• Home
  • About Me
  • Category
    • Sharing
    • Info & Tips
    • Parenting
    • Family
    • Homeschooling
    • Review
    • Traveling
    • Tentang Buku
    • Gelora Madani Batam
    • Event
Youtube Instagram Twitter Facebook

Cerita Umi


Cara seru memperkenalkan berbagai profesi kepada anak. Anak-anak usia balita biasanya sudah mulai dikenalkan dengan berbagai macam profesi. Kita bisa lihat di dalam buku-buku pelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pasti banyak sekali gambar atau cerita tentang berbagai profesi.

Dengan dikenalkannya anak dengan berbagai profesi sejak dini, diharapkan anak-anak mengetahui berbagai peran manusia yang ada di muka bumi. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah peran yang ia sukai dan minati, lalu muncul keinginan untuk mempelajarinya lebih dalam lagi. Dengan begitu, diharapkan anak-anak bisa mengenali potensi kekuatan yang ada di dalam dirinya dan memahami arti hidupnya di muka bumi ini.

Baca juga: Cara Mengetahui Potensi Kekuatan Anak

Ada beberapa cara seru untuk memperkenalkan profesi kepada anak. Berikut ini diantaranya:

1. Ajak anak berjalan-jalan

Berkesan banget ketika dia bisa jalan-jalan melihat kendaraan pemadam kebakaran secara langsung
Jalan-jalan dan berlibur sekalian belajar, asyik banget ini. Sesekali kita bisa membawa anak-anak ke tempat dimana kita bisa mengenalkan sebuah profesi. Misalnya, kantor pemadam kebakaran, kantor polisi, rumah sakit, sekolahan, dan lain sebagainya.

Pengalaman saya pernah membawa Aal jalan-jalan ke kantor pemadam kebakaran Bandara Hang Nadim Batam. Untuk memasuki area tersebut memang membutuhkan izin lebih dulu, saya minta waktu sekitar 15 menit kepada security yang bertugas untuk mengajak anak saya melihat mobil pemadam kebakaran. Alhamdulillah diiizinkan, Aal senang dan excited sekali.

Bisa juga izinkan anak sesekali ikut ayahnya bekerja, kenalkan profesi ayahnya. Pengalaman Aal juga, ia beberapa kali ikut Abinya bekerja di kampus. Ia melihat bagaimana karyawan bekerja dan dosen yang mengajar mahasiswa.

2. Melalui aplikasi / permainan digital (screen time)

Tampilan depan Marbel Belajar Profesi
Mayoritas anak-anak sekarang pasti pernah memegang smartphone. Smartphone ini bisa dimanfaatkan sebagai media belajar yang bagus, asal kita bisa mengatur waktu dan kesepakatan yang jelas bersama anak. Nah, melalui smartphone pula kita bisa memperkenalkan berbagai profesi kepada anak melalui aplikasi atau permainan digital dari Educa Studio yaitu Marbel Belajar Profesi.

30 jenis profesi di Marbel Belajar Profesi
Aplikasi Marbel Belajar Profesi ini bisa kita dapatkan di Play Store secara gratis. Tapi ingat, sebelum memberikan izin untuk anak belajar dan bermain di smartphone (screen time), jangan lupa sepakati aturan main bersama. Misal, boleh main selama 20 menit saja. Kalau perlu, atur alarm sebagai tanda waktu screen timenya berakhir.

3. Melalui buku "Aku Ingin Menjadi"

2 buku Aku Ingin Menjadi pilihan Aal
Ah, ini buku favorit! Saya menemukan buku ini pertama kali sekitar sebulan yang lalu di Gramedia. Kesan pertama yang saya dapatkan adalah buku ini isinya bagus, harganya juga nggak mahal, sekitar Rp38.000. Dari sekian banyak tema profesi yang ada, Aal memilih Aku Ingin Menjadi Arsitek dan Aku Ingin Menjadi Pemadam Kebakaran.

Isi buku Aku Ingin Menjadi Arsitek
Arsitek, ini karena dia melihat isi bukunya banyak tentang konstruksi, pembangunan menggunakan alat-alat berat seperti crane, excavator, dan lainnya. Dari kecil dia memang suka dengan alat-alat ini. Dan Pemadam Kebakaran, dia memang lagi suka bikin kendaraan pemadam kebakaran dari lego-lego kecilnya, misanya fire truck dan helicopter fire brigade.

Is buku Aku Ingin Mejadi Pemadam Kebakaran
Buku Aku Ingin Menjadi ini mempunyai 20 seri profesi yang berbeda-beda, diantaranya: Pilot, Astronout, Advokat, Guru, Dokter, Koki, Desainer Grafis, Perancang Busana, Arsitek, Desainer Interior, Aktor & Aktris, Penyiar, Pemadam Kebakaran, Polisi, Desainer Web, Akuntan, Youtuber (waww, profesi masa kini! hehehe), Wartawan, Seniman dan Tentara.

***

Itu dia 3 cara seru memperkenalkan profesi kepada anak. Kita bisa menyaksikan, profesi mana yang membuat mata anak kita berbinar saat melihat atau membacanya.

Adakah yang mau mencoba salah satu atau ketiga cara serunya? Komentar di bawah kalau ada cara yang nggak kalah seru lainnya untuk memperkenalkan anak tentang profesi, ya..

Selamat mendampingi si buah hati dan smoga tulisan ini bermanfaat! :)
Share
Tweet
Pin
Share
30 comments

Ini dia, bahagia receh para emak-emak! Membahagiakan wanita yang masih gadis itu kayaknya lebih rumit dari pada membahagiakan wanita yang sudah mempunyai anak (emak-emak). Kalau masih gadis, setidaknya bahagia itu kalau pas lagi libur kerja dan bisa me time sepanjang hari, bisa pergi nonton bioskop bareng teman-teman, keluar kota, kelur negeri, icip-icip kuliner dimana-mana, dan lain sebagainya yang "ribet" menurut saya. Ya, ribet dari kaca mata saya, seorang emak-emak beranak dua yang masih pada balita pula. Duh.

Baca juga: Kenali 5 Bahasa Kasih, Bahagiakan Pasangan Dengan Cara Yang Tepat

Membahagiakan emak-emak yang setipe dengan saya itu receh, lho. Nggak perlu modal gede, nggak perlu ribet dan berurusan panjang. Beberapa hal di bawah ini adalah kebahagiaan emak-emak yang receh versi saya. Dijamin mudah, tanpa ribet! Bapak-bapak, wajib baca sampai akhir, ya! Hehehe.

1. Ke kamar mandi dengan tenang



Saya rasa semua emak-emak pasti merasa terenggut kebahagiaanmya di kamar mandi setelah mempunyai anak. Kalau dulu, mandi menjadi aktifitas yang menyenangkan, kalau sekarang menjadi aktifitas yang..."duh, yang penting cepet siap aja, deh!"

Bagaimana enggak, baru aja mau mandi, pintu kamar mandi sudah digedor-gedor sama anak. "Umiiiii, ikuuuttt! Hwaaa....!" Nangis kejer. Alhasil, mandi secepat kilat sambil mencoba menenangkan bocah, "iyaa..iyaa, Nak. Tunggu, ya..."

Apalagi ketika moment buang air besar, hmm, nggak usah ditanya. Kadang si anak dibawa masuk sekaligus mainan-mainannya untuk main air, biar bisa memenuhi hasrat dengan tenang dan tuntas.

Kebahagiaan receh emak-emak itu ketika bisa berada di kamar mandi sedikit lebih lama, apalagi kalau sempat luluran dengan tenang tanpa digedor-gedor berasa lagi ditagih utang. Nah, Pak Suami... Kalaulah pas libur kerja, bahagiakanlah kami dengan ini. Izinkan kami menikmati kucuran air untuk membersihkan tubuh dengan sempurna, menikmati aroma sabun yang selama ini bahkan nyaris tak tercium.

2. Menikmati makanan

Lagi lapar-laparnya, tambah lagi lauknya lauk kesukaan, entah kenapa banyak sekali cobaan. Lagi menikmati makanan tiba-tiba anak buang air besar, atau tiba-tiba nangis minta gendong dan nyusu (padahal tangan lagi sambelan).

Paling bahagia tuh kalau makan dengan tenang, sambil nonton youtube pula. Kadang kesempatan langka itu ketika makan siang di jam tidur siangnya anak-anak. Atau kalau pas lagi makan di luar, gantian makan sama suami, biar gantian jaga anak-anak. Ini menjadi kesempatan untuk lama-lamain waktu makan, sekedar ngisep-ngisep bumbu di dalam tulang ayam. Hehehee.

3. Me time, sempat melakukan kegiatan yang disukai

Me time tiap emak-emak beda-beda, ya. Ada yang butuh waktu ke salon, belanja, dan lain sebagainya. Kalau saya beda, saya nggak bisa juga ambil me time yang harus jauh atau meninggalkan anak-anak. Yang ada galau dan nggak tenang.

Me time saya cukup bisa bebas melakukan kegiatan yang saya suka di sela-sela tugas saya di dalam rumah. Misalnya, sempat menulis artikel untuk blog, sempat browsing dengan tenang, nonton youtube yang bisa bikin saya ketawa-ketawa. Semua itu berhubungan dengan HP, pastinya nggak bisa saya lakukan di tengah-tengah waktu saya bersama mereka. Kesempatan terbaik ya, saat mereka tidur. Nonton Beti Comedy atau stand up comedy saja mamak sudah bahagia, Nak.

Kalau dulu, saya suka nonton drama Korea. Tapi tidak lagi untuk saat ini. Karena drama Korea sering membuat saya baper, takutnya baper itu malah mempengaruhi mood dan hati. Hahaha. Makanya, untuk saat ini saya lebih memilih nonton comedy dari pada drama romantic.

4. Quality time berdua suami

Meluk suami malah diteriakin anak. Anak bisa cemburu ketika emaknya dipeluk sama bapaknya. Hehehe. Bagi si kecil yang masih berusia kurang dari 2 tahun, cuma dia yang boleh memeluk mamaknya. Yang lain, awass!

Lagi-lagi, waktu mereka tidur lah waktu yang tepat untuk berduaan dengan suami tanpa ada yang cemburui. Entah itu sekedar bercerita, saling bercanda, menonton bersama dan sebagainya. Waktu berkualitas tentunya tanpa diganggu oleh HP, karena waktu ini benar-benar waktu mahal dan langka untuk dinikmati pada masa-masa ini.

...

Itu saja, 4 kebahagian receh emak-emak versi saya. Receh banget, kan? Murah meriah anti ribet. Begitu saja emak-emak sudah bahagia, apalagi yang lain-lainnya. Pasti plus-plus bahagianya. Iya kan, Mak?

Mungkin emak-emak butuh waktu sejenak menepi dari kesibukannya hari-hari, meskipun hanya dengan waktu mandi yang lebih lama, waktu makan yang lebih lama, menyempatkan menikmati waktu berdua dengan suami atau lainnya. Ibaratnya low batt, emak juga perlu dicharge dengan hal-hal yang mungkin selama ini sudah jarang ia dapatkan setelah mempunyai anak. Biar emak bisa lebih bahagia dan ninim stres. Emak-emak yang bahagia akan menularkan kebahagiaan ke anak-anak dan seisi rumah, bukan?

Bukan berarti, emak-emak menganggap rutinitasnya sebagai beban, anak-anaknya sebagai beban. Tidak, bukan itu. Emak-emak itu rela mengorbankan semuanya demi anaknya. Yang terpenting anaknya aman, anaknya makan, anaknya senang, anaknya tercukupi kebutuhannya. Emak-emak itu meletakkan kepentingan anaknya di nomor 1 ketimbang kepentingan dirinya sendiri.

Tiap emak pasti sadar, kehidupan seperti ini tidak akan lama. Waktu berjalan terasa sangat cepat, anak-anak tumbuh dengan cepat. Dan saat-saat inilah yang kelak hanya akan menjadi kenangan dan cerita. Saat-saat inilah yang kelak akan dirindukan.

Di balik kebahagiaan recehnya para emak, mereka punya kebahagiaan termahal. Kebahagiaan termahal mereka adalah ketika melihat anak-anak dan keluarganya tumbuh sempurna sesuai dengan harapan mereka, sehat, bahagia dan mencapai visi dan misi keluarga. Bukankah begitu, Mak?


Untuk para suami, support kalian sangat dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan termahal itu, kebahagiaan bersama saat mencapai visi dan misi keluarga. Untuk itu, memberikan kebahagiaan-kebahagiaan yang minimal sereceh di atas tidaklah sulit, bukan?

Istrimu lebih bahagia ketika Anda menawarkan, "Sayang, makanlah. Sini biar aku jaga anak-anak," dari pada hanya sekedar "Ini uang untuk kamu belanja." Receh, tapi itu romantis versi emak-emak. Dari pada diajak makan di restoran mewah saat weekend, tapi suami di rumah kerjaannya ng-HP terus. Nggak peduli istrinya lagi masak sambil gendongin anak, atau anak nangis pas istri lagi makan sedangkan suami sibuk nonton youtube. Please, deh, Bapake!! Jangan salahkan istrimu kalau dia mendadak jadi 'tidak waras'.

Ya begitulah... Keluarga itu adalah sebuah tim yang harus mencapai sebuah tujuan bersama. Sangat dibutuhkan kerja sama supaya bisa meraih tujuan dengan lebih mudah. Tidak bisa hanya teori, semua harus saling mengerti, semua harus saling peka dan peduli. Receh ini tidak bisa dianggap remeh, karena tidak ada uang senilai Rp1 Milyar jika angkanya kurang Rp100 perak saja.

Adakah bahagia receh versi emak-emak lainnya? Silahkan komentar di bawah, ya! :)
Share
Tweet
Pin
Share
30 comments

Ketika Anak Lelakiku Disangka Anak Perempuan

"Cantik, yaa.."
"Dia laki-laki, Bu.."
"Oh, laki-laki? Rambutnya cantik kali, kayak perempuan."

"Cantiknya, Si Kakak.."
"Dia laki-laki, Mbak.. Adeknya panggil dia 'Mamas'."
"Oh, kok laki-laki rambutnya panjang seperti perempuan, sih?"

Begitulah kira-kira komentar nyeletug orang-orang ketika pertama kali bertemu dengan Aal. Entah kenapa, seriiiing sekali orang mengira Aal itu anak perempuan. Padahal bajunya kaos gambar mobilan, robot Optimus Prime, kemeja kotak-kotak, baju-baju anak laki-laki pada umumnya, dan tentu pembawaannya yang laki-laki banget juga. Tapi tetap saja disangka perempuan.

Suka kezel kadang, apa orang nggak melihat betul-betul, ya. Memang, sih, rambut Aal dari dulu panjang (gondrong), rambutnya juga lurus jatuh dan tampak sehat seperti iklan-iklan shampo gitu. Rambut emaknya aja kalah. Tapi apakah rambut bisa menjadi tolak ukur mutlak terhadap gender seseorang? "Rambut panjang berarti perempuan, dan rambut pendek berarti laki-laki." Begitu, kah?

Eh tapi, pernah juga Aal potong pendek tapi juga disangka perempuan karena wajahnya "cantik". Kan lucu.. Rambutnya pendek, pakaiannya pakaian laki-laki, tapi disangka perempuan dan terang-terang mengucapkannya langsung di depan anakku, "Oh, laki-laki... Kayak cewek, ya.. Wajahnya cantik". Aku hanya bisa menjawab sambil tersenyum basa basi, "Bukan, dia laki-laki. Adeknya yang perempuan."


Komentar-komentar seperti ini kami dengar sejak Aal bayi, lho. Sejak bayi, batita, hingga saat ini sudah 4,5 tahun usianya. Heran juga, ada apa dengan mata orang-orang? Hehehe. Memang nggak semua, tapi mayoritas. Keadaan ini membuat saya risih dan merasa harus berbuat sesuatu untuk "membentengi Aal". Saya tidak mau dan tidak suka kalau Aal mendengar komentar-komentar nggak penting seperti itu. Memang bagi kita biasa, tapi bagi anak di usia balita itu menjadi bahan cerna di dalam otaknya tentang jati diri dan fitrah seksualitasnya. (Baca juga: Mengembangkan fitrah seksualitas anak)

"Aku ini siapa?"
"Aku ini laki-laki atau perempuan?"
"Kalau aku laki-laki kenapa banyak yang mengira aku perempuan?"
"Mengapa orang bilang aku seperti perempuan?"

Mungkin begitulah kira-kira pertanyaan yang terbesit di benak mereka, yaa. Saya sadar, saya tidak bisa mengendalikan komentar-komentar orang, saya tidak bisa melarang orang-orang berkomentar atas dasar apa yang mereka pikirkan. Menurut saya, satu-satunya cara yang bisa saya lakukan adalah memberi pengertian dan penjelasan kepada Aal tentang dirinya, tentang gendernya, tentang rambutnya, tentang perbedaan laki-laki dan perempuan.

Jadi pernah hari itu kami bertemu dengan seseorang yang frontal banget komentarnya, suaranya keras, pakai pegang-pegang rambut Aal segala, "kok laki-laki rambutnya kayak cewek gini, sih??". Duh, syukurnya ini ibu-ibu itu sudah tua, jadi saya hanya bisa diam saja tanpa memberi tanggapan. Aal pun risih dipegang-pegang rambutnya sama orang lain dan nampak menarik badannya untuk menjauh.

Ini titik tertinggi kekesalan saya. Aal juga tampak kesal karena rambutnya sampai dipegang-pegang. Setelah ibu itu pergi, saya langsung bicara pada Aal.

"Sayang, Aal laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki, lah." Jawabnya.

"Mantap! Aal itu laki-laki. Banyak orang bilang rambut Aal kayak perempuan, itu nggak bener! Laki-laki juga boleh kok rambutnya panjang. Bahkan menurut kisahnya, Nabi Muhammad rambutnya juga panjang seperti Aal."

Dari Bara’ bin Azib, dia berkata, “Aku tidak pernah melihat rambut melampaui ujung telinga seorang pun yang lebih bagus dari (rambut) Rasulullah.” Dalam suatu riwayat lain, “Rambut Rasulullah sampai mengenai kedua bahunya.” (Hr. Muslim: 2337)
- Sumber -

"Nabi Muhammad rambutnya kayak Aal segini?" Tanyanya sambil memegang rambutnya, matanya berbinar.

"Yang Umi tahu seperti itu, ada di Hadist. Jadi, tidak benar kalau rambut panjang itu perempuan dan rambut laki-laki itu pendek. Yang benar itu anak perempuan ya berjilbab, seperti Umi, seperti Adek. Ya, kan?"

"Iya... Kayak gini, nih, anak perempuan!" Jawabnya sambil menunjuk Dek Maryam yang sedang tidur di gendongan Umi.

"Jadi kalau nanti ada lagi yang bilang rambut Aal panjang kayak perempuan, Aal harus jawab apa?"

"....hmmm." mikir dia, hehee.

"Jawab aja, 'maaf, Aal laki-laki. Rambut Aal panjang, tapi Aal laki-laki. Kalau perempuan, mah, pakai jilbab kayak Maryam' gitu, ya?"

"Iya...iya."



Beberapa hari kemudian...

"Ehh, ini Aal? Ya ampun, kok kayak cewek sih, rambutnya?"

"Aal laki-laki. Kalau cewek, mah, kayak Maryam tu berjilbab. Aal kan nggak berjilbab!" Dia protes, lho.. Dia jawab dengan wajah polos, tapi suaranya lantang dan ngena. Dalam hati saya, "Masya Allah, masih ingat dia yang saya bilang dulu."

"Oh iya juga, ya.." Lalu netijen tadi tertawa dan setengah kaget mendengar protes keras Aal.

Saat itu saya puas. Setidaknya Aal bisa membentengi dirinya, mempertegas jati dirinya bahwa dia laki-laki. Saya senang karena Aal berani melawan opini yang salah, yang mana menurut saya opini-opini tersebut bisa berdampak buruk pada dirinya.

Dan teruntuk kita semua (termasuk saya dan khususnya untuk saya), hati-hati dalam berkomentar. Hindari komentar frontal di depan orang yang bersangkutan tentang fisik orang tersebut (kalau komentar di belakang, biar jadi urusan masing-masing orang dengan Tuhannya), terlebih lagi jika dia anak-anak yang pemikirannya masih serba abstrak. Belum tahu mana yang benar dan mana yang tidak benar.

Dan menurut saya, komentar-komentar seperti yang di atas itu bisa berdampak kurang baik bagi fitrah seksualitas anak karena bisa membuatnya bingung dan ragu dengan gendernya sendiri.

Untuk kita, para orang tua. Kita harus peka terhadap lingkungan di sekitar anak. Kalaulah sekiranya ada yang salah, mengganggu atau membuat kita tidak nyaman, kita bisa kuatkan diri anak dengan cara kita. Kita yang paling mengenal anak kita, kita yang tahu bagaimana cara meyakinkan anak tentang suatu kebenaran.

Cukup tanamkan kebenaran, kuatkan kebenaran itu di dalam dirinya. Yang paling penting, minta sama Allah untuk selalu menjaga kita dari segala sesuatu yang menyesatkan dan semoga kita selalu berada di jalan kebenaran.

By the way... Adakah yang mengalami kisah yang sama seperti saya...?

Share
Tweet
Pin
Share
25 comments

Manfaat bermain lego bagi anak. Aal (4y6m) lagi suka-sukanya sama lego kecil. Sebenarnya sudah dari usia kurang 2 tahun dia kenal sama lego, awalnya dia pakai lego block yang besar-besar itu. Nah, 6 bulan yang lalu, saat usianya pas 4 tahun dia mulai kami izinkan untuk memiliki dan memainkan lego kecil yang memang dikenal lebih rumit.

Lego/blocks karya Aal usia hampir kira-kira 2,5 tahun.

Diingat-ingat, ternyata dia sudah punya lego kecil mobil tank saat masih berusia 2 tahunan lebih, kado dari oomnya. Karena saat itu dia belum minat, mainnya asal-asalan dan super berserakan sampai lego-legonya pada hilang. Akhirnya lego itu saya simpan. Dari pada berserak dan pada hilang...sayang, kan?

Di usianya yang sudah 4 tahun, kreatifitas dan imajinasinya semakin berkembang. Bermodal lego kecil simpanan dulu yang dibuka kembali, dia bisa berkreasi. Berbagai macam bentuk dia tunjukkan kepada saya maupun abinya. Dalam hati saya, MasyaAllah, Aal mempunyai kreatifitas yang luar biasa! Dengan lego kecil seadanya dia bisa menciptakan bermacam-macam mainan, mobil, bus, UFO, dan lain-lain.

Pertama kali Aal berkreasi dengan lego mobil yang selama ini disimpan.

Saat mengerjakan lego, matanya berbinar, banyak moment "wow" yang saya temukan saat menemaninya menyusun lego. Sampailah pada akhirnya dia merasa kurang puas dan meminta untuk menambah koleksi legonya. Okey! Saya dan abinya setuju karena melihat anaknya yang memang super excited dengan lego kecil.

Sebenarnya ada terbesit perasaan ragu, apakah kami terlalu dini mengenalkannya lego kecil? Secara, di kotak legonya tertera 6+ alias untuk anak usia 6 tahun ke atas. Tapi sungguh, ini anaknya yang kekeuh banget mau lego kecil. Ya, jadilah kami coba beli lego kecil dengan porsi yang kecil juga untuk coba-coba. Ada tuh, lego kecil yang isinya hanya 16pcs belinya di Al***art.

Ternyata, MasyaAllah dia bisa! Di dalam box lego kecil itu ada selembar kertas petunjuk atau tutorial merakit legonya agar terbentuk sesuai dengan gambar (lego mobilan, kalau tidak salah).  Tidak butuh waktu banyak untuk menyelesaikan lego kecil itu. Yes, dia bisa merakit 16pcs lego menjadi sebuah mobil dengan mengikuti tutorial yang ada di kertas petunjuk.

Semakin penasaran, dia minta beli lego lagi. Saya motivasi dia untuk menabung dan sabar menunggu tabungannya cukup untuk membeli lego. Beberapa waktu berlalu, tabungannya cukup. Dia membeli lego yang lebih menantang dari pada yang sebelumnya, 24pcs. Lego yang kedua ini lego salah satu karakter kartun Paw Patrol. Sama seperti sebelumnya, Aal bisa merakitnya dan hanya membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 15 menit saja.

Lagi serius..

Ini berlanjut, ia menabung dan membeli lego semakin banyak. Ada lego helikopter 32pcs, lego mobil buldozer 64pcs, lego mobil slender 84pcs dan terakhir dia beli lego set motor ATV + gunung merapi + 4 orang petugas berisi 107pcs. Di antara semua itu, yang membuat dia merasa kesulitan dan butuh bantuan itu lego mobil slender, butuh waktu 1 jam, istirahat 2 jam, dan mengerjakannya kembali sampai akhirnya dia berhasil. MasyaAllah!

Bukan Aal namanya kalau selesai sampai di situ saja. Setelah dia berhasil merakit, biasanya dia hanya minta hasil rakitannya difoto. Setelah itu dia bongkar dan dikreasikan lagi dengan lego-lego yang sudah ada. Misalnya, membuat lago dump truck dari semua lego yang ia punya, membuat helikopter yang lebih canggih, dan lain sebagainya. Uminya mah, tukang foto bae. Karena setiap habis berkarya, dia pasti minta hasil kreasinya difoto dan dikirim ke Abinya.

Fire truck masa depan ala Aal.

Seru! Bermain lego adalah aktifitas favoritnya selain menulis, menggambar dan membaca. Tak jarang juga dia minta saya untuk merekam saat dia merakit lego. Tontonan favoritnya di Youtube saat ini tentang "Lego City", entah lego city fire brigade, lego city construction, dan lain sebagainya. Ini cara dia mendapatkan inspirasi untuk merakit legonya agar menjadi sesuatu yang baru. MasyaAllah, luar biasaaaa!

Video Aal di youtube saat merakit helikopter kreasinya sendiri:



Seperti yang kita ketahui, merakit lego ini rumit, apalagi jika dikerjakan oleh seorang anak balita. Jadi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum anak mulai bermain lego untuk menghindari anak frustasi, tantrum, putus asa dan semacamnya karena kerumitan lego. Pernah juga, lho, Aal kesal dan sedih karena dia belum berhasil merakit lego mobil slendernya. Tapi syukur Alhamdulillah, dia tidak patah semangat, berusaha lagi dan berhasil.

Girangnya dia berhasil merakit lego buldozer selama kurang levih 15 menit.

Nah, apa saja yang harus diperhatikan sebelum membiarkan anak bermain lego?

1. Usia anak

Di kemasan mainan apapun, biasanya tercantum kategori usia yang cocok menggunakan mainan tersebut. Tapi bukan berarti, usia anak dibawahnya dilarang untuk menggunakannya. Kita yang tahu, kita yang lebih kenal dengan anak kita sendiri, siapkah dia, mampukah dia, seberapa inginnya dia untuk mencoba. Hal itu juga menjadi pertimbangan menurut saya. Jika menurut saya dia memang siap untuk mencoba, tidak ada salahnya untuk dicoba.

2. Tingkat kesulitan yang bertahap

Seperti yang saya ceritakan di atas, Aal mengenal lego mulai dari lego blocks yang besar dan warna-warni, mulai mencicip lego kecil seadanya dengan bermodal kreatifitas yang dia punya sendiri, mulai coba-coba merakit lego dengan porsi kecil, lalu meningkat dan meningkat lagi. Saat memutuskan untuk meningkatkan porsi legonya, pastikan dulu kalau anaknya siap dan bisa. Bagaimana cara mengetahuinya? Ya, dia bisa merakit lego sebelumnya dengan lancar bahkan bisa mengkreasikannya menjadi sesuatu yang beda. Jangan lupa tanyakan anaknya, "mau yang berapa pcs?". Kalau Aal selalu minta lego dengan porsi yang lebih besar dari pada lego sebelumnya. Iya, makin besar legonya, makin besar juga nominal harganya. Hehehe.

3. Selalu dampingi

Orang tua harus tetap standby di sampingnya. Lihat step by step yang dia kerjakan, jika dia kesulitan, kita siap membantu. Jika ada kekeliruan, kita siap membimbing. Jangan biarkan dia merakit sendiri, bingung sendiri, pusing sendiri. Kalau saya, saya selalu menyisipkan candaan, atau sekedar menawarkan minuman, cemilan, atau apapun agar ia tetap rileks, tetap bisa tersenyum dan tertawa. Biar nggak serius dan berkerut banget, gitu. Hehehe.

Ketiga hal di atas yang harus diperhatikan sebelum anak bermain lego. Khususnya untuk lego kecil, ya. Kalau lego besar atau blocks dan sejenisnya mungkin tidak serumit lego kecil, jadi menurut saya bebas-bebas saja, asalkan tetap dampingi dan jangan lupa beri apresiasi ketika anak berhasil menciptakan sebuah karya. Sekali lagi, ini menurut saya, ini yang saya terapkan ke Aal maupun Maryam (1y9m) yang saat ini sudah mulai akrab dengan lego besar/blocks.

Aal & Team.
Hhhmm, setelah panjang lebar cerita dan membahas tentang lego. Memangnya apa, sih, manfaatnya bermain lego bagi anak? Setelah saya baca-baca, ternyata banyak manfaatnya bermain lego bagi anak, lho. Apa saja?

1. Media pembelajaran warna, bentuk dan hitungan (stimulasi matematika logis)

Baca juga: Stimulasi matematika logis pada anak.
Kenalkan anak dengan lego yang besar/blocks terlebih dahulu. Lego besar/blocks biasanya berwarna-warni, kita bisa mengenalkan anak warna sambil menyusun lego. Mengenal bentuk persegi, persegi panjang, mengenal yang kecil dan yang besar, belajar menyusun yang rendah dan yang tinggi.

2. Mengasah kreatifitas dan imajinasi

"Umi, lihat, ini helikopter!", semangat sekali dia ketika berhasil menyusun lego sesuai dengan imajinasinya. Tentu saja ini membutuhkan kreatifitas agar lego-lego ini bisa terbentuk menyerupai bentuk yang diingini. Jagan lupa diapresiasi. Karena dengan mengapresiasi, anak akan terpacu dan semakin semangat untuk berkarya lagi.

3. Melatih motorik halus

Gerakan menyusun lego, melepas, memasangnya kembali, ini membutuhkan koordinasi yang baik antara tangan dan mata. Motorik halus ini sangat berguna untuk menstimulasi kemapuan menulisnya nanti.

4. Belajar memecahkan masalah

Lego sebanyak 107pcs yang harus dirakit menjadi sebuah motor ATV, sebuah gunung, dan juga 4 orang petugasnya. Dengan melihat kertas petunjuk, ia berfikir dan memainkan logikanya, menyelesaikan setiap step by step agar mencapai tujuannya. Tentu saja anak akan mengalami proses trial and error, di sinilah ia dilatih agar bisa mencari solusi, tidak menyerah, terus mencoba dan berusaha. Orang tua yang mendampingi sangat berperan penting untuk menyemangati anak.

5. Meningkatkan kemampuan sosialisasi dan kerja sama

Kalau anak sudah berusia 5 tahun ke atas, bermain lego bisa jadi semakin seru. Lego yang semakin banyak itu bisa diselesaikan bersama dengan teman-teman dengan berbagi tugas. Misalnya, si A membuat mobil buldozernya dan si B membuat mobil slendernya, dan akhirnya mereka bisa bermain mobil konstruksi bersama-sama. Di sinilah anak belajar meningkatkan social skill-nya, berinteraksi, komunikasi, menjalin kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.


Itulah 5 manfaat bermain lego bagi anak. Saya salah satu orang tua yang sangat merekomendasikan lego sebagai mainan anak-anak yang bermanfaat. Ya, konsekuensinya mungkin rumah akan berserakan lego, kalau sudah berserak pastinya pernah keinjak lego kecil dan rasanya "adaww..". Hehhe,

Tapi tidak apa-apa, lebih baik berserakan tapi mereka aktif dan kreatif dari pada rapi tapi mereka hanya sibuk dengan gadget saja. Namun perlu diingat, tidak semua anak setipe dengan Aal yang bisa betah duduk lama merakit lego. Tiap anak berbeda, tiap anak mempunyai passion yang berbeda.

Cukup ikuti minat mereka, fasilitasi minat itu semaksimal mungkin. Itu saja. Seperti itu pula yang saya lakukan pada Aal.

Karena tiap anak lahir membawa keunikan masing-masing. Tidak bisa dibeda-bedakan kepandaiannya, karena sajatinya setiap anak itu HEBAT dengan anugerah yang masing-masing sudah ada pada dirinya

"Stop melihat rumput tetangga yang lebih hijau, coba lihat lagi taman rumahmu ternyata lebih indah penuh dengan warna warni bunga."
-www.ceritaumi.com-

Semoga tulisan ini bermanfaat! Oh ya, kalau ada informasi komunitas lego untuk anak-anak atau yang bisa menerima anak-anak seusia Aal di Batam, komen di bawah, ya.

Terima kasih. :)
Share
Tweet
Pin
Share
32 comments


Aliran rasa 11 bulan Kuliah Bunda Sayang IIP. Alhamdulillah, berakhir sudah materi dan tantangan ke-11, itu artinya, tinggal selangkah lagi perjalanan di kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional (IIP) ini. Di materi ke-11 lalu, kita belajar tentang Pentingnya Membangkitkan Fitrah Seksualitas Pada Anak. Materi ini luar biasa bermanfaat, mengingat tantangan hidup di dunia saat ini benar-benar keras di luar nalar.

Kesucian anak-anak di bawah umur bisa saja terancam, baik itu anak perempuan maupun laki-laki. Entah, apa mungkin inilah kehidupan di akhir zaman? Wallahua'lam. Yang terpenting bagi kita adalah mempersiapkan diri, membekali generasi kita dengan iman, ilmu dan pengetahuan yang cukup.

Terima kasih banyak kepada IIP yang sudah menyajikan perkuliahan yang luar biasa sangat bermanfaat bagi para ibu. Di sini tempat kami menimba ilmu yang belum pernah kami dapatkan sebelumnya di bangku sekolah dan kuliah sebelumnya.

Di sinilah tempat kami mengevaluasi kembali visi dan misi keluarga, ide-ide kegiatan bersama anak, mengkaji tentang ilmu pengasuhan, dan banyak sekali mendapatkan informasi-informasi baru seputar anak yang memang kami butuhkan.

Yang berkesan di materi ke-11 ini adalah cara penyajian materinya yang berbeda dari yang sebelumnya. Kalau dulu awalnya fasilitator membagikan materi secara langsung (kita tinggal menerima dan membaca), lalu berubah menjadi sarana diskusi sambil menyampaikan materi (kita diajak mikir). Nah, kali ini beda lagi, yaitu dengan cara belajar mandiri, belajar berkelompok, berdiskusi, presentasi dan belajar review materi.

Keren, ya, kuliahnya mamak-mamak. Hehhee. Iya, jadi seru dan jadi lebih tertantang. Jadi, mamak-mamak di sini bukan hanya belajar tentang materi Fitrah Seksualitas saja, tapi juga belajar beberapa poin sepeti di bawah ini:


  1. Learning by Teaching: Proses belajar mandiri. Kita mencari materinya sendiri, lalu kita sampaikan kembali ke forum, berdiskusi dan saling berbagi pikiran dan informasi. Lewat "mengajar" kita bisa belajar banyak.
  2. Fokus pada solusi: Kalau bicara tentang yang buruk-buruknya saja, tidak akan ada habisnya. Seperti penjelasan saya di awal tulisan ini, dunia makin mengerikan, euy! Nah, apa yang harus kita lakukan? Hanya bicara? Tidak! Kita harus sama-sama mencari solusi agar kita terhindar dari segala sesuatu yang buruk. Kita bersama-sama, Mak! Demi anak-anak kita.
  3. Belajar presentasi online: Seru, nih. Biasanya presentasi offline di zaman kuliah, ya. Ternyata presentasi online deg-degan juga, lho. Walaupun tidak sehebat presentasi offline. Apalagi ini per kelompok, sebelumnya kita juga harus berdiskusi secara online di sebuah grup Whatsapp khusus. Tantangan terberat bagi kami adalah sama-sama menyatukan jam online. Secara aktifitas kita semua berbeda-beda, ada ibu bekerja di ranah domestik (IRT) ada juga yang ibu bekerja di ranah publik (pekerja). Tapi Alhamdulillah, kami bisa melewati tantangan ini dengan baik.
  4. Belajar menulis review: Tantangan kali ini menulis review dari materi yang dipresentasikan oleh tiap kelompok. Ada 10 kelompok untuk 10 hari, itu artinya 10 kali review. Manajemen waktu dan konsistensi benar-benar diuji, Mak!
  5. Belajar mencari sumber terpercaya terkait pengetahuan atau media ajarnya: Ini juga penting, jangan sampai memberikan informasi atau sumber materi dari yang tidak bisa dipercaya alias hoax. Salah satu tantangan kami saat berdiskusi dan mengumpulkan materi juga, nih. Keberadaan Google sangat membantu, tapi kami benar-benar harus menyaring dan menseleksi tiap artikel yang ada agar bisa kami jadikan materi yang terpercaya dan bisa dipertanggungjawabkan sumbernya.

Alhamdulillah, saya bersyukur bisa sampai pada waktu ini. Tak henti-henti saya bersyukur ketika saya bisa melawan rasa malas untuk mengerjakan tantangan. Karena memang, sering sekali rasa malas itu menggoda.

Sekarang, perjalanan di Bunda Sayang IIP tinggal selangkah lagi. Materi ke-12 nanti adalah materi yang terakhir. Semoga semangat tetap terjaga dan tetap bisa mengalahkan rasa malas! Aamiin.

#AliranRasa
#TantanganLevel11
#KuliahBundaSayangIIP

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho di sore hari.

Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho Batam. Ini adalah kunjungan yang kedua saya dan keluarga ke Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho di Kota Batam. Awalnya saya tahu dari Instagram, banyak foto-foto liburan para warga Batam maupun luar Batam di masjid ini. Ternyata benar, Masjid yang memiliki gaya arsitektur China ini memang menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kota Batam.

Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho ini terletak di Bengkong Laut, Kecamatan Bengkong (masih kawasan Golden City, tidak jauh dari Golden Prawn). Setiap harinya, masjid ini selalu didatangi para wisatawan, baik itu berkunjung untuk sholat atau hanya sekedar untuk berfoto.

Jalan memasuki area masjid melalui pintu samping.

Pertama kali memasuki area masjid, kita bisa melihat halaman yang cukup luas. Halaman ini dimanfaatkan pengunjung untuk berfoto. Masjid ini tidak memiliki kubah layaknya msjid pada umumnya, melainkan adanya atap segi 8 yang bentuknya menyerupai pagoda dengan tulisan lafaz "Allah" di puncaknya.

Di sebelah kiri masjid, ada bangunan semacam teras yang bisa dipakai untuk bersantai dan beristirahat. Ada juga yang menggunakan area tersebut untuk kumpul dan sharing soal keagamaan, atau sekedar duduk-duduk santai sambil memandang ke arah masjid.

Bangunan di sebelah kiri masjid untuk duduk bersantai dan beristirahat.

Masjid yang diresmikan pada tanggal 21 Februari 2015 lalu oleh Menteri Pariwisata dan Menteri Bidang Kemaritiman ini memang unik dan menarik. Meskipun ukurannya tidak terlalu besar, kira-kira hanya muat menampung sekitar 180 jamaah saja.

Bagian dalam masjid yang cantik.

Ternyata, Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho di Batam ini adalah replika dari Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho yang berada di Surabaya. Tidak hanya itu, di sekitar masjid juga terdapat replika kapal Golden Cheng Ho yang tak kalah menarik perhatian para wisatawan.

Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho di Surabaya.

Kapal Cheng Ho. Sumber foto: batamnews.co.id.

Sejarah Singkat Laksamana Muhammd Cheng Ho

Laksamana Muhammad Cheng Ho adalah seorang muslim dan laksamana laut yang datang dari negeri Tiongkok. Dengan membawa lebih kurang 27 ribu anak buah dalam 317 kapal menuju Indonesia. Kedatangan beliau menjelajah ke Indonesia untuk menyebarkan agama Islam.

Masjid ini dibangun oleh pengusaha Batam yang memang mengembangkan kawasan tersebut untuk mengenang sejarah Laksamana Muhammad Cheng Ho. Menurut sejarah, Laksamana Muhammad Cheng Ho juga pernah singgah ke beberapa daerah lain di Indonesia, yaitu Aceh, Palembang, Belitung, Jakarta, Surabaya, Semarang, Cirebon, dan Denpasar. Hal tersebut diperkuat dengan adanya Masjid atau peninggalan Laksamana Muhammad Cheng Ho yang ada di daerah-daerah tersebut.

Nah, bagi warga Batam atau yang mau berlibur ke Batam, jangan lupa singgah ke Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho ini, ya.. :)
Share
Tweet
Pin
Share
8 comments

Pentingnya Membangkitkan Fitrah Seksualitas Pada Anak. Itulah sebabnya, menjadi orang tua masa kini tidak bisa hanya dengan berpangku tangan melewati hari-hari dengan pasrah. Harus banyak belajar, harus banyak membaca, karena sungguh...mendidik anak itu bukanlah tugas yang mudah.

Melalui tulisan ini, saya akan membagikan sedikit ilmu tentang Fitrah Seksualitas yang saya dapatkan di Kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional (IIP). Bukan berarti saya sudah bisa, wah, saya masih jauh dari kata "bisa". Wong anak saya masih cilik, justru ini adalah salah satu catatan pembelajaran saya untuk mendidik anak-anak saya. Dengan menuliskannya kembali, saya mengikat ilmu itu ke dalam sebuah tulisan agar kelak bisa dibaca dan dipelajari kembali.

Apa itu Fitrah Seksualitas?

Menurut Bapak Harry Santosa, Fitrah Seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai seorang lelaki sejati atau perempuan sejati. Seperti yang kita ketahui, manusia terlahir dengan 2 jenis kelamin yang berbeda, laki-laki dan perempuan. Namun sudahkah fitrah seksualitas masing-masingnya tumbuh dengan paripurna?

Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak anak lahir ke dunia sampai usia akil baligh. Peran kedua orang tua sangat berpengaruh secara utuh dalam proses ini. Berikut adalah tahapan usia fitrah seksualitas pada anak:

0-2 Tahun
Pada usia ini, anak didekatkan pada ibunya. Moment terbaik untuk menjalin ikatan antara ibu dan anak adalah pada saat menyusui.

3-6 Tahun
Anak mulai bisa memastikan identitas seksualitasnya sebagai anak laki-laki atau perempuan. Pada usia ini anak laki-laki dan perempuan harus didekatkan kepada kedua orang tuanya agar dapat merasakan kekuatan emosional yang seimbang dari keduanya.

7-10 Tahun
Anak didekatkan sesuai dengan gendernya, anak laki-laki didekatkan dengan ayahnya dan anak perempuan didekatkan dengan ibunya. Dengan begitu, ayah dan ibu bisa menjelaskan pertanyaan-pertanyaan seputar akil baligh (mimpi basah bagi anak laki-laki, haid bagi anak perempuan) dengan baik untuk mempersiapkan masa akil balighnya kelak.

11-14 Tahun
Anak didekatkan dengan lintas gendernya, anak laki-laki didekatkan dengan ibunya dan anak perempuan didekatkan dengan ayahnya agar anak belajar memahami struktur berfikir lintas gendernya dengan baik.

>15 Tahun
Ini adalah masa akil baligh sempurna. Anak sudah bisa memegang tanggung jawab sendiri dengan harapan mereka sudah mengantongi fitrah seksualitas yang paripurna.

Seberapa pentingkah membangkitkan fitrah seksualitas pada anak?

SANGAT PENTING! Agar anak tumbuh sesuai dengan fitrah gendernya, menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati. Kelak mereka akan menjadi seorang ayah sejati dan seorang ibu sejati.

Apa yang terjadi jika fitrah seksualitas tidak dibangun dengan baik hingga masa akil balighnya?

1. Anak mencari perhatian dari lawan jenisnya (pergaulan bebas).
2. Tidak berperilaku sesuai gendernya.
3. Tidak menyukai lawan jenisnya.
4. Kasar, sulit memahami perasaan pasangannya.

Bagi anak-anak yang sudah tidak memiliki ayah atau ibu, atau ayah dan ibu, bisa diusahakan dengan mencari sosok pengganti. Kakek atau paman bisa menjadi sosok pengganti ayahnya, nenek atau bibi bisa menjadi sosok pengganti ibunya. Begitu pula untuk anak dari korban perceraian, atau memiliki ayah dan ibu yang terpisah jarak (LDM = Long Distance Marriage). Namun bedanya, jarak yang jauh masih bisa terasa dekat dengan adanya kemajuan teknologi dan komunikasi zaman sekarang. Komunikasi adalah hal yang sangat penting.

Beberapa cara agar ayah atau ibu tetap bisa dekat dengan anak meskipun terpisah oleh jarak:

1. Melalui telepon atau video call yang intens. Tetapkan jadwal bersama, luangkan waktu khusus untuk menuangkan kasih sayang kepada anak meskipun via udara.
2. Bercerita tentang sisi positif ayah atau ibunya yang jauh. Misalnya, ibu selalu menceritakan ayahnya yang baik, sabar, penyayang, ayah yang selalu merindukan anaknya. Jadi, jika suatu saat anak bertemu dengan ayahnya, rasa cinta sudah tertanam di dalam hati dan pikiran anaknya.
3. Ajarkan anak senantiasa mendoakan ayah dan ibunya, meskipun jauh, tapi ikatan doa antara orang tua dan anak itu sangatlah erat.

Tantangan-Tantangan Yang Dihadapi:


1. Kurangnya peran aktif orang tua dalam pengawasan dan pengasuhan terhadap anak. Zaman sekarang banyak orang tua yang terlalu sibuk beraktifitas di luar rumah atau hadir setengah hati membersamai anaknya karena sibuk ber-gadget atau sibuk mengerjakan aktifitas lainnya.
2  Maraknya kasus Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Saat ini bukan menjadi hal yang tabu, kita bisa melihat banyak LGBT di sosial media.
3. Banyak kasus kejahatan seksual (Pedofil) baik di dunia nyata atau dunia maya.

Solusi:


1. Hadirkan kembali peran ayah dan ibu secara utuh.
2. Anak dibekali ilmu agama, ajarkan anak tentang batasan aurat sejak dini.
3. Ajarkan anak untuk bisa menjaga tubuhnya, mengenali bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, bagian tubuh yang boleh dan yang tidak boleh terlihat.
4. Ajarkan anak tentang rasa malu.
5. Ajarkn anak bersikap ketika menemui orang-orang yang mencurigakan dengan pergi menjauh, ke tempat ramai, atau berteriak.
6. Bijak bersosial media (untuk orang tua), perhatikan ketika mengupload foto anak (pakaian dan tubuhnya hendaknya tertutup dan tidak memperlihatkan wajah dengan jelas).
7. Batasi pamakaian gadget pada anak berusia sebelum akil baligh, belum dianjurkan untuk mempunyai gadget sendiri.


Itulah di atas tentang pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas pada anak. Mungkin kita bukanlah sosok ayah dan ibu yang sempurna, bisa jadi kita mempunyai masa lalu yang kurang baik yang berhubungan dengan fitrah seksualitas diri kita sendiri. Berdamailah dengan masa lalu, maafkanlah masa lalu. Buka lembaran baru dengan berbekal ilmu.

Kini kita telah menjadi orang tua, bangun mimpi menjadi orang tua yang ingin mengantarkan anak-anak ke gerbang akil baligh yang indah. Jadilah ayah dan ibu yang didamba. Ayah, dialah cinta pertama bagi anak perempuannya. Ibu, dialah wanita pertama yang menyejukkan hati anak laki-lakinya.

Semoga kita bisa menjaga dan membangkitkan fitrah seksualitas anak-anak kita dengan sempurna, agar kelak mereka menjadi insan yang tumbuh sesuai dengan fitrah sebagaimana mestinya.

Tulisan ini adalah Review Materi ke-11 "Fitrah Seksualitas", Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional (IIP) Batch#3 - Rangkuman Presentasi Ruang Sumatera 1
Share
Tweet
Pin
Share
41 comments

Jadi ceritanya di rumah ada 2 kotak bekas gift produk skin care, yang satu dipakai jadi tempat lego-lego kecilnya Mas Aal. Nah, yang satunya lagi nganggur tidak terpakai. Mau dibuang, sayang. Akhirnya saya punya ide untuk menyulap kotak bekas tersebut menjadi aquarium tiruan sebagai wall decor sekaligus hiburan untuk anak-anak.

Bermodal google, saya pun mencari tahu bagaimana kreasi aquarium tiruan. Ternyata bisa juga menggunakan kardus, kotak susu bekas, atau kotak kado bekas. Tinggal dipotong sesuai ukuran aquarium yang diinginkan. Saya punya konsep sendiri untuk membuat aquarium tiruan ini, yaitu menjadi wall decor dengan ikan-ikannya yang bisa begerak seolah-olah hidup karena tiupan angin (kipas angin/angin sepoi-sepoi, tapi jangan angin puting beliung Ya Allah..).

Setelah aquariumnya jadi, Alhamdulillah sesuai ekspektasi. Anak-anak suka, apalagi saat ikan-ikannya bergerak pelan tertiup angin. Lumayan, jadi hiburan mereka, apalagi kalau Maryam kumat rewelnya. "Adek, lihat ikan adek gerak-gerak berenang, tuh..", "Ikan adek itu, Umi..", ikan-ikan ini bisa jadi bahan untuk mengalihkan perhatiannya. Bahagianya hati mamak-mamak kalau bisa cepat membuat anaknya tenang dan berhenti menangis. Ya, kan, Mak?

Aquarium tiruan yang terpajang bersama wall decor lainnya.

Baca juga: Wall Decor rumah Aal & Maryam

Bagaimana cara membuatnya?

Baiklah, tanpa harus bercerita lebih banyak, saya akan bagikan cara membuat aquarium tiruan dengan bahan-bahan yang sederhana dan seadanya. Semoga bermanfaat dan bisa dipraktekkan di rumah, ya.. :)

Bahan-bahan yang harus disiapkan:
1. Kotak bekas (jika ada), kardus atau kotak susu pun bisa. Jika menggunakan kardus atau kotak susu, potong sesuai ukuran dan model yang diinginkan.

contoh:
Sumber: Google

Sumber: Google

Sumber: Google

2. Gambar ikan-ikan dan hiasan aquarium, bebas mau gambar ikan yang seperti apa. Ukuran isi aquarium juga disesuaikan dengan ukuran aquariumnya, ya. Saya download gambar ikan-ikan dan hiasan di google, lalu edit (mengubah arah foto ke kanan/kiri) agar ikan-ikan menghadap ke arah yang berbeda. Ini maksudnya agar ikan yang sudah digunting bisa ditempel, ikan terlihat menjadi 2 sisi yang sama.


Di bawah ini gambar ikan dan hiasan aquarium yang saya pakai, 2 gambar dengan arah yang berbeda.


Cara mengubah arah foto:
1. Pilih gambar
2. Pilih menu edit yang ada di gallery atau pakai aplikasi photo editor (kalau saya pakai Snapseed)
3. Biasanya ada di pilihan crop/rotate, lalu ubah arah (logonya seperti yang dilingkari pada gambar di bawah ini)
4. Simpan.
Logo yang dilingkari untuk mengubah arah gambar (kanan ke kiri dan sebaliknya).

Perlengkapan yang dibutuhkan:
1. Gunting
2. Lem kertas/double tape
3. Isolasi
4. Benang jahit warna putih (biar tidak mencolok warnanya)
5. Origami/kertas HVS berwarna biru
6. Double tape untuk dinding

Bagi yang bingung sama double tape untuk dinding, saya pakai ini. Belinya di supermarket terdekat. Image: Google

Cara membuat:
1. Print gambar ikan dan hiasan aquarium sebanyak 2 lembar, masing-masing menghadap ke arah yang berbeda. Lalu digunting.
2 gambar dengan arah yang berbeda.

Proses menggunting.

2. Siapkan aquariumnya. Hias kotak yang sudah kita siapkan, tempel kertas origami (atau kertas HVS warna biru) yang akan berperan sebagai air di dalam aquarium.

Aquarium sudah "diisi air".

3. Tempel hiasan aquarium di kertas origami.

4. Pasang benang di bagian atas kotak menggunakan isolasi untuk memasang ikan-ikannya, panjang benang bisa diatur nanti. Jangan lupa beri jarak tiap benangnya, jumlah benang disesuaikan dengan jumlah ikan.

Hiasan aquarium dan benang sudah ditempel.

5. Tempel gambar ikan agar menjadi 2 sisi yang sama, jepitkan benang di dalamnya. Atur letak ikan agar tidak bertabrakan jika bergerak.

6. Gunting sisa benang yang tergantung di bawah ikan yang sudah ditempelkan.

Tadaaa!

7. Pasang double tape untuk dinding di bagian belakang aquarium tiruan.

8. Aquarium siap dipajang di dinding. Pilih lokasi yang kira-kira mudah terkena angin, biar ikan-ikannya bergerak mandjah saat tertiup angin. Bisa juga sebagai hiasan di atas meja, tidak harus di dinding, ya.

Hasilnya! Lumayan, yaaa.. Mon maaf kalau kurang rapi hasil tangan saya, yaa...

Unyu...

Begitulah langkah-langkah membuat aquarium tiruan ala saya. Maafkan kalau banyak kekurangan apalagi dibagian kerapihannya, hehe. Silahkan berkreasi, silahkan dimodifikasi.

Silahkan juga bagikan tulisan ini ke teman-teman di sosial media, siapa tahu ada yang membutuhkan "mainan" baru untuk anak-anaknya beraktifitas di rumah.

Selamat berkreasi! :)
Share
Tweet
Pin
Share
33 comments
Newer Posts
Older Posts

About Me




Hai, saya Juli Yastuti, akrab dipanggil Juli atau Yasti. Bagi saya, menulis adalah cara menebar manfaat termudah. Mau tahu lebih lengkap tentang saya?


Baca Selengkapnya >

Contact


Email : ceritaumi2017@gmail.com / Whatsapp : 083184213939

Find Me Here

Followers

Part Of



My Books




Recent Post

Popular Posts

  • Pohon Literasi, Stimulasi Anak Suka Membaca
  • Aku Sayang Ibu, Catatan Literasi Pertama Aal
  • Review Materi Bunda Sayang Sesi 5: MENSTIMULASI ANAK SUKA MEMBACA
  • Pengalaman Melepas IUD Lama dan Memasang IUD Baru. Kapok?
  • Menyenangkan! Pengalaman Berlayar Menggunakan Kapal Roro Dari Batam ke Riau Selama 18 Jam

Member Of




Categories

  • Sharing
  • Info & Tips
  • Parenting
  • Family
  • Traveling
  • Institut Ibu Profesional (IIP)
  • Homeschooling
  • Batam
  • Review
  • Event
  • Tentang Buku
  • Kuliner
  • Gelora Madani Batam
  • Kolaborasi Blog
  • Mahasiswa
  • Puisi

Blog Archive

  • ►  2011 (11)
    • Jun 2011 (5)
    • Jul 2011 (6)
  • ►  2012 (2)
    • Nov 2012 (2)
  • ►  2013 (7)
    • Jan 2013 (1)
    • Feb 2013 (3)
    • Mar 2013 (1)
    • May 2013 (1)
    • Jun 2013 (1)
  • ►  2014 (13)
    • May 2014 (4)
    • Jun 2014 (4)
    • Jul 2014 (3)
    • Sep 2014 (2)
  • ►  2015 (3)
    • May 2015 (2)
    • Nov 2015 (1)
  • ►  2016 (3)
    • Jan 2016 (2)
    • Mar 2016 (1)
  • ►  2017 (56)
    • Feb 2017 (1)
    • Jun 2017 (1)
    • Aug 2017 (10)
    • Sep 2017 (1)
    • Oct 2017 (5)
    • Nov 2017 (25)
    • Dec 2017 (13)
  • ▼  2018 (142)
    • Jan 2018 (21)
    • Feb 2018 (15)
    • Mar 2018 (18)
    • Apr 2018 (13)
    • May 2018 (17)
    • Jun 2018 (7)
    • Jul 2018 (9)
    • Aug 2018 (11)
    • Sep 2018 (5)
    • Oct 2018 (8)
    • Nov 2018 (7)
    • Dec 2018 (11)
  • ►  2019 (67)
    • Jan 2019 (8)
    • Feb 2019 (6)
    • Mar 2019 (7)
    • Apr 2019 (4)
    • May 2019 (5)
    • Jun 2019 (10)
    • Jul 2019 (6)
    • Aug 2019 (3)
    • Sep 2019 (6)
    • Oct 2019 (5)
    • Nov 2019 (2)
    • Dec 2019 (5)
  • ►  2020 (28)
    • Jan 2020 (7)
    • Feb 2020 (3)
    • Mar 2020 (4)
    • Apr 2020 (1)
    • May 2020 (3)
    • Jun 2020 (3)
    • Jul 2020 (2)
    • Aug 2020 (1)
    • Oct 2020 (1)
    • Nov 2020 (1)
    • Dec 2020 (2)
  • ►  2021 (28)
    • Jan 2021 (1)
    • Apr 2021 (2)
    • May 2021 (2)
    • Jun 2021 (2)
    • Jul 2021 (4)
    • Aug 2021 (4)
    • Sep 2021 (1)
    • Oct 2021 (4)
    • Nov 2021 (4)
    • Dec 2021 (4)
  • ►  2022 (14)
    • Mar 2022 (2)
    • Apr 2022 (1)
    • May 2022 (1)
    • Jun 2022 (2)
    • Jul 2022 (2)
    • Aug 2022 (2)
    • Sep 2022 (3)
    • Oct 2022 (1)
  • ►  2023 (6)
    • Jan 2023 (3)
    • Feb 2023 (2)
    • Mar 2023 (1)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates