Sore Hari di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA)

by - 2:23 AM


Senang sekali akhirnya saya menulis cerita tentang aktifitas baru kami dua bulan terakhir ini. Sengaja mau nulisnya tunggu sebulan dua bulan biar melihat respon Aal dulu, dia suka atau tidak. Alhamdulillah, dia menikmati dan sampai saat ini masih bersemangat mewarnai sore harinya di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Mushola Al-Amin yang tidak jauh dari rumah kami.

Di usia Aal 4 tahun 4 bulan ini, banyaak sekali pertanyaan “kapan sekolah?”. Biasanya saya jawab dengan senyuman dan jawaban, “nanti, deh..” disertai senyum syantik pastinya. Kadang juga, Aal yang menjawab dengan lantang, “Aal nggak sekolah, tapi homeschooling. Homeschooling itu sekolahnya ya di rumah aja.” Lalu saya nyengir sambil berusaha menjaga wibawa saat mendengar jawaban seperti itu keluar dari bibirnya.

Benar, sampai saat ini saya dan suami berniat untuk memilih homeschooling untuk anak-anak. Alhamdulillah, saat ini Aal sudah banyak kebisaannya, salah satunya membaca beberapa kalimat di buku ceritanya sebelum tidur.

Lalu, untuk apa Aal di TPA? Apa emaknya nggak ngajarin ngaji? Please, jangan pasang wajah sinis dan benci ala netijen ke arah saya. Banyak alasan kenapa kami memilih untuk memasukkan Aal ke TPA. Tapi sebelumnya, kuy kita ketahui dulu apa itu TPA.

Apa Itu Taman Pendidikan Al-Quran (TPA)?


Jujur, saya baca Wikipedia dulu setelah menulis sub judul di atas, hehe. Pada intinya, Taman Pendidikan Al-Quran atau sering disingkat TPA/TPQ adalah tempat dimana anak-anak diajarkan Al-Quran sejak dini, membaca dan menumbuhkan fitrah keimanan dan kecintaan terhadap Al-Quran.

Metode belajar dan sistem pembelajarannya di tiap TPA berbeda-beda. Nah, kalau di TPA tempat Aal mengaji, metode belajarnya santai, tidak kaku. Ada pembagian waktu belajar untuk anak-anak sesuai usia, yaitu sore dan malam. Yang ikut ngaji sore mayoritas anak-anak kecil usia 4-6 tahunan, sedangkan yang malam anak-anak di atas 6 tahun. Kebayang nggak kalau TPA isinya anak-anak di bawah 6 tahun? Heboh dan rame..hehehe.

Awal Mula Aal Ikut Belajar di TPA


Sesaat sebelum pergi ngaji.
Kami tipe keluarga yang jarang keluar rumah, saya juga bukan tipe mamak-mamal komplek yang suka nongkrong sore-sore di pos ronda atau pojokan blok rumah. Akibatnya, Aal juga jadi jarang bermain keluar komplek, dia tidak banyak mengenal teman-teman sekitar rumahnya, hanya beberapa saja.

Saya berpikir, bagaimana caranya bisa membawa Aal dan Maryam main sore tanpa harus nongkrong unfaedah. Yap! Finally, ikut ngaji adalah pilihan yang kami ambil.

Suatu hari, saya bertanya kepada Aal, “Aal, mau ikut ngaji di Mushola Al-Amin komplek sebelah?” Memang komplek sebelah, tapi tidak jauh dari rumah kami. Awalnya dia tidak mau, dia bilang dia sudah bisa, sudah ngaji di rumah, dan lain-lain. Tapi saya memintanya untuk mencobanya dulu, kalau tidak suka boleh berhenti.

Singkat cerita, sampai sekarang dia nyaman. Dia senang banyak mengenal teman-teman baru, dia juga senang mengenal ibu-ibu ustadzahnya yang baik dan ramah. Alhamdulillah, so far so good!

Kegiatan Aal di TPA


Di TPA tempat Aal mengaji ini tidak menggunakan buku Iqro, buku yang sudah bertahun-tahun dipakai untuk mengajarkan anak-anak mengaji, tapi menggunakan buku Kibar. Menurut ustadz dan ustadzah yang mengajar, menggunakan Kibar lebih mudah dalam mengajarkan anak membaca Al-Quran sejak dini. Untuk seusia Aal, lebih mudah mengenal huruf hijaiyyah sambil belajar melafalkannya dengan benar.

Tampilan buku Kibar

Buku Kibar sesuai tahapan belajar anak.

Anak-anak juga belajar menulis huruf hijaiyyah. Tapi untuk usia Aal tidak diwajibkan. Aal bisa menulis huruf hijaiyyah, tapi kadang di sebelahnya ada gambar mobil. It’s OK. Saya suka ustadzahnya sangat maklum dan tidak memaksa.

Maryam juga pengen ikutan nulis.

Selain itu, anak-anak juga belajar menghafal Al-Quran. Sama dengan cara saya mengajak Aal menghafal Al-Quran, yaitu metode talaqqi. Untuk Aal yang mempunyai gaya belajar audotori, saya juga suka mengulang-ulangi hafalannya berupa video, MP3, atau saya bacakan berulang-ulang sebelum dia tidur.

Catatan penting, pahami benar gaya belajar anak yang sudah disetting Allah untuknya. Karena setiap manusia punya gaya belajar yang berbeda. Anak kinestetik tidak bisa belajar sambil duduk diam, sayangnya sering kali mereka dipaksa untuk duduk diam ketika di sekolah. Dengan memahami gaya belajar anak, kita akan mudah memasukkan ilmu ke dalam dirinya.


Di sini juga ada kegiatan mingguan dan bulanan untuk anak-anak. Kegiatan mingguan di setiap hari Jumat anak-anak praktek sholat dan doa-doa harian. Kadang bermain tebak-tebakan doa harian yang membuat anak-anak berlomba untuk menjawab.

Aal (baju kuning) saat praktek sholat bersama teman-teman, banyak yang belum datang, nih.
Dan setiap sebulan sekali ada program didikan subuh. Anak-anak datang ke TPA ba’da Subuh untuk mengaji, biasanya sudah diberi jatah tiap anak untuk membaca surat atau doa yang dihafal, lalu membacanya menggunakan mikrofon. Setelah itu, anak-anak mendengar ceramah dari Pak Ustadz yang diundang oleh pihak TPA untuk memberikan ceramah singkat untuk anak-anak.

Setelah didikan Subuh, menikmati kue bersama teman-teman.

Plus Minus Selama di TPA


+ Main sore bermanfaat. Pernah Aal dan seorang temannya ngobrol, “kamu sudah hafalan sampai mana?” Lalu Aal menjawab, “Al-Ma’un.” Dan temannya membalas, “coba kamu baca, biar aku dengar..” Lalu mereka saling bertukar setor hafalan, so sweet.

+ Mengenal banyak teman. Semenjak ikut ngaji, Aal punya banyak teman. Tiap ketemu saling nyapa, “hai, kapan-kapan makan ice cream bareng, ya?” Apalagi pas kemarin acara 17an, biasanya dia melongo melihat anak-anak main dan malu untuk memulai, kemarin dia sudah tidak canggung lagi. “Bang, kita main, yok!”, “Kamu ikut lomba apa?”, “Eh, kita ketemu lagi..”, cieee asyiknya punya teman. Hehehe.

+ Makin semangat menghafal Al-Quran. Saya membuat aura belajarnya bagaikan sebuah game. Jika dia berhasil menghafal satu surat, maka dia lolos ke level game berikutnya. Ada kartu khusus catatan hafalan dari TPA, betapa senangnya dia ketika kartu itu bertuliskan huruf L sebagai tanda “lolos” dan maju ke level (surat) selanjutnya.

+ Adiknya juga belajar. Asyiknya di TPA ini, orang tua/wali boleh menemani, dan saya selalu membawa Maryam. Beberapa orang tua juga ada yang menemani anaknya seperti saya. Walaupun Maryam dan teman-temannya (sesama bayi) hanya mondar mandir selama proses belajar berlangsung, tapi semuanya (ustadzah dan anak-anak lainnya) bersikap sangat ramah. Secara tidak langsung, Maryam juga ikut belajar, dia ikut antre ketika mamasnya antre bersalaman dengan ustadzah, dia ikut menyebutkan beberapa huruf hijaiyyah, ikut

Maryam juga banyak belajar bersama kakak dan abang

- Meniru kelakuan negatif teman. Semakin banyak kenal teman, semakin banyak mengetahui beragam watak teman-temannya. Ada yang suka merebut, ada yang suka memanggil temannya “woy!”, dan banyaak lagi. Pernah Aal meniru, dan saya kesal. Hampir memberhentikannya dari TPA, tapi saya urungkan kembali. Ini tantangan, Aal harus mengenal ragam karakter di luar rumahnya. Tugas saya mengedukasi Aal untuk meniru yang baik dan mengabaikan yang tidak baik. Tapi dengan adanya ini, kami jadi belajar setiap hari. Ya, dia anak kecil yang sedang belajar tentang kehidupan.

- Jadwal tidur siang bergeser. Biasanya, jadwal tidur siang Aal itu jam 14.30 sampai jam 16.00 atau 16.30. Semenjak mulai mengaji, tidak mungkin lagi dia tidur jam segitu, karena ba’da Ashar jadwalnya mengaji. Sampai sekarang, saya masih membenah waktu tidurnya, berusaha agar Aal mendapat waktu tidur siang di jam 12.00. Tapi seringnya malah dia tidak tidur siang, tapi tidur malam lebih cepat, yaitu jam 19.00 atau 19.30 sudah pulas.

Sepertinya itu saja plus minus yang saya rasakan selama sudah hampir dua bulan Aal mengisi sore harinya di TPA. Sampai saat ini, plusnya masih lebih banyak dari pada minusnya. Alhamdulillah, semoga Aal terus senang, terus semangat belajar bersama teman-teman.

Tiap anak itu sudah dihadiahkan Allah fitrah belajar, memang pada dasarnya semua orang adalah pembelajar. Nah, tinggal kita yang mau menyajikan suasana belajar seperti apa yang membuat anak-anak senang untuk belajar. Tiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda-beda, tiap orang tua punya pilihan masing-masing untuk mendampingi proses anaknya belajar. Tidak dapat disamaratakan dan bukan jadi bahan perbandingan terhadap anak-anak lainnya.

Semoga anak-anak kita tumbuh menjadi manusia-manusia pembelajar, pembangun peradaban, kuat imannya, cinta pada Allah, Al-Quran dan agamanya.

Aamiin.

You May Also Like

10 comments

  1. wah keren nih abang Aal udah besar ya, udah masuk TPA, belajar yang rajin abang jadi anak soleh dan pinter hehe

    ReplyDelete
  2. wah pandai bang Aal. selamat belajar nak. semoga makin lancar hafalan Al Qurannya

    ReplyDelete
  3. Wah luar biasa ya, dari kecil sudah dibekali dengan ilmu agama yang luar biasa

    ReplyDelete
  4. Adek Aal semangat ya belajarnya, semoga berkah ilmunya, bermanfaat bagi orang tua juga nusa dan bangsa. Gemes yah liat anak-anak yang semangat banget belajar :3

    ReplyDelete
  5. semoga menjadi anak yang pandai dan cepat menghapal Al-Quran, ku juga dulu sekolah TPa hahaha

    ReplyDelete
  6. ternyata kita tipe emak yang sama yah mba hehehe, semangattt yah Aal dan Maryam

    ReplyDelete
  7. Aal udah besar ya, semoga jd anak yg membanggakan org tua. Btw,rambut Aal bagus, pake shampo apa? Wkkkk #FokusKeRambut

    ReplyDelete
  8. Pipi ngaji di skul dgn metode wafa
    Alhamdulillah dari TK sampe SD dah hafal surah surah yg lumayan panjang spt an naba.
    Saya jd ikutan belajar ngafal biar bisa ngimbangi hafalan anak

    ReplyDelete
  9. Wah AL n adiknya da TPQ ya, sama dunk sama kakak Azka N Kenzie. Mrk berdua TPQ magrib-isya di musholah lumayan jauh dari rumah dan pp naik sepeda boncengan. Plus minus memang ada, tp yg minus itu sy anggap pembelajaran mrk dgn lingkungan. Sekaligus membuat mrk kuat menghadapi yg negatif2.

    ReplyDelete