Review Materi Bunda Sayang Sesi #3: PENTINGNYA MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK DEMI KEBAHAGIAAN HIDUP

by - 12:01 PM


Setiap materi baru launching, saat itu pula rasanya angin segar baru saja berhembus. Kali ini tentang Pentingnya Meningkatkan Kecerdasan Anak Demi Kebahagiaan Hidup. Cerdas dan bahagia. Dua kata yang membuat saya mengunyah pelan maksud judul materi ini. Baru judul loh ya.. Belum isinya. Subhanallah.

Kenapa harus cerdas? Tidak usah membahas cerdasnya deh, ya. Karena kecerdasan tiap orang itu berbeda-beda. Dengan kecerdasan kita bisa meraih kesuksesan, lalu kita akan bahagia. Cukup?

Makna Sukses

Apa makna sukses menurutmu, Mak? Bekerja dengan jabatan lumayan, gaji besar, bermobil, berumah, beruang. Beruang? Yakin mau jadi beruang? Makna sukses tiap orang pun berbeda. Menurut saya, sukses itu ya BAHAGIA dengan pencapaian hidup. Kalau orang seperti saya berjabatan tinggi bisa saja, tapi saya tidak yakin akan bahagia.

Sukses menurut turun temurun ya pinter sekolah, dapat ranking, masuk universitas unggulan atau terkenal, lulus langsung kerja, naik jabatan, dan disusul sederet materi lainnya. "Wah si anu keren banget, mobilnya 3, rumahnya tingkat 2, jabatannya oke..", lalu bagaimana dengan bahagia?

Makna Bahagia

Bahagia menurut persepsi orang pun berbeda-beda. Ada yang penuh materi, segala keinginan dan kepuasan terpenuhi dia sudah bahagia. Ada juga yang serba cukup, kebutuhan terpenuhi, hidup nyaman dan tentram dia sudah bahagia. Ada juga yang berbahagia selain kebutuhannya terpenuhi, dia juga berbagi kebahagiaan dengan sesama. Ia memahami tujuan hidupnya di muka bumi ini. Inilah makna kebahagiaan tertinggi.

Bagaimana agar kita bisa mencapai hidup SUKSES dan BAHAGIA? Yuk kita kenali berbagai kecerdasan hidup.

KECERDASAN


Macam-macam kecerdasan:
1. Kecerdasan Intelektual (Intellectual Quotient)
Adalah kemampuan untuk menalar, perencanaan, kemampuan memecahkan masalah, belajar memahami gagasan, berfikir, penggunaan bahasa, dan lainnya.

Ada 9 kecerdasan manusia menurut pakar Psikologi Howard Gardner, yaitu meliputi:
 * kecerdasan bahasa (linguistic),
 * musik (musical),
 * logika - matematika (logical - mathematical),
 * spasial (spiritual),
 * tubuh - kinestetik (body - kinesthetic),
 * intrapersonal (intrapersonal),
 * interpersonal (interpersonal),
 * naturalis (naturalits),
 * eksistensial (existensial).

Biasanya kecerdasan ini sudah terlihat sejak kecil. Ada anak yang terlihat cerdas dalam berbicara, berpendapat, ada juga yang cerdas kinestetik. Kita sebagai orang tua harus peka dan memahami kecerdasannya. Karena tanpa disadari, tidak jarang pula orang tua mengeluh pada kecerdasan anak yang dianggap sebagai kenakalan.

2. Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligance)
Adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri (kesadaran diri), memotivasi, mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), mengelola hubungan baik dengan orang lain (keterampilan sosial).

Ini adalah tantangan besar bagi para orang tua, khususnya ibu. Anak usia 1 tahun ke atas biasanya sudah mulai tantrum, saat inilah kita mengajarkan anak tentang emosi. Marah, sedih, kecewa, bahagia, segala emosi dan bagaimana cara mengelolanya.

3. Kecerdasan Spriritual (Spiritual Intelligence)
Adalah kempauan mengenal Allah, mengetahui posisinya sebagai Hamba Allah. Inilah yang disebut sebagai Fitrah Keimananan. Sudah bisa kita ajarkan sedini mungkin melalui proses menyusui, atau melihat dan bercerita tentang berbagai macam ciptaan Allah di dunia ini.

4. Kecerdasan Menghadapi Tantangan (Adversity Intelligance)
Adalah kemampuan memandang hambatan menjadi sebuah peluang.

Menurut Stoltz, ada 3 tipe kecerdasan menghadapi tantangan, yaitu:

 * Quitters, kemampuan seseorang yang memilih menghindari kesulitan. Mundur atau keluar baginya adalah jalan terbaik.
 * Campers, kemampuan seseorang yang memiliki sedikit keberanian untuk menghadapi tantangan, namun tidak berani dengan resiko.
 * Climbers, kemampuan seseorang untuk terus menghadapi kesulitan sebagai tantangan, melewati berbagai hambatan sampai akhirnya mencapai puncak keberhasilan.

Mendidik anak agar tangguh dan pantang menyerah mencapai titik kebahagiaan yang diinginkan. Kalau Aal kadang berkata, "Umi, Aal ga bisa gambar bis tingkat, susah itu..", lalu saya menyemangatinya, "Kita tidak boleh bilang tidak bisa, tapi bilang Aal akan mencoba. Coba dulu, kalau belum berhasil, lihat cara Abi menggambar. Coba lagi.. InsyaAllah nanti bisa."
Betapa puas dan bahagianya ketika sekarang dia sudah bisa dan lancar sesuai dengan imajinasinya sendiri.

InsyaAllah, semangat memulai tantangan lagi. Tantangan kali ini saya masih memilih Aal sebagai partner proyek dalam menjalankan tantangan 10 hari. Semoga saya diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalankan segala cobaan ini, hahhaa.

Semoga bermanfaat.
Terima kasih.. 😊

Juli Yastuti

You May Also Like

0 comments