• Home
  • About
  • Category
    • Review
    • Parenting
    • Kuliner
    • Info & Tips
    • Institut Ibu Profesional
    • Travelling
  • Disclosure
Google+ Youtube Instagram Twitter Facebook

Cerita Umi



Launching Buku Pertama Setelah Sekian Drama - Akhir Desember lalu saya udah cerita tentang cerita di balik terbitnya buku saya yang pertama, buku Mencintai Tanpa Syarat. Di sana saya cerita gimana awal mulanya saya ingin membukukan tulisan saya sampai dengan cerita di balik cover bukunya yang merupakan foto anak-anak saya sendiri.

Yang belum baca, boleh baca di sini.

Nah, kali ini saya mau cerita gimana rasanya akhirnya launching buku pertama setelah melewati sekian drama. Hehehe.

Alhamdulillah, buku "Mencintai Tanpa Syarat" officially launching pada tanggal 18 Januari 2021. Saat itu juga aku melihat dan memegang fisiknya buku saya untuk pertama kalinya.

Reaksi saya saat itu speechless banget, nggak nyangka. "Eh, beneran ini buku aku?", "Eh, ini aku yang kerjain?" dan banyak lagi keheranan lainnya. Seneng banget, akhirnya saya bisa punya buku solo pertama yang selama ini saya kira hanya sekedar wacana dan penuh drama.

Saya udah umumkan Open PO sejak Desember 2020 lalu, Alhamdulillah cukup banyak yang ikut PO, di luar ekspektasi, malah saya melebihkan cetakan pertama yang saya kira nggak mungkin sampai di angka itu. Lagi-lagi ya, perkiraan saya salah. Iya...saya kurang percaya diri memang. Tapi kalian, teman-teman, saudara-saudara bahkan beberapa kenalan yang sebelumnya saya belum kenal pun akhirnya order. Terima kasih banyak, loh, percaya diri saya jadi bangkit karena kalian! Saranghae!!!

Saya stok beberapa buku yang ready, pikir saya mungkin akan ada beberapa orang yang akan membeli langsung ketika saya umumkan bukunya ready. Dan bener, dong. Orderan bertubi-tubi, lagi-lagi di luar ekspektasi saya. (Fyi, saya menaruh ekspektasi yang nggak tinggi-tinggi amat emang, khawatir kecewa euy! Hihi)

Dalam 4 hari itu buku launching, masyaAllah buku yang ready pun akhirnya sold out! Secepat itu. Allah luar biasa.

Saya seneng banget ketika teman-teman atau saudara tiba-tiba chat saya, mereka bilang kalau mereka mau bukunya. Bahkan teman dan keluarga yang di luar Batam pun nggak keberatan membayar ongkir seharga buku untuk membeli buku saya. Terharu loh saya, dan saya berdoa pada Allah, "Terima kasih ya Allah, mereka ini orang-orang baik yang care dengan karya saya. Semoga mereka suka, semoga karya saya membawa manfaat dan ilmu yang bermanfaat, semoga mereka semua murah rejeki dan sehat selalu. Aamiin."

By the way, ini loh karya saya yang pertama saya jual. Hehehe. Selama ini saya jualan tuh ngejualin produk rekan, nggak pernah ngelahirin produk sendiri dan jualin. Nggak pernah. Buku inilah satu-satunya, yang pertama, dan tentu bukan yang terakhir kalinya. InsyaAllah.

Saya ingat pesan suami saya, "Ngapain sih umi capek-capek jualin produk orang lain? Umi tuh bisa loh jualin produk sendiri dan kembangin potensi sendiri. Ayo bikin bukunya, ayo kembangin penerbit kita. Ini loh kita punya lahan. Umi suka nulis kan? Yuk, kelola apa yang umi sukai di sini. Ini punya kita..."

Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala saya sampai sekarang. Sampai pada akhirnya, buku ini launching juga.. :) Terima kasih loh, suami! Terima kasih sudah sabar dan menanti buku ini sampai tiba di titik ini.

Oh iya, setelah saya bedah buku ini, ternyata saya masih menemukan beberapa kesalahan ketik alias typo. Hehe. Maafkan! Itulah mengapa saya bilang ke temen-temen yang beli maupun di story media sosial saya, "Mohon maaf ya, kalau masih ada kekurangan. Semoga suka..."

Saya sempet down lagi nih, saat tau ternyata masih ada beberapa typo. Perasan saya udah bolak balik cek berulang kali deh, secara saya writer sekaligus editor dan layouternya juga kan. Nggak tau kenapa, saya kok malah jadi perfeksionis soal buku ini. Hehehe. Lalu lagi-lagi suami saya kuatkan hati, "Namanya buatan manusia, nggak sempurna itu biasa. Abi sering kok baca buku buatan penulis ternama, bahkan udah profesor pun masih banyak typo."

Kakak ipar yang biasa saya panggil teteh juga menguatkan, "Nggak apa-apa, typonya nggak banyak dan remeh kok. Udah bikin buku aja udah hebat. Teteh bangga.. Jangan hiraukan orang yang hanya mencari kesalahan yang sedikit." Intinya begitu. Ahhhh....haruuu!

Nah, balik lagi soal stok buku yang udah abis alias sold out, insyaAllah saya bakal Open PO kloter kedua dan akan ready pada bulan Februari 2021 nantinya. Di buku yang berikutnya insyaAllah akan saya kurang-kurangi beberapa kesalahan.. Meskipun dikit, meskipun remeh, tapi pasti akan ada kepuasan hati saya ketika saya bisa memberikan yang paling terbaik untuk pembaca.

Buat temen-temen yang mau ikut PO kloter 2, follow aja Instagram saya @cerita_umi untuk tau kapan PO kloter 2 dibuka. Di sana juga ada link WA untuk pemesanannya.

Itu aja cerita saya tentang launchingnya buku pertama saya "Mencintai Tanpa Syarat", terima kasih sudah mau baca sampai akhir... :)

•••





Judul Buku: Mencintai Tanpa Syarat
Kategori: Parenting/Keluarga
Penerbit: Yayasan Gelora Madani Batam
Harga Buku PO Kloter 2: Rp60.000
CP: Klik link WA berikut ini  http://bit.ly/POMencintaiTanpaSyarat
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments


Cerita Di Balik Buku "Mencintai Tanpa Syarat" - Alhamdulillah wasyukurillah. Tak henti-henti saya bersyukur, akhirnya buku solo pertama saya akan terbit juga. Buku ini adalah salah satu impian saya yang dulunya diawali sebagai blogger biasa.

"Pengen deh bisa nulis nggak cuma di blog, pengen bisa bikin buku sendiri, bisa baca tulisan sendiri di buku dan dibaca banyak orang juga..." Ucap saya mungkin sekitar 3 atau 4 tahun lalu.

Sebelumnya saya pernah menulis buku antologi, buku yang isinya ada belasan bahkan puluhan penulis. Satu penulis kebagian nulis satu judul saja. Nah, di situ tuh saya nyempil. Hehehe.

Rasanya seneng bisa baca tulisan sendiri di dalam sebuah buku. Tapi hati merasa belum puas juga, secara tulisan kita kan cuma satu judul dalam 5-6 halaman aja yah.. Pengennya satu buku tuh tulisan kita semua. Hihi. Maruk tapi positif ya, bund! Hihihi.

2 buku antologi saya sebelumnya.



Setelah berhasil membuat 2 buku antologi dengan tema yang berbeda, tawaran membuat buku antologi berikutnya terus berdatangan. Tapi, saya kurang semangat untuk menerimanya lagi. Kenapa? Karena saya punya impian bisa bikin buku sendiri. Udah cukuplah untuk saat itu punya 2 buku antologi, saya pengen sesuatu yang baru. Akhirnya, saya memutuskan untuk fokus bikin buku solo saja.

Wacana pembuatan buku solo ini tuh udah lama sebenarnya, suami saya sudah support dari tahun-tahun lalu. Tapi entah kenapa, memulainya itu loh yang berat..

Atas kesadaran diri sendiri, akhirnya saya mulai menulis untuk buku solo pertama saya pada akhir tahun 2019 lalu. "Ayo, selesaikan yaa..." Kata suami yang merupakan support system pertama dan utama saya. Eh, suami saya malah duluan bikin 2 buku solonya. Sekalian uji coba nerbitin buku pakai penerbit sendiri dari Yayasan Gelora Madani Batam kami.

"Ayo, selesaikan! Kita udah bisa ngurus ISBN nih, kita bisa nerbitin buku sendiri." Kata suami lagi. Dan saya menjawab, "Iya...Iya...Iya," berkali-kali. Bukunya nggak kelar-kelar tapi, malah bolak balik gonta ganti tema dan menggalau sendiri. Hehehe.

Sampailah pada akhirnya, saya menfokuskan tulisan yang bertema keluarga dan parenting. Buku ini berisi tentang cerita saya sebagai ibu 2 anak yang mencoba membagikan pengalaman saya selama membersamai anak-anak, bahkan kesalahan-kesalahan saya, saya juga memasukkan kisah-kisah orang-orang hebat yang saya jadikan pelajaran untuk diri saya dan saya bagikan di dalam buku Mencintai Tanpa Syarat ini.

Buku ini juga saya jadikan hadiah untuk keluarga dan anak-anak saya terutama. Saya ingin cerita kami tetap tersimpan di dalam sebuah buku yang saya tulis sendiri. Biar mereka tau, gimana sih cerita kecilnya mereka, apa aja sih kenangan-kenangan mereka bersama saya. Meskipun misalnya nanti saya sudah tidak ada di dunia.

"Menulis itu bisa membuat kita hidup lebih lama. Meskipun raga kita sudah tak ada di dunia, tetapi nyawa kita masih tersimpan di balik kata-kata." Jadi, menulislah..


Cerita di Balik Cover Buku "Mencintai Tanpa Syarat"

Foto yang ada di cover buku Mencintai Tanpa Syarat itu adalah foto Aal dan Maryam siluet saat senja. Itu foto iseng sebenarnya, bukan sesi foto yang disetting khusus untuk cover buku. Eh, syukurnya bagus dan cocok pula dijadiin cover buku.

Saat itu kami sedang gabut di rumah, maklum, sampai saat ini masih dalam masa pandemi yang mengharuskan kita untuk lebih baik di rumah aja. Saking gabutnya, kami akhirnya nyari tempat sepi dan aman untuk sekedar duduk-duduk santai, menikmati pemandangan luas (meskipun nggak indah-indah banget, hehe), dan menghirup udara segar.

Abinya anak-anak memanfaatkan waktu di tempat itu dengan berolahraga, saya duduk santai sambil memotret anak-anak yang tengah bermain bebas. Hari itu kami memang keluar rumah sedikit kesorean, dan kami akhirnya sekalian menikmati matahari terbenam. Pas pula posisinya tepat menghadap matahari terbenam, langitnya juga cerah, kami pun memutuskan untuk menunggu matahari sampai benar-benar menghilang.

Anak-anak selalu excited melihat matahari terbenam atau sunset, "Loh, kemana mataharinya? Tadi masih ada di situ!", "Wah, warna langitnya berubah tiba-tiba!" Ucap mereka takjub.

Nah, saya paling suka memotret atau merekam keseruan mereka saat menikmati sunset seperti itu. Ditambah lagi, saya memang penyuka sunset sejak remaja dulu.

Diantara beberapa foto anak-anak berlatar sunset, akhirnya saya mendapatkan satu foto yang memang apik banget menurut saya. Foto anak-anak yang sedang berpose tangan membentuk love di atas kepala ala-ala Korea, berlatar sunset, dengan warna langit yang gelap-gelap mewah gitu.

Berawal dari foto iseng, jadi foto wallpaper hp, hingga jadi foto latar belakang cover buku.


Saya suka banget dengan foto itu. Sampai akhirnya saya menjadikan foto itu sebagai wallpaper hp saya. Nggak bosan-bosan dipandangi terus...hihi.

Seiring berjalannya waktu, saya pun akhirnya hampir menyelesaikan project buku ini dan tiba lah saatnya saya mulai memikirkan desain buku ini. Secara seluruh project buku ini saya kerjakan sendiri (sambil dibimbing sama suami), akhirnya saya mulai membayangkan desain buku Mencintai Tanpa Syarat ini menggunakan latar foto anak-anak yang saya pasang di wallpaper hp saya. Yap, foto anak-anak berlatar belakang langit sunset gelap-gelap mewah itu! Selain cakep secara visualnya, bagi saya pose anak-anak pun pas banget dengan judul bukunya "Mencintai Tanpa Syarat".

Setelah dicoba-coba sama suami bagaimana jika foto tersebut menjadi latar desain buku saya, Alhamdulillah-nya cocok aja sih, resolusinya juga gede, jadi nggak akan pecah jika dicetak. Bismillah aja, hihi.

Untuk pembuatan desain cover buku, saya pun belajar membuatnya sendiri. Aal dan Maryam juga ikut andil dalam pembuatan desain cover. Misalnya, jenis font judul yang ada love-love itu Maryam yang pilih, font tulisan lainnya itu Aal yang pilih. Suami saya juga ikut membantu desain cover buku saya agar lebih tampak menarik, sekalian saya belajar bagaimana membuat cover buku menggunakan aplikasi Photoshop.

Dan tadaaa! Inilah desain cover buku saya yang akhirnya fix dan insyaAllah akan segera ada di tangan teman-teman yang sudah order. :)




---

Oh, ya. Terima kasih banget untuk teman-teman yang sudah ikutan PO, saya nggak nyangka responnya seperti ini. Semoga buku yang saya tulis bisa bermanfaat dan membawa pengaruh kebaikan bagi para pembacanya nanti.

Mohon maaf ya, jika ada salah-salah dalam penyampaian dan penulisannya. Saya masih harus banyak belajar nih dalam dunia tulis menulis. Dan saya akan sangat terbuka dengan kritik dan saran dari teman-teman sekalian.

Sekian dulu tulisan saya mengenai cerita di balik buku "Mencintai Tanpa Syarat" ini. Terima kasih untuk teman-teman sekalian yang bersedia membacanya sampai akhir.. :)
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

 


Pengalaman Pemilu di Masa Pandemi COVID-19 - Sempat was-was awalnya, ketika membaca berita bahwa Pemilihan Umum (Pemilu) untuk Kepala Daerah akan tetap dilaksanakan meskipun masih dalam masa pandemi COVID-19. Pilkada serentak 2020 dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2020, hari ini. Untuk Kota Batam, hari ini kami memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Walikota dan Wakil Walikota Batam.

Saya tidak akan membahas para pasangan calon, nggak akan. Saya hanya ingin bercerita bagaimana pengalaman saya yang tetap mengikuti pemilu meskipun masih di masa pandemi COVID-19.

Alhamdulillah, sejak usia saya 17 tahun dan mempunyai hak memilih, saya tidak pernah absen dalam memilih. Termasuk hari ini, meskipun masih di dalam masa pandemi. Awalnya sempat maju mundur, kebayang gimana ramainya TPS-TPS dipenuhi warga. Serem... Mana angka penyebaran virus COVID-19 nggak turun-turun dari puncaknya, malah terus-terusan makin tinggi kasus per-harinya.

Tapi saya baca-baca ulang, bagaimana skenario yang disiapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menjaga protokol kesehatan para memilih maupun petugasnya. Akhirnya, saya yakin dan memilih untuk tetap berpartisipasi dalam Pilkada Serentak 2020 ini.

Pengalaman saya yang tadi ikut berpartisipasi, Alhamdulillah saya merasa cukup aman. Nggak seperti yang saya khawatirkan sebelumnya. Untuk di wilayah saya, nama Daftar Pemilih Tetap (DPT) diurutkan sesuai abjad lalu dibagi menjadi 3 shift untuk jadwal pencoblosannya.

Shift I: 07.30-09.00
Shift II: 09.00-10.00
Shift III: 10.300-12.00

Kebetulan, saya mendapat jadwal pencoblosan di shift II. Saya datang sesuai jadwal, sekitar jam 9.20 pagi. Sesampainya di lapangan yang merupakan fasilitas umum RW, saya melihat ada beberapa tenda biru. Ternyata ada 2 TPS yang ada di sana.

Saya langsung berjalan menuju ke TPS dimana nama saya terdaftar. Dan beginilah kira-kira prosedur yang saya jalani selama proses penyoblosan pemilu di masa pandemi:

1. Saya dipandu untuk mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun yang sudah disiapkan.

2. Pengecekan suhu tubuh. Jika suhu tubuh kita di atas 37,3°C, maka kita akan dipandu untuk memilih di bilik suara khusus yang terpisah.

3. Petugas menjaga jarak sekitar 1 meter, menggunakan masker dan juga face shield.

4. Kita wajib menggunakan masker, membawa pena sendiri, membawa KTPel dan surat undangan.

5. Mengisi absen dan tanda tangan menggunakan pena yang kita bawa sendiri.

6. Kita diberikan sarung tangan plastik untuk melindungi kontak dengan orang-orang lainnya melalui paku coblosan yang dipakai berganti-gantian.

7. Kemudian kita boleh duduk di kursi yang letaknya berjarak-jarak untuk menunggu panggilan. Syukurnya saat itu sepi banget, jadi saya nggak pakai nunggu, langsung dikasih 2 surat suara untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, satu lagi untuk pemilihan Walikota dan Wakil Walikota.

8. Masuk ke bilik suara dan coblos pasangan calon yang terbaik menurut kita.

9. Masukkan surat suara yang sudah kita coblos ke dalam kotak yang sudah tersedia.

10. Melepaskan sarung tangan plastik dan buang ke tempat yang sudah disediakan.

11. Petugas memberi tanda berupa tinta di jari kelingking kita menggunakan cotton bud yang disiapkan untuk satu orang satu untuk menjaga kebersihan dan kontak.

12. Kita kembali mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun yang sudah disediakan di depan pintu keluar TPS.

13. Selesai.


Sesampainya di rumah, saya langsung mendisinfeksi barang bawaan saya seperti dompet, KTPel dan pena, mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun lagi, kemudian mandi.

Begitulah kurang lebih skenario yang sudah KPU siapkan untuk menjaga protokol kesehatan dalam melaksanakan Pilkada 2020 di masa pandemi ini. Alhamdulillah, berdasarkan pengalaman saya, skenario tersebut berjalan dengan baik dan saya pribadi merasa tetap aman selama berpartisipasi pemilu kali ini.

Semoga para petugas bisa selalu menjaga protokol kesehatan seketat mungkin, begitu pula dengan kita yang datang hanya untuk memilih.

Ikuti peraturan, hindari kerumunan, jaga jarak, pakai masker, bawa hand sanitizer, dan rajin mencuci tangan selama berada di luar rumah.

Jangan sampai golput, temen-temen. Nggak sampai 5 menit beres, kok. Tanpa kontak, tanpa harus berjarak dekat dengan orang-orang. Oh, ya! Kalau bisa nggak usah bawa anak-anak, ya...

Semoga pilihan kita hari ini berhasil memenangkan suara terbanyak dan bisa merealisikan harapan kita, ya!
Terima kasih sudah membaca sampai akhir.. :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Cetak Foto Online Id Photobook

Cetak Foto Online di ID Photobook, Jadi Seperti Majalah! - Masih ingat jaman kecil dulu, tiap bulan pasti difoto pake tustel (kamera jaman dulu). Kata Papa, biar kelihatan perkembangan tiap bulan dan tiap tahunnya.

Kerasanya pas udah gede, lucu dan senang aja gitu melihat foto diri sendiri ada di sebuah album. Seperti ikut menyaksikan pertumbuhan dan flashback kenangan tiap waktunya.

Nah, pas udah punya anak-anak, kebiasaan yang sama seperti papa saya lakukan. Saya suka memotret anak-anak.

Hanya saja bedanya, saat ini tidak pakai tustel atau kamera khusus, saya cuma pakai smartphone alias hape.

Entah kenapa dulu kepikiran, "Nggak penting, ah, cetak foto. Kan kalau pengen lihat tinggal liat hape, atau sosial media." Ya, dulu saya banyak menyimpan foto anak-anak di sosial media, baik Instagram atau Facebook.

Selain karena ada sosial media, saya males nyetak foto karena nggak tertarik aja gitu dengan konsep cetak foto atau album foto yang lama. Cetak satu per satu, lalu susun ke dalam satu album sendiri gitu seperti jaman dulu.

"Enakan langsung buka Instagram aja kalau mau lihat foto anak-anak," menurut saya saat itu. Sampai-sampai, saya melabeli Instagram saya sebagai "my digital album". Hihihi.

Nahh, pernah pada suatu saat saya melihat iklan akun Instagram yang bisa cetak foto kekinian gitu. Hasil cetakan fotonya bagus, jadi kayak buku majalah. Lembar per lembarnya pun menarik, sepertinya mendapat polesan editing membuat foto-foto menjadi semakin dramatis.
Baguusss! Dan saya suka! ID Photobook namanya, Instagramnya @id.photobook. 

Menariknya lagi, ID Photobook memang menawarkan cetak foto secara online yang dikirim cukup melalui hape. Bisa melalui website atau aplikasinya. Caranya mudah, tinggal upload-upload saja seperti kita upload foto ke sosial media.

ID Photobook juga menawarkan beberapa pilihan album dan contoh-contoh desain cover dan isinya. Desainnya lucu-lucu, mulai dari yang elegan, cute, cantik, minimalis, ada di sana. Pokoknya kita tinggal milih ukuran album yang diinginkan, pilih desain cover, pilih desain isinya, upload, tunggu sekitar 1 minggu, dan bereeess deh! Kita juga bisa atur urutan-urutan foto yang akan dicetak. Gampang banget, hasilnya bagus dan nggak pecah. Meskipun foto yang diambil hanya menggunakan hape.

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mencetak foto di ID Photobook karena ikut Giveaway (GA) di Youtube-nya Awitalife. (Subscribe gaes, kontennya bagus dan suka ada GA! Hihi). Sekian lama menunda-nunda untuk cetak foto, eh, akhirnya punya juga karena dapet GA. Hihi. Thank you, Awitalife!

Jadi, buat temen-temen yang pengen cetak foto tapi pengen albumnya yang kekinian, bisa cetaknya di ID Photobook ya. InsyaAllah puas, karena saya puas banget, di luar ekspektasi pokoknya.

Nggah usah khawatir kebingungan cara pesan atau cara upload fotonya, karena di website idphotobook.com atau di aplikasinya sudah lengkaaap banget dikasih tau cara-caranya.

Untuk harga, cetak foto di ID Photobook itu punya macem-macem ukuran dan bentuk albumnya. Kalau album foto yang saya punya ini namanya Album Foto Laura, hardcover 48 halaman dengan isi 100 foto. Itu harganya sekitar Rp325.000.

Jadi harganya ya sesuai ukuran dan ketebalan albumnya itu sendiri. Kira-kira sekitar Rp100.00 - Rp400.000, yang lebih mahal juga ada sih. Jadi, kalian bisa pilih album dan harga sesuai kebutuhan dan budget kalian. Covernya juga bisa milih yang softcover atau hardcover seperti punya saya.

ID Photobook suka ngasih diskon-diskon harga tiap albumnya, dan ada promo-promo free ongkir ke seluruh Indonesia juga.

Yuklah, kepoin ID Photobook. Cetak foto-fotomu di album kekinian ID Photobook. Selamat membukukan kenangaaan!

Semoga bermanfaat yaa.. Terima kasih sudah baca sampai akhir.. :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Pengalaman Melepas IUD Lama dan Memasang IUD Baru. Kapok? - Setelah kelahiran anak kedua tahun 2107 lalu, akhirnya saya memang memutuskan untuk menggunakan KB IUD/spiral.

Kenapa IUD/spiral?

Karena inilah salah satu KB yang nggak mengganggu hormon dan juga nggak mempengaruhi ASI. Kayaknya masih ada pilihan KB lainnya yang nggak mengganggu hormon dan mempengaruhi ASI, sih. Cuma saya yakin memilih IUD setelah sekian lama berpikir dan menimbang.

Harusnya, IUD yang saya gunakan bisa digunakan dalam jangka waktu 5 tahun. Tapi, saya mengganti IUD lama menjadi IUD baru sebelum sampai 5 tahun jangka waktu pemakaiannya.

Kenapa?

Ya, karena ada sedikit masalah dengan IUD yang lama. IUD yang lama mengalami pergeseran dari posisi semestinya, rada turun 0,5cm. Walaupun nggak mempengaruhi akurasi kinerja IUD itu sendiri, tetapi IUD yang turun dari posisi semestinya ini cukup membuat saya nggak nyaman. Haid jadi lebih lama (10-12 hari), siklus haid jadi lebih pendek. Biasanya siklus haid saya 28 hari, ini berubah menjadi 20-24 hari. Kadang-kadang, saya juga merasa nggak nyaman dengan perut bagian bawah. Makanya, saya dan suami memutuskan untuk menggantinya dengan IUD baru saja.

Kenapa nggak dilepas saja?

Awalnya, pengen. Pengen juga nambah anak lagi. Apalagi, anak-anak sudah pengen punya adik lagi, sudah rindu bayi katanya. Tapi, mengingat kondisi kita yang masih dalam masa pandemi ini membuat saya berpikir-pikir panjang untuk hamil lagi.

Atau, kenapa nggak ganti alat kontrasepsi lain?

Hmm, nggak ada alasan bagi saya untuk mengganti alat kontrasepsi. IUD sudah cukup aman dan nyaman untuk saya selama ini. Masalah IUD-nya turun, menurut dokter itu biasa. Mungkin saya pernah beraktifitas agak berat, angkat berat, atau lainnya yang menyebabkan IUD turun.

Sebenarnya saya juga membaca-baca lagi soal alat kontrasepsi lain selain IUD, tapi saya tetap memilih IUD, nggak mau ganti yang lain. (Saya mah setia orangnya...)

Ruang tunggu yang sepi karena pandemi, pasien datang dijam yang ditentukan oleh petugas pendaftaran.

Terus, gimana rasanya ganti IUD lama menjadi IUD baru? Sakit nggak?

Hmm...lucu, nih, percakapan antara saya dengan petugas kliniknya.

Saya: Mba, mau nanya. Saya mau ganti IUD lama menjadi IUD baru, kira-kira estimasi biaya berapa, ya?
Petugas: Oh, mau bongkar pasang ya, Bu? Estimasi sekitar Rp1.200.000.
Saya: (Shock) Oke. Terima kasih.

Shock-nya saya karena petugasnya bilang "bongkar pasang", udah berasa jadi mesin yang mau ganti sparepart aja sayanya. Wkwkwk. Shock yang kedua gara-gara mendengar estimasi biayanya. "Wah, mahal juga." Pikir saya.

Seingat saya dulunya saya hanya kena Rp500.000 ribu saat pemasangan IUD yang pertama. Tapi ya sudahlah, ya, nggak apa-apa. Mau gimana lagi. Saya hanya mau membuka/memasang IUD ini dengan dokter yang memang sudah menangani saya sejak hamil anak pertama dan memang sudah sangat saya percaya.

Pintu masuk ruang periksa.

Saat bongkar pasang....

Saya masih ingat rasanya saat pemasangan IUD yang pertama dulu. Nggak sakit, kok. Nggak semenakutkan itu, kok. Pengerjaannya juga sangat cepat, hanya sekitar 3 menit aja. Ada juga, sih, rasa cekit dikit aja kayak dicubit bagian dalemnya, hehehe. Tapi nggak seberapa, kok.

Nah, meskipun ini pemasangan IUD yang kedua saya, tapi ini adalah pelepasan IUD pertama saya. Saya masih belum kebayang gimana rasanya IUD yang sudah 3,5 tahun tinggal di dalam rahim saya dilepas. "Kayak apa rasanya, ya?" Rasanya deg-degan juga! Hehe. Tapi nggak boleh panik, harus rileks, itulah cara untuk meninimalisir rasa sakit (kata Dokternya).

Oh, ya, satu lagi. Sebaiknya melepas atau memasang IUD itu ketika kita masih dalam keadaan haid di hari-hari terakhir atau darah haid sudah tinggal sedikit. Itu akan lebih memudahkan pelepasan atau pemasangan karena saat haid mulut rahim dalam keadaan terbuka.

Saya sedang haid hari ke 10 saat saya akan melepas IUD lama dan memasang IUD baru alias bongkar pasang. Saya berbaring di ranjang khusus yang ada tempat penyangga kakinya. Alhamdulillah, saya rileks banget waktu itu. Saya membayangkan wajah-wajah anak-anak yang ceria, membayangkan cerita manis drakor yang sedang saya tonton semalam, hehehe.

Ternyata, pelepasan atau bongkar IUD nggak begitu sakit. Memang nggak sakit, deh. Cuma terasa di dalam tubuh bagian bawah itu diobok-obok, dan ada sesuatu yang ditarik keluar. Nyiiit dikit aja, ngilu.

"Ini IUD lamanya ya, Jul." Kata Bu Dokter SPOG kesayangan saya menunjukkan IUD lama yang berhasil beliau keluarkan.
"Oke, Dok. Alhamdulillah." Jawab saya lega.

Kemudian saya menunggu dokter dan asistennya menyiapkan IUD baru. Beberapa alat dimasukkan ke dalam rahim untuk mengukur ulang rahim saya. IUD dimasukkan, lalu alat-alat lain dimasukkan juga untuk memutus benang IUD yang kelebihan panjangnya.

Rasanya cekat cekit. Kadang rasanya bikin kaget, tapi saya berusaha rileks lagi. Proses pelepasan dan pemasangan atau bongkar pasang ini berlangsung sekitar 7 menitan. Lega rasanya ketika dokter beres mengerjakan proses pemasangan IUD baru.

"Pusing, Jul?" Tanya Bu Dokter.
"Alhamdulillah nggak, Dok." Jawab saya berusaha santai. Hihi. Padahal deg-degan, takut pusing atau nyeri perut. Secara saya sendirian ke klinik, nyetir mobil sendiri. Suami menjaga anak-anak di rumah karena kami nggak mau bawa anak-anak ke klinik di masa pandemi begini.

Alhamdulillah-nya, segala kekhawatiran saya nggak ada yang terjadi. Ada, sih, nyeri perut sedikit kayak baru mau haid gitu. Tapi rasanya masih oke dan masih bisa dibawa santai, kok. Syukurnya.

Dokter menyarankan saya untuk menjaga aktifitas fisik selama kurang lebih seminggu setelah bongkar pasang IUD ini. Tidak boleh bekerja menggunakan fisik terlalu berat, tidak boleh angkat berat, bila terasa nyeri segera tiduran dan beristirahat.

Soal biaya, syukurnya nggak semahal itu. Saya hanya kena Rp925.000 untuk pelepasan, penasangan IUD baru, administrasi dan USG (melihat posisi IUD baru).

Hari saya menulis cerita ini adalah hari kelima setelah bongkar pasang IUD. Alhamdulillah saya tidak merasakan sakit atau nyeri atau hal yang nggak nyaman lainnya. Semoga awet IUD baru ini, nggak ada masalah lagi seenggaknya sampai saya mau nambah anak lagi. Ihiiyy!

Itulah cerita pengalaman saya melepas IUD lama dan mengganti IUD baru atau bongkar pasang IUD. InsyaAllah, nggak semenakutkan yang buibu kira, kok. Siapkan aja diri, rileks, berpikir positif, dan pastikan buibu percaya dengan dokter atau bidan yang dipilih.

Semoga bermanfaat khususnya untuk buibu yang juga ingin mengganti IUD lamanya menjadi IUD baru, atau yang mau melepas IUD-nya, atau yang baru mau memasang IUD baru untuk yang pertama kalinya.

Sehat-sehat selalu, ya. Terima kasih sudah baca sampai akhir... :)


Share
Tweet
Pin
Share
4 comments


Nggak Ada Lagi Masalah Rambut Rontok Karena Ini! - Review Micci Energizing Hair Tonic - Bahagia sekali ketika menemukan satu produk yang memang kita cari-cari dan cocok! Itulah yang saya rasain ketika bisa merasakan kerontokan rambut berkurang karena menggunakan Micci Energizing Hair Tonic.

Rambut saya itu rontok banget dari dulu. Apalagi setelah melahirkan itu ya, wuhhh, parah. Habis nyisir bisa jatuh banyak, begitu juga ketika melepas ikat rambut. Banyak yang ikut.

Sudah lama akhirnya saya memilih 'ah bodo amatlah', mau gimana lagi, mungkin hormon, semoga nanti balik normal nggak separah ini rontoknya. Setelah sekian lama, nggak ada tuh perubahan. Rontok tetap banyak, tetap parah.

Sampai akhirnya pada suatu hari saya merasa lelah banget ngadepin rambut rontok ini. Terus sedih juga saat ngerasain rambut semakin tipis. Nah, mulai deh tuh nyari-nyari produk hair care yang sreg di hati. Mulai nontonin review di youtube, di blog, baca-baca tiap produk pengurang rambut rontok, tapi belum ada yang sreg. Takut juga, kan, kalau asal nyoba-nyoba. Salah-salah takutnya rambut makin parah.

Awalnya sempet ganti shampo dulu. Shampo saya yang tadinya S*uns*lk akhirnya ganti ke Na**re. Bagus kok shampo ini. Tapi di awal-awal aja bagusnya, awal-awal aja rambut rontok saya berkurang. Entah kenapa sekian lama kemudian balik lagi rontok parah.

Akhirnya nyari shampo-shampo lain lagi. Fyi, saya jarang pakai conditioner orangnya. Dulu pernah pakai, tapi nggak merubah apapun dengan kerontokan. Akhirnya males, kan. Iya, mandi keramas plus conditioner kelamaan, anak keburu rewel nungguin di depan kamar mandi dulu itu. Hehehe.

Terus akhirnya ganti shampo Tres**mme yang hair fall control. Wangi dan formulanya enak di rambut daripada shampo yang selama ini saya pakai, tapi nggak ngaruh dengan kerontokan rambut. Lalu coba lagi Tres**mme yang sclap care yang untuk mencegah ketombe dan rambut rontok. Nahh, yang ini juga sama, wangi dan formulanya enak dan rada ngaruh sama rambut rontok saya.


Di waktu yang bersamaan, saya lihat seorang teman yang ngshare produk jualannya yang dipakainya sendiri di Instagram. Katanya, ini berhasil mengurangi rambut rontoknya dan berhasil menumbuhkan anak-anak rambut baru.

Saya yang waktu itu masih takut untuk mencoba-coba akhirnya kepo lebih jauh tentang si Micci ini. Tadinya sempat mau beli hair tonic yang ada di toko-toko aja, kan banyak tuh hair tonic di toko-toko semacam indo/alfa. Tapi entah kenapa hati ini ragu dan lebih memilih untuk order Micci Energizing Hair Tonic saja.


Bismillah. Saya berharap sama si Micci ini supaya bisa memperbaiki masalah rambut rontok saya yang sudah menahun. Harganya Rp90.000, wanginya aroma strawberry segar, cara pakainya disemprot saja ke area kulit kepala dan rambut lalu dipijat-pijat lembut (2 kali sehari).

Dan hasilnya...? Alhamdulillah sesuai harapan saya!! Finally.

Saya akhirnya membuat review tentang Micci ini setelah berbulan-bulan saya memakainya, sudah hampir habis botol yang kedua dan manfaatnya masih sangat terasa. Rambut rontok berkurang banget, tiap melepas ikat rambut paling yang ikut cuma 1-2 helai, nyisir rambut juga nggak separah dulu. Pokoknya its works banget di rambut aku.

Selain dapet manfaat di atas, saya juga ngerasain rambut saya beda dari yang dulu. Sekarang rambutnya jadi enak banget, ngegerai rambut di rumah jadi enak karena mudah diatur, dan lembut juga.

Terima kasih kak Dame udah mengenalkan  produk Micci ke saya. Bersyukur banget pokoknya!

Review ini jujur, hasil riset dan pemakaian sendiri selama beberapa lama. Bukan promosi, cuma berbagi. Siapa tau banyak temen-temen yang mempunyai masalah rambut rontok seperti saya, ya, bolehlah produk Micci Energizing Hair Tonic ini dicoba.

Kalau mau tau dan kepo-kepo dulu sama Micci, boleh ikuti Instagram kak Dame (klik di sini).

Terima kasih sudah membawa review ini sampai akhir. :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

About Me




Hai, saya Juli Yastuti, akrab dipanggil Juli atau Yasti. Saya seorang ibu dari #duanakmanis Muhammad Al Fatih (AAL) dan Siti Maryam. Profesi saya sebagai Ibu Rumah Tangga, kegiatan saya lainnya sebagai blogger, dan juga berjualan online. Mau tahu tentang saya lebih lengkap?


Baca Selengkapnya >

Contact


Email : ceritaumi2017@gmail.com / Whatsapp : 083184213939

Find Me Here

Followers

NEWSLETTER

Part Of


My Books



Recent Post

Popular Posts

  • Pohon Literasi, Stimulasi Anak Suka Membaca
  • Launching Buku Pertama Setelah Sekian Drama
  • Aku Sayang Ibu, Catatan Literasi Pertama Aal
  • Review Materi Bunda Sayang Sesi 5: MENSTIMULASI ANAK SUKA MEMBACA
  • Berkresi Membuat Aquarium Tiruan, Wall Decor Sekaligus Hiburan Untuk Anak-Anak

Member Of




Categories

  • Batam
  • Cerita Aal
  • Cerita Maryam
  • Cerita Umi
  • Event
  • Fashion & Beauty
  • Gelora Madani Batam
  • Homeschooling
  • Ibu Profesional Batam
  • Info & Tips
  • Institut Ibu Profesional (IIP)
  • Kolaborasi Blog
  • Kuliner
  • Mahasiswa
  • Parenting
  • Puisi
  • Review
  • Tentang Buku
  • Traveling
  • Wonderful Indonesia

Blog Archive

  • ►  2011 (11)
    • Jun 2011 (5)
    • Jul 2011 (6)
  • ►  2012 (2)
    • Nov 2012 (2)
  • ►  2013 (7)
    • Jan 2013 (1)
    • Feb 2013 (3)
    • Mar 2013 (1)
    • May 2013 (1)
    • Jun 2013 (1)
  • ►  2014 (13)
    • May 2014 (4)
    • Jun 2014 (4)
    • Jul 2014 (3)
    • Sep 2014 (2)
  • ►  2015 (3)
    • May 2015 (2)
    • Nov 2015 (1)
  • ►  2016 (3)
    • Jan 2016 (2)
    • Mar 2016 (1)
  • ►  2017 (66)
    • Feb 2017 (1)
    • Jun 2017 (1)
    • Aug 2017 (10)
    • Sep 2017 (1)
    • Oct 2017 (5)
    • Nov 2017 (26)
    • Dec 2017 (22)
  • ►  2018 (149)
    • Jan 2018 (22)
    • Feb 2018 (20)
    • Mar 2018 (18)
    • Apr 2018 (13)
    • May 2018 (17)
    • Jun 2018 (7)
    • Jul 2018 (9)
    • Aug 2018 (11)
    • Sep 2018 (5)
    • Oct 2018 (8)
    • Nov 2018 (8)
    • Dec 2018 (11)
  • ►  2019 (67)
    • Jan 2019 (8)
    • Feb 2019 (6)
    • Mar 2019 (7)
    • Apr 2019 (4)
    • May 2019 (5)
    • Jun 2019 (10)
    • Jul 2019 (6)
    • Aug 2019 (3)
    • Sep 2019 (6)
    • Oct 2019 (5)
    • Nov 2019 (2)
    • Dec 2019 (5)
  • ►  2020 (28)
    • Jan 2020 (7)
    • Feb 2020 (3)
    • Mar 2020 (4)
    • Apr 2020 (1)
    • May 2020 (3)
    • Jun 2020 (3)
    • Jul 2020 (2)
    • Aug 2020 (1)
    • Oct 2020 (1)
    • Nov 2020 (1)
    • Dec 2020 (2)
  • ▼  2021 (1)
    • Jan 2021 (1)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates