggak pernah. Saya tahu papa takut, saya tahu banyak banget yang papa khawatirkan. Sampai akhirnya papa pun mengakuinya, "Papa takut lah, operasi di usia-usia lansia begini.. Ragu papa."

Karena kata-kata penguat yang dulu papa pernah ucapkan ke saya pun akhirnya saya ucapkan ke papa. "Pa, dokter tau mana yang terbaik. Hernia di usia-usia lansia kan banyak dan banyak juga yang berhasil. Kata dokter, kan ini operasinya cepat, mumpung belum keburu parah dan jadi operasi emergency. Nggak usah takut, Pa. Memang harus dijalani, yakin aja ya, Pa.. Biar nggak sakit-sakit lagi, biar nggak khawatir ususnya makin turun lagi."

Saya, suami, abang dan kakak ipar saya bekerja sama meyakinkan papa, sampai akhirnya papa memutuskan untuk "Ok, Bismillah. Harus dijalani."

Hari itu tanggal 25 Maret 2021

"Pa, semangat, ya! Papa harus cepat sembuh, karena tanggal 1 April Aal ulang tahun.."

"Pa, semangat, cepat sembuh, ya!"

Seperti itu ucapan semangat yang dilontarkan anak-anak saya, Aal dan Maryam pagi hari sebelum papa dioperasi. Saya sudah siaga di Rumah Sakit, terpaksa saya harus tinggalkan sementara anak-anak dan suami saya di rumah.

Pagi itu, saya dan mama menemani papa urus administrasi pendaftaran dan persiapan operasi. Papa berganti pakaian, pasang infus dan lain-lain. Di ruang persiapan operasi, papa masih ditemani mama saja. Saya berjaga di luar ruangan karena memang hanya boleh didampingi 1 orang saja di dalam sana.

Tiap ada yang membuka pintu, saya sengaja mencuri pandang untuk melihat papa dari luar ruangan, saya kebayang bagaimana rasa nervous-nya papa sebelum dipanggil masuk ke ruangan operasi. Mulut beliau tak henti berdzikir.

Sampai pada akhirnya papa harus masuk ruangan operasi. Papa keluar dari ruangan persiapan menggunakan kursi roda didampingi mama, lalu saya mengikuti keduanya dari belakang sampai ke depan ruangan operasi. Huhu. "Bismillah, ya, Pa! Kami tunggu di luar."

Kami berdoa di dalam hati. Saat itu hampir tepat pukul 12.00 WIB. Mama masih menunggu di depan ruang operasi, sementara saya izin makan siang di kantin Rumah Sakit. Saya makan cepat-cepat, ya, nggak nyaman di kantin rumah sakit yang banyak orang lalu lalang masih dalam masa pandemi gini.

Setelah makan, saya menghampiri mama yang sedang duduk menunggu papa. "Yasti, tadi perawat panggil mama, nanti mama atau Yasti boleh masuk ke ruangan operasi untuk saksikan pemasangan mesh hernia papa. Mama nggak berani, lah, Yasti bisa?" Kata Mama.

"Masuk ke dalam? Ruang operasi?" Tanya saya meyakinkan lagi, karena kan biasanya kita nggak boleh masuk ke ruangan operasi.

"Iya..." Jawab mama dengan yakin.

"Oh, boleh, Ma. Yasti bisa." Jawab saya yakin.

"Yaudah, duduk di sini aja jangan kemana-mana, nanti perawat panggil. Mama sholat dan makan dulu, ya." Kami bergantian jaga di depan ruang operasi, kebetulan saat itu saya sedang tidak bisa sholat karena tamu langganan.

Tak lama mama pergi ke mushola, saya dipanggil. "Keluarga Bapak Yan.."

"Ya, saya." Jawab saya sambil bergegas datang menghampiri perawat yang memanggil.

"Ibu istrinya?"

"Bukan, anaknya."

"Istrinya mana? Harus ada yang jadi saksi pemasangan mesh hernia."

"Saya aja, Sus. Mama saya nggak berani. Tadi mama sudah sampaikan ke saya."

"Oh, baik. Ayo." Saya pun masuk ke ruang operasi mengikuti mbak perawat.

"Sepatu lepas di sini, lalu pakai baju ini dan pelindung kepala ini." Saya menurutinya.

"Ayo masuk, tangan ke belakang, ya. Tidak boleh sentuh apapun. Berdiri dekat bapaknya boleh." Deg-degan jantung saya masuk ke ruangan operasi pertama kali bukan sebagai pasien.

Saya melihat dokter sedang membedah perut papa didampingi kedua perawat lainnya. "Bu, ini mesh hernianya akan saya pasang, ya."

"Iya, Dok. Baik." Jawab saya. Kami memang membeli mesh hernia yang disarankan dokter Spesialis Bedah Umum secara personal, tidak termasuk tanggungan BPJS. Dokter mau membuktikan bahwa ini mesh hernia yang sudah kami beli atas rekomendasinya dan akan segera dipasang dengan baik. Setelah 3 bulan, mesh hernia itu akan menyatu di dalam tubuh papa.

Mesh hernia itu bentuknya mirip kasa steril, tipis, gunanya untuk menutup lubang selaput pelindung usus papa agar ususnya tidak turun lagi.

Saya berdiri di samping papa. Papa kedinginan dan menyimpan rasa takut. "Yasti... Lagi diapain perut papa?" Tanya papa yang memang sadar, hanya dianastesi setengah badan saja seperti orang melahirkan sesar.

"Lagi dipasang meshnya, Pa. Dijahit bagian dalamnya.."

"Kayak ditekan-tekan perut papa." Lanjut papa mengutarakan apa yang beliau rasa dengan mulut bergetar kedinginan.

"Iya, Pa. Rasanya kayah ditekan-tekan aja karena papa dibius, padahal ini lagi dijahit. Hehe."

"Ya Allah, begitu, ya. Bisa nggak terasa sama sekali sakitnya. Tadinya papa takut, mau minta bius total aja.." Kasian papa tadi ketakutan, saya jadi senang ada di samping papa saat itu dan memegang tangan papa yang kedinginan di ruang operasi.

Saya menemani papa sampai operasinya selesai dan papa dibawa ke ruang perawatan lantai 4. Alhamdulillah. Operasi berjalan lancar dan cepat, hanya kurang dari 60 menit papa di dalam ruangan operasi.

"Alhamdulillah...Alhamdulillah...Alhamdulillah Ya Allah. Sudah selesai, MasyaAllah dokternya baik, Yasti bisa masuk Alhamdulillah." Entah berapa kali papa ucap syukur Alhamdulillah, mulutnya bergetar, padahal sudah tidak kedinginan. Papa memendam rasa sesak ingin menangis. Saya peluk papa, sedikit keluar air matanya. Saya pun sama, bersyukur sekali kepada Allah. Akhirnya, masa terberat itu terlewati sudah. "Iya, Pa.. Alhamdulillah sudah tenang. Sekarang tinggal penyembuhan, ya.."

Sekarang tinggal masa perawatan. Papa harus sangat menjaga geraknya dan asupannya supaya lukanya cepat sembuh. Setelah makan siang, mama datang ke ruangan perawatan papa untuk melihat papa yang sudah selesai dioperasi.
"Alhamdulillah sudah operasinya ya, Uda. Semoga lekas pulih, cepat pulang, sembuh dan sehat lagii kayak biasanya." Ucap mama sambil mengusap papa.

Mama akan pulang, karena di ruang perawatan hanya boleh 1 orang saja yang berjaga. Tidak ada yang boleh membesuk juga sesuai dengan aturan Rumah Sakit di masa pandemi.

4 hari 3 malam saya di rumah sakit mendampingi papa. Siang-siang mama datang untuk bergantian jaga dan membantu lap-lap badan papa. Selama mama bersama papa, saya kabur ke penginapan dekat rumah sakit untuk membersihkan diri dan istirahat.

Dari pada pulang, jaraknya cukup jauh, butuh waktu untuk pulang pergi tentunya, saya harus nyetir (nggak sanggup karena ngantuk) dan saya nggak nyaman bulak balik ke rumah karena saya dari rumah sakit (takut ngebawa virus).

Hari ke 3, sudah bisa duduk dan jalan ke toilet sendiri.


Selama 4 hari 3 malam itu saya tidak pulang. Huhuu rindu anak-anak!

Alhamdulillah....mereka baik-baik budi sekali. Saya kira mereka akan keberatan saya pergi beberapa hari untuk menjaga papa, tapi ternyata mereka tidak keberatan sama sekali.

"Adek nggak nangis, dong. Adek kan nggak cengeng. Lagian kan umi lagi jaga papa.." Kata Maryam, yang biasanya nangis-nangis mencari saya kalau bangun tidur saya tidak ada di depan matanya. MasyaAllah.

Perkembangan pasca operasi papa semakin bagus. Papa hanya nggak boleh kerja terlalu berat dan angkat-angkat beban berat. Selebihnya, papa boleh melakukan aktifitas seperti biasa.

Sudah 1 bulan lebih waktu berlalu, Alhamdulillah bulan Ramadhan ini papa sudah bisa sholat seperti biasa (tidak sholat duduk lagi), sudah tidak minum obat lagi. Semua pengobatan selesai beberapa hari sebelum Ramadhan.

Doain, ya, semoga papa saya semakin sehat dan pulih dengan baik tanpa masalah apapun. Semoga ini pengalaman papa masuk ruang operasi yang pertama dan terakhir. InsyaAllah.

Nah, kalau kalian punya orang tua yang divonis hernia dan harus dioperasi, lebih baik segera saja dioperasi sebelum kondisi memburuk dan operasi terpaksa dilakukan secara emergency.

Papa sempat menolak operasi. "Katanya bisa pakai celana khusus hernia, loh. Jadi nggak perlu operasi." Iya, betul. Memang ada celana khusus pria yang menderita hernia. Tapi celana itu fungsinya hanya untuk menahan usus semakin turun. Bukan menyembuhkan. Kalau celana tidak dipasang, ya ususnya bisa turun lagi. Kalau kita berkegiatan berat atau angkat beban berat, robekan bisa semakin lebar, menyakitkan, dan bisa memperburuk kondisi. Operasi adalah satu-satunya jalan untuk menutup dan menyembuhkan robekan yang menyebabkan usus turun, begitu kata dokter ahlinya.

Sehat-sehat selalu, ya... Semoga kita semua, orang tua kita semuanya sehat, dijauhkan dari segala macam penyakit. Aamiin Ya Rabbal'alaamiin.

Terima kasih sudah baca sampai akhir..:)

Bentukan saya selama di RS, pake baju dingin karena dingin banget tidur di pantai beralas matras tipis. Bukan baju anti corona, ya! Hehe.


Share
Tweet
Pin
Share
1 comments


Hallo semuanya, Assalamu'alaikum. Ya ampyuuunn, ternyata 3 bulan sudah blog ini tidak update tulisan baru.

Iya, nih. Postingan terakhir tentang lauchingnya buku solo pertama saya "Mencintai Tanpa Syarat", ya... MasyaAllah.

Entah, ya. Setelah menulis dan menyelesaikan buku itu, kok kayaknya saya lelah. Tadinya pengen istrirahat sebentar aja, ehh, keterusan dan keasikan ngedrakor, Say.. Hehehe.

So, kuy lah kita ramaikan kembali blog ini dengan tulisan......hmmm, tentang apapun, ya. InsyaAllah yang bermanfaat-bermanfaat, tentang cerita saya yang (anggep aja) berfaedah, review-review produk atau buku, atau drakor...hehe, cerita tentang parenting dan lain-lain.

Semoga teman-teman yang selama ini suka membaca tulisan saya akan selalu suka, ya... Atau kalau ada kritik dan saran, atau ide-ide tulisan yang ingin saya tulis juga monggo. Saya pasti akan senang sekalu jika ada yang nyumbang ide. Hehehe.

Oh, ya. Maaf, nih, baru nanya.. >.<
Gimana kabar kalian?

Semoga semua dalam keadaan baik dan sehat, ya.. Masih pandemi, nih, udah setahun lebih dong! Tetap jaga prokes, kalau nggak penting, ya, kita di rumah aja.

Bicara soal pandemi, saya kayaknya udah bosan ya untuk bahas pandemi. Nggak kelar-kelar. Jadi, ya udah, kita yang harus adaptasi dengan gaya hidup yang baru, gaya hidup sehat dengan protokol kesehatan yang ketat apabila harus keluar rumah.

Pandemi membatasi ruang gerak dan aktifitas kita banget. Makanya, kadang suka mumet dan buntu sama ide-ide nulis yang segar. Kalau dulu, kan, yaa bisa jalan-jalan, ajak anak-anak berkegiatan di luar, jadi banyak yang bisa ditulis atau diceritakan. Tapi, udah! Jangan batasi diri kita karena pandemi, ya. Kitanya yang harus ekstra lebih kreatif.

Jadi, jangan salahkan pandemi, tapi kita yang mesti terus upgrade diri.

Okay, deh. Tulisan "Setelah 3 Bulan..." sampai di sini dulu. InsyaAllah nanti akan nyusul tulisan lainnya, ya..

Terima kasih sudah baca sampai akhir.. :)
Oh, ya. Selamat menjalankan ibadah puasa semuanya! :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Launching Buku Pertama Setelah Sekian Drama - Akhir Desember lalu saya udah cerita tentang cerita di balik terbitnya buku saya yang pertama, buku Mencintai Tanpa Syarat. Di sana saya cerita gimana awal mulanya saya ingin membukukan tulisan saya sampai dengan cerita di balik cover bukunya yang merupakan foto anak-anak saya sendiri.

Yang belum baca, boleh baca di sini.

Nah, kali ini saya mau cerita gimana rasanya akhirnya launching buku pertama setelah melewati sekian drama. Hehehe.

Alhamdulillah, buku "Mencintai Tanpa Syarat" officially launching pada tanggal 18 Januari 2021. Saat itu juga aku melihat dan memegang fisiknya buku saya untuk pertama kalinya.

Reaksi saya saat itu speechless banget, nggak nyangka. "Eh, beneran ini buku aku?", "Eh, ini aku yang kerjain?" dan banyak lagi keheranan lainnya. Seneng banget, akhirnya saya bisa punya buku solo pertama yang selama ini saya kira hanya sekedar wacana dan penuh drama.

Saya udah umumkan Open PO sejak Desember 2020 lalu, Alhamdulillah cukup banyak yang ikut PO, di luar ekspektasi, malah saya melebihkan cetakan pertama yang saya kira nggak mungkin sampai di angka itu. Lagi-lagi ya, perkiraan saya salah. Iya...saya kurang percaya diri memang. Tapi kalian, teman-teman, saudara-saudara bahkan beberapa kenalan yang sebelumnya saya belum kenal pun akhirnya order. Terima kasih banyak, loh, percaya diri saya jadi bangkit karena kalian! Saranghae!!!

Saya stok beberapa buku yang ready, pikir saya mungkin akan ada beberapa orang yang akan membeli langsung ketika saya umumkan bukunya ready. Dan bener, dong. Orderan bertubi-tubi, lagi-lagi di luar ekspektasi saya. (Fyi, saya menaruh ekspektasi yang nggak tinggi-tinggi amat emang, khawatir kecewa euy! Hihi)

Dalam 4 hari itu buku launching, masyaAllah buku yang ready pun akhirnya sold out! Secepat itu. Allah luar biasa.

Saya seneng banget ketika teman-teman atau saudara tiba-tiba chat saya, mereka bilang kalau mereka mau bukunya. Bahkan teman dan keluarga yang di luar Batam pun nggak keberatan membayar ongkir seharga buku untuk membeli buku saya. Terharu loh saya, dan saya berdoa pada Allah, "Terima kasih ya Allah, mereka ini orang-orang baik yang care dengan karya saya. Semoga mereka suka, semoga karya saya membawa manfaat dan ilmu yang bermanfaat, semoga mereka semua murah rejeki dan sehat selalu. Aamiin."

By the way, ini loh karya saya yang pertama saya jual. Hehehe. Selama ini saya jualan tuh ngejualin produk rekan, nggak pernah ngelahirin produk sendiri dan jualin. Nggak pernah. Buku inilah satu-satunya, yang pertama, dan tentu bukan yang terakhir kalinya. InsyaAllah.

Saya ingat pesan suami saya, "Ngapain sih umi capek-capek jualin produk orang lain? Umi tuh bisa loh jualin produk sendiri dan kembangin potensi sendiri. Ayo bikin bukunya, ayo kembangin penerbit kita. Ini loh kita punya lahan. Umi suka nulis kan? Yuk, kelola apa yang umi sukai di sini. Ini punya kita..."

Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala saya sampai sekarang. Sampai pada akhirnya, buku ini launching juga.. :) Terima kasih loh, suami! Terima kasih sudah sabar dan menanti buku ini sampai tiba di titik ini.

Oh iya, setelah saya bedah buku ini, ternyata saya masih menemukan beberapa kesalahan ketik alias typo. Hehe. Maafkan! Itulah mengapa saya bilang ke temen-temen yang beli maupun di story media sosial saya, "Mohon maaf ya, kalau masih ada kekurangan. Semoga suka..."

Saya sempet down lagi nih, saat tau ternyata masih ada beberapa typo. Perasan saya udah bolak balik cek berulang kali deh, secara saya writer sekaligus editor dan layouternya juga kan. Nggak tau kenapa, saya kok malah jadi perfeksionis soal buku ini. Hehehe. Lalu lagi-lagi suami saya kuatkan hati, "Namanya buatan manusia, nggak sempurna itu biasa. Abi sering kok baca buku buatan penulis ternama, bahkan udah profesor pun masih banyak typo."

Kakak ipar yang biasa saya panggil teteh juga menguatkan, "Nggak apa-apa, typonya nggak banyak dan remeh kok. Udah bikin buku aja udah hebat. Teteh bangga.. Jangan hiraukan orang yang hanya mencari kesalahan yang sedikit." Intinya begitu. Ahhhh....haruuu!

Nah, balik lagi soal stok buku yang udah abis alias sold out, insyaAllah saya bakal Open PO kloter kedua dan akan ready pada bulan Februari 2021 nantinya. Di buku yang berikutnya insyaAllah akan saya kurang-kurangi beberapa kesalahan.. Meskipun dikit, meskipun remeh, tapi pasti akan ada kepuasan hati saya ketika saya bisa memberikan yang paling terbaik untuk pembaca.

Buat temen-temen yang mau ikut PO kloter 2, follow aja Instagram saya @cerita_umi untuk tau kapan PO kloter 2 dibuka. Di sana juga ada link WA untuk pemesanannya.

Itu aja cerita saya tentang launchingnya buku pertama saya "Mencintai Tanpa Syarat", terima kasih sudah mau baca sampai akhir... :)

•••





Judul Buku: Mencintai Tanpa Syarat
Kategori: Parenting/Keluarga
Penerbit: Yayasan Gelora Madani Batam
Harga Buku PO Kloter 2: Rp60.000
CP: Klik link WA berikut ini  http://bit.ly/POMencintaiTanpaSyarat
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Newer Posts
Older Posts

About Me




Hai, saya Juli Yastuti, akrab dipanggil Juli atau Yasti. Bagi saya, menulis adalah cara menebar manfaat termudah. Mau tahu lebih lengkap tentang saya?


Baca Selengkapnya >

Contact


Email : ceritaumi2017@gmail.com / Whatsapp : 083184213939

Find Me Here

Followers

Part Of



My Books




Recent Post

Popular Posts

  • Sudah Lama Ditunggu, HokBen Akhirnya Buka Gerai Pertama di Batam
  • Cobain Jadi Pilot! Family Gathering HUT Blogger Kepri ke-8 Tahun di FlyBest Flight Academy
  • Menyenangkan! Pengalaman Berlayar Menggunakan Kapal Roro Dari Batam ke Riau Selama 18 Jam
  • Wisata Religi, Ziarah ke Makam 3 Wali (Walisongo) di Jawa Tengah - Syawal Trip #3
  • Pohon Literasi, Stimulasi Anak Suka Membaca

Member Of




Categories

  • Sharing
  • Info & Tips
  • Parenting
  • Family
  • Traveling
  • Institut Ibu Profesional (IIP)
  • Batam
  • Homeschooling
  • Review
  • Event
  • Tentang Buku
  • Kuliner
  • Gelora Madani Batam
  • Kolaborasi Blog
  • Mahasiswa
  • Puisi

Blog Archive

  • ►  2011 (11)
    • Jun 2011 (5)
    • Jul 2011 (6)
  • ►  2012 (2)
    • Nov 2012 (2)
  • ►  2013 (7)
    • Jan 2013 (1)
    • Feb 2013 (3)
    • Mar 2013 (1)
    • May 2013 (1)
    • Jun 2013 (1)
  • ►  2014 (13)
    • May 2014 (4)
    • Jun 2014 (4)
    • Jul 2014 (3)
    • Sep 2014 (2)
  • ►  2015 (3)
    • May 2015 (2)
    • Nov 2015 (1)
  • ►  2016 (3)
    • Jan 2016 (2)
    • Mar 2016 (1)
  • ►  2017 (56)
    • Feb 2017 (1)
    • Jun 2017 (1)
    • Aug 2017 (10)
    • Sep 2017 (1)
    • Oct 2017 (5)
    • Nov 2017 (25)
    • Dec 2017 (13)
  • ►  2018 (142)
    • Jan 2018 (21)
    • Feb 2018 (15)
    • Mar 2018 (18)
    • Apr 2018 (13)
    • May 2018 (17)
    • Jun 2018 (7)
    • Jul 2018 (9)
    • Aug 2018 (11)
    • Sep 2018 (5)
    • Oct 2018 (8)
    • Nov 2018 (7)
    • Dec 2018 (11)
  • ►  2019 (67)
    • Jan 2019 (8)
    • Feb 2019 (6)
    • Mar 2019 (7)
    • Apr 2019 (4)
    • May 2019 (5)
    • Jun 2019 (10)
    • Jul 2019 (6)
    • Aug 2019 (3)
    • Sep 2019 (6)
    • Oct 2019 (5)
    • Nov 2019 (2)
    • Dec 2019 (5)
  • ►  2020 (28)
    • Jan 2020 (7)
    • Feb 2020 (3)
    • Mar 2020 (4)
    • Apr 2020 (1)
    • May 2020 (3)
    • Jun 2020 (3)
    • Jul 2020 (2)
    • Aug 2020 (1)
    • Oct 2020 (1)
    • Nov 2020 (1)
    • Dec 2020 (2)
  • ►  2021 (28)
    • Jan 2021 (1)
    • Apr 2021 (2)
    • May 2021 (2)
    • Jun 2021 (2)
    • Jul 2021 (4)
    • Aug 2021 (4)
    • Sep 2021 (1)
    • Oct 2021 (4)
    • Nov 2021 (4)
    • Dec 2021 (4)
  • ►  2022 (14)
    • Mar 2022 (2)
    • Apr 2022 (1)
    • May 2022 (1)
    • Jun 2022 (2)
    • Jul 2022 (2)
    • Aug 2022 (2)
    • Sep 2022 (3)
    • Oct 2022 (1)
  • ►  2023 (10)
    • Jan 2023 (3)
    • Feb 2023 (2)
    • Mar 2023 (1)
    • Jun 2023 (1)
    • Jul 2023 (2)
    • Oct 2023 (1)
  • ►  2024 (1)
    • Feb 2024 (1)
  • ▼  2025 (2)
    • Jan 2025 (2)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates