Cerita Sehari Di Semarang, Malam-Malam di Lawang Sewu - Perjalanan ke Semarang adalah persinggahan kami sebelum pulang kembali ke Batam. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke Batam lewat Jakarta untuk sedikit melanjutkan silaturrahmi dengan saudara-saudara yang ada di sana. Nanggung kalau tidak disinggahi, lagi pula sekalian mau ngajak anak-anak naik kereta api dan menikmati perjalanan kereta api Semarang - Jakarta yang luar biasa indah.
Ini adalah cerita sehari di Semarang, ketika kami memanfaatkan waktu yang kurang dari 24 jam untuk menikmati Kota Semarang dan mengunjungi beberapa tempat yang harus dikunjungi mumpung lagi di Semarang.
Perjalanan dari Demak menuju Semarang berlangsung sangat lancar, Alhamdulillah. Padahal, saat itu sedang ada musibah banjir di sekitaran pelabuhan Kota Semarang, dan menurut informasi yang kami terima, jalanan Semarang sedang super macet. Sampai-sampai, kami rada sulit mencari mobil rental yang bersedia mengantar kami menuju Semarang dari Demak. Syukurnya, ada orang baik yang merupakan teman main masa kecil suami saya yang bersedia mengantarkan kami.
Tibalah kami di Kota Semarang, hujan turun sangat lebat. Tujuan pertama kami di Semarang adalah mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah, sekalian melaksanakan sholat dzhuhur di sana. Melihat Masjid Agung Jawa Tengah, saya takjub. Luas sekali. Ternyata luas masjid ini mencapai 10 hektar. Tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Jawa Tengah ini juga dilengkapi dengan wisma penginapan bagi para peziarah yang ingin bermalam di masjid dengan bangunan yang bernuansa campuran Jawa, Islam dan Romawi ini.
Masjid Agung Semarang (Sumber gambar: Wikipedia) |
Ngintip payung Masjid Agung Semarang dari dalam masjid saat hujan lebat. |
Uniknya Masjid Agung Jawa Tengah ini memiliki 6 payung raksasa seperti Masjid Nabawi yang bisa terbuka dan tertutup otomatis pada waktu tertentu. Di dalam masjid juga terdapat Al-Quran raksasa atau Mushaf Akbar berukuran 145x95cm dan bedug raksasa berukuran panjang 310cm dan diameter 220cm. Di bagian luar masjid terdapat menara yang yang disebut sebagai Menara Asma Al Husna setinggi 99m yang melambangkan 99 nama-nama Allah (Asmaul Husna). Infonya, pengunjung bisa naik ke puncak menara dan melihat pemandangan Kota Semarang dari ketinggian. Tapi sayang, kami belum rejeki untuk bisa naik ke atas sana.
Mama dan Maryam di depan Mushaf Akbar. |
Setelah sholat dan berkeliling masjid, kami pergi mencari makan. Bingung mau makan dimana, secara kami semua tidak punya rekomendasi kuliner enak di Semarang. Akhirnya kami cari tempat makan yang dekat dengan penginapan yang sudah kami pesan secara online, di daerah Kota Tua Semarang. Setelah berkeliling Kota Tua, akhirnya kami memilih Warung Makan Soto Segar yang masih di kawasan yang sama. Makan makanan berkuah hangat kayaknya pas banget dengan cuaca hari itu yang masih gerimis sendu.
Jalanan Kota Tua, Semarang. |
Soto Segar Kota Lama, Semarang. |
Setelah perut terisi kenyang, kami pulang menuju penginapan. Kami menginap di Hotel Pelangi Indah yang letaknya tepat di seberang Stasiun Semarang Tawang, mengingat jadwal kereta kami berangkat jam 06.00 pagi, akhirnya saya pilih penginapan sederhana yang dekat dengan stasiun. Milih hotel juga tadinya bingung, takut zonk dengan gambar yang terpampang di aplikasi. Syukurnya, Hotel Pelangi Indah cukup memuaskan untuk kami istirahat, tempatnya cukup bersih dan nyaman.
Hotel Pelangi Indah di Kota Tua, Semarang. Pas diseberang Stasiun Semarang Tawang. (Sumber gambar: Agoda) |
Kami sampai di hotel sekitar jam 3 sore. Kami bersih-bersih dan rebahan sebentar. Sambil rebahan saya googling, mencari tempat-tempat yang harus dikunjungi selama di Semarang. Lawang Sewu salah satunya. Saya pun mengajak suami, orang tua dan anak-anak untuk mengunjungi Lawang Sewu dan berjalan-jalan menikmati Kota Semarang. Syukurnya semua pada mau mengakhiri rebahan untuk menikmati Kota Semarang di waktu yang singkat ini. Hehe. Kapan lagi kan, bisa jalan-jalan di Kota Semarang..
Hujan berhenti, sepertinya Allah mengizinkan kami berjalan-jalan tanpa kehujanan. Setelah sholat ashar, kami pun memesan taksi online untuk menuju Lawang Sewu. Excited! Tapi ada rasa gimana-gimana gitu, yaa.. Karena Lawang Seru dikenal selain sebagai tempat bersejarah juga sebagai tempat yang angker. Tapi, bismillah aja!
Potret Lawang Sewu, Semarang (sumber gambar: Google) |
Lawang Sewu yang artinya seribu pintu ini merupakan gedung bersejarah milik Kereta Api Indonesia (KAI) yang dulunya digunakan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta Naderlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Seperti namanya, bangunan ini mempunyai banyak pintu dan jendela hingga dijuluki seribu pintu.
Lawang sewu yang artinya seribu pintu. |
Di dalam Lawang Sewu ini mirip museum, kita bisa melihat-lihat beberapa benda bersejarah tentang dunia kereta api dan juga Lawang Sewu itu sendiri. Terdapat studio foto dengan berbagai tema bagi pengunjung yang ingin mengabadikan momen disini, lengkap loh dengan aneka kostumnya.
Beberapa potret kenangan kami di Lawang Sewu:
Sayangnya kami tidak bisa menjelajahi seluruh area Lawang Sewu ini karena bentrok dengan waktu maghrib. Akhirnya kami mencari mushola yang letaknya di samping gedung utama. Setelah sholat maghrib, kami tidak langsung pulang, kami masih menikmati suasana malam di Lawang Sewu.
Malam-malam di Lawang Sewu gimana? Hehehe. Nggak seperti yang ditakutkan, malam-malam di Lawang Sewu malah asyik karena ada live music dan bazaar cemilan di halaman utamanya saat weekend. Kami di Lawang Sewu sampai jam 19.30 malam, sambil menunggu dijemput oleh orang baik, teman lama suami yang sudah lama menetap di Semarang.
Oh ya, kalau kalian mau ke Lawang Sewu, ini dia syarat masuk ke Lawang Sewu:
- Sudah vaksin lengkap / booster dan menunjukkan aplikasi Peduli Lindungi
- Bayar tiket masuk sebesar Rp20.000 untuk dewasa, Rp10.000 anak-anak, Rp30.000 wisatawan mancanegara. Kita juga bisa menyewa tour guide sebesar Rp75.000 untuk mengarahkan kita berkeliling Lawang Sewu, bercerita tentang Lawang Sewu dan juga bisa bantu foto-fotoin kita.
- Jam buka Lawang Sewu mulai dari jam 08.00 pagi sampai 17.00 pada hari Senin-Jumat, dan 08.00 sampai 20.00 setiap Sabtu, Minggu & Holiday.
***
Bang Arif, nama teman suami yang menjemput kami di Lawang Sewu untuk berkeliling Kota Semarang. Kami juga diantar untuk membeli oleh-oleh dan makan malam. Kami diajak makan malam di Ideologist Cafe dan ternyata di sana sudah ditunggu oleh keluarga Bang Arif, istri dan kedua anak laki-lakinya. Ternyata Ideologist Cafe ini letaknya di dataran tinggi, sehingga kita bisa melihat keindahan Kota Semarang di waktu malam. Indah sekali, kelip lampu Semarang bagaikan bintang. MasyaAllah, kami tidak akan lupa dengan jamuan luar biasa dari orang-orang baik ini.
Melihat Kota Semarang dari ketinggian saat malam. |
Bersama istrinya Bang Arif. |
Saya dan anak-anak pun cepat membaur dengan istri dan anak-anak Bang Arif, begitu juga dengan kedua orang tua saya yang juga ikut. Alhamdulillah, nambah kenalan lagi, nambah keluarga lagi. Semoga kami diberi kesempatan untuk membalas kebaikan Bang Arif dan keluarga di lain kesempatan nantinya.
Tak terasa waktu sudah larut, kami pulang jam 11 malam meninggalkan Ideologist Cafe dan kenangan Semarang malam itu. Besok pagi-pagi kami sudah berangkat ke Jakarta naik kereta api. Bang Arif mengantarkan kami ke hotel, dan kami berpisah di depan pintu masuk hotel.
Sebelum tidur, saya menyalakan banyak alarm jam 03.00 supaya tidak terlambat. Barang-barang sudah ready diangkat, pokoknya jam 05.00 harus otw ke stasiun.
Alhamdulillah, kami berangkat tepat waktu. Check in di stasiun juga tepat waktu, bahkan kami sempat bersantai dan berfoto-foto dulu di Stasiun Semarang Tawang ini. Senangnya... Ini kali pertama saya naik Kereta Api Indonesia, hihi. Anak-anak juga excited, masyaAllah, mereka senang dan semangat sekali. No drama sama sekali selama di perjalanan. Asyik! Bikin nagih pengen jalan-jalan jauh lagi, Hehehe.
Halaman hotel yang pas di depan Stasiun Semarang Tawang. |
Di kereta api.... #bersambung