Pentingnya Pendidikan Seksual Pada Anak Sejak Dini Dari Keluarga: Cegah Kejahatan Seksual!

by - 5:42 PM



Pentingnya Pendidikan Seksual Pada Anak Sejak Dini Dari Keluarga: Cegah Kejahatan Seksual! - Bagi sebagian orang tua zaman dulu, ngomongin soal pendidikan seksual pada anak itu dianggap tabu. Alhasil, anak-anak tumbuh dan belajar mengenal tubuhnya atau mengenal pendidikan seksual dari teman-temannya (yang sama-sama tidak paham dan butuh arahan), parahnya, mereka belajar sendiri dari internet. Bukan lagi edukasi yang didapat, tetapi malah pornografi. Pendidikan seksual menjadi tersesat tanpa arahan.

Di zaman sekarang, dimana dunia sudah semakin transparan dibandingkan dengan zaman dulu bahkan sudah 'telanjang', orang tua tidak bisa lagi menganggap pendidikan seksual pada anak itu adalah hal yang tabu. Pendidikan seksual pada anak harus dimulai dari orang tua sejak dini, agar anak-anak tidak tersesat tanpa arahan dan berdampak buruk terhadap perkembangan seksualitas anak-anak.

Sedih, loh, kalau melihat berita-berita tentang kekerasan dan pelecehan seksual yang semakin marak. Tidak sedikit pula korbannya adalah anak-anak di bawah umur, dan pelakunya mayoritas datang dari orang-orang terdekat pula. Kita sebagai orang tua atau pendidik anak-anak usia dini harus serius menanggapi hal ini agar mencegah anak-anak kita terhindar dari segala kejahatan seksual.

Pendidikan Seksual Pada Anak Usia Dini, Dimulai Dari Mana?

Banyak orang tua yang bingung, bagaimana cara memperkenalkan pendidikan seksual pada anak usia dini. Yuk, sama-sama kita bahas di sini!

1. Memperkenalkan gender anak

"Adek laki-laki, seperti ayah.."
"Kakak itu perempuan, seperti ibu.."

Kenalkan anak gender anak dan seperti siapa ia akan tumbuh besar. Oh, kelak akan menjadi seorang laki-laki (dengan sisi maskulin) seperti ayah. Atau kelak akan menjadi seorang perempuan (feminim) seperti ibunya.

Hindari pengenalan alat kelamin anak dengan menggunakan istilah 'burung' atau istilah aneh lainnya, sebut saja nama sebenarnya. Kalau saya menamai alat kelamin laki-laki dengan sebutan ninis (dari asal kata penis) dan vagina kepada anak-anak saya.

2. Edukasi anak tentang batasan sentuhan fisik

Ada sebuah lagu anak-anak yang liriknya mengedukasi anak-anak tentang batasan sentuhan. Begini lirik lagunya:

"Sentuhan boleh
Sentuhan boleh
Kepala, tangan, kaki
Karena sayang
Karena sayang
Karena sayang

Sentuhan tidak boleh
Sentuhan tidak boleh
Yang tertutup baju dalam
Hanya diriku
Hanya diriku
Yang boleh menyentuh

Sentuhan boleh
Sentuhan boleh
Kepala, tangan, kaki
Karena sayang
Karena sayang
Karena sayang

Sentuhan tidak boleh
Sentuhan tidak boleh
Yang tertutup baju dalam
Katakan tidak boleh
Lebih baik menghindar
Bilang ayah ibu"

Untuk lagunya bisa ditonton di sini ya: Lagu "Ku Jaga Diriku - Sentuhan Boleh, Sentuhan Tidak Boleh"



Orang tua, khususnya ibu bisa mengajak anak-anak untuk bernyanyi bersama sambil memperagakan gerakan yang cocok bersama anak. Dengan begitu, anak menjadi tahu, mana saja bagian tubuhnya yang boleh disentuh dan mana yang tidak boleh disentuh oleh orang lain.

Orang tua juga bisa memperhatikan soal siapa saja yang boleh memandikan atau mencebok anak. Jangan banyak orang yang bisa membersihkan tubuh anak, cukup ibunya saja atau ayahnya sesekali saja. Agar anak tidak terbiasa oke-oke aja ketika orang lain melihatnya tanpa busana apalagi menyentuhnya saat mandi/cebok.

Tidak hanya saat membersihkan diri, sentuhan fisik saat bermain pun juga diperhatikan. Edukasi anak tentang makna lagu di atas, "Tidak boleh ada yang menyentuh bagian tubuh yang tertutup baju dalam. Kalau ada yang menyentuh, pergi dan teriak saja, bilang dengan ibu atau ayah."

Selain soal DISENTUH, ingatkan juga bahwa anak juga tidak boleh MENYENTUH batasan bagian tubuh orang lain. Jika ada seseorang yang menyuruhnya menyentuh bagian tubuh orang tersebut, lebih baik menghindar dan bilang kepada ayah dan ibu. Ini kasusnya ada di dekat rumah saya, loh, seorang guru olahraga yang melakukan pelecehan seksual terhadap muridnya dengan cara menyuruh sang anak menyentuh bagian kemaluannya. Kasus ini terbiarkan selama beberapa tahun, sangat disayangkan, kan? Anak-anak tidak ada yang berani speak up sampai kasus ini dibiarkan berlangsung selama itu.

3. Budayakan rasa malu sejak dini

Orang tua harus menghargai tubuh si anak, nih. Jangan karena dia masih bayi atau anak-anak, lalu orang tua santai saja memandikan anak di depan orang banyak. Malu...

Pemilihan pakaian juga penting, biasakan anak untuk berpakaian sopan dan pantas, menutup bagian-bagian yang mendekati area sensitifnya. Jangan karena lucu, gemes, lalu kita bebas saja memakaikan pakaian pendek atau u can see (khususnya anak perempuan, nih). Kasihan, Bund, kita nggak tau dimana pedofil bertebaran di muka bumi ini. Mendingan jaga-jaga..

Begitu juga saat berenang, kalau bisa pilihkan pakaian renang yang tertutup setidaknya selengan dan selutut. Hindari memakaikan anak hanya celana dalam saja saat berenang. Bukankah kolam renang/pantai itu banyak orang-orang asing juga, kan? Malu..

Kenalkan konsep aurat kepada anak sedini mungkin juga lebih baik. Ini, loh, aurat laki-laki. Ini, loh, aurat perempuan.

Apa yang kita ajarkan, apa yang kita biasakan, itulah yang akan membentuk pembiasaan diri si anak. Kalau pakai celana dalam (doang)  di luar rumah dia sudah terbiasa, bagaimana nanti kita ajarkan rasa malu kepada mereka? Karena kita saja sudah membiarkannya untuk kebal dengan rasa malu.

4. Tanamkan kepada anak bahwa dirinya berharga, anak harus menyayangi dan menghargai dirinya sendiri

Sejak dini, anak sebaiknya diajarkan untuk menyayangi dirinya sendiri. Jika sayang, hendaknya ia mau memperlakukan dirinya sendiri dengan baik, makan dengan baik, tidur dengan baik, berteman dengan baik, dan lainnya, semua yang terbaik untuk dirinya.

Katakan padanya bahwa ia adalah titipan Allah yang sangat berharga bagi kita (orang tuanya). Ia juga seorang anak yang berharga untuk masa depan dirinya sendiri. Jangan mau diperlakukan tidak baik, dihina, direbut haknya, dilecehkan apalagi. Bentuk kekuatan diri di dalam hati dan jiwa sang anak. Kalau bisa, masukkan anak ke club belajar ilmu bela diri.

5. Tanamkan kepada anak bahwa teman-temannya pun berharga, harus saling menyayangi, menjaga dan menghargai

Selain menyayangi diri sendiri, anak juga harus diajarkan agar menyayangi teman-temannya. Teman-temannya adalah saudara-saudaranya juga, berbuat baiklah, saling menjaga, saling menghargai, karena teman-temannya adalah anak yang berharga juga bagi dirinya dan orang tuanya.

Hindari bullying dalam hubungan pertemanan anak, apalagi jika sudah main fisik. Misalnya, menendang teman, memukul teman dengan kayu, mempeloroti celana teman, menarik rambut teman, membuka jilbab teman perempuan, dan lain sebagainya.

Jangan memaklumkan sebuah kesalahan. Tegur anak jika berbuat salah, tapi jangan memarahi anak karena berbuat salah. Sesungguhnya mereka butuh bimbingan dari kita, orang dewasa yang harus membimbingnya.

6. Untuk anak usia 8-12 tahun, persiapan menjelang pubertas dan perubahan bentuk tubuh

Menjelang usia puber, anak-anak mungkin akan banyak bertanya tentang perubahan pada tubuhnya. Baik itu laki-laki atau perempuan. Orang tua, yang mana merupakan sekolah pertama bagi mereka, harus siap dan harus selalu sedia menjawab pertanyaan anak-anak dengan baik. Menjawab pertanyaan dengan baik ini bukan berarti harus selalu tahu jawaban yang benar dan tepat atas pertanyaan anak, tetapi bagaimana orang tua mau mendengarkan dengan baik, menanggapi dengan baik, dan menjawab pertanyaan anak dengan sebaik-baiknya. Tujuannya adalah agar anak merasa bahwa hanya kepada orang tuanyalah dia nyaman untuk bertanya tentang apapun tentang perubahan dan pertumbuhan tubuhnya.

Pertegas lagi tentang batasan sentuhan, anak boleh melawan jika ada seseorang yang sengaja menyentuh bagian tubuhnya yang seharusnya tidak boleh disentuh. Kenalkan anak tentang mahrom, siapa saja yang merupakan mahromnya dan siapa saja yang bukan mahromnya.

7. Memasuki masa krusial (remaja)

Bisa dibilang, ini adalah masa-masa terberat. Orang tua harus memposisikan diri sebagai teman. Hilangkan rasa tabu, ayo ngobrol tentang apapun. Termasuk ngobrolin tentang ketertarikan anak kepada lawan jenis, misalnya. Tentang alat reproduksi, mengapa orang menikah, bagaimana agama menjaga hubungan laki-laki dengan perempuan dan lain sebagainya.

Tetaplah menjadi kawan ngobrol ternyaman dan terbaik bagi anak. Agar anak-anak tidak tersesat dan mencari-cari tahu sendiri secara diam-diam. Lebih baik didiskusikan sesama gender pada orang tuanya (anak laki-laki cerita kepada ayahnya, anak perempuan cerita kepada ibunya). Kekompakan kedua orang tua sangat berperan penting di sini.

Anak laki-laki harus dipertegas bahwa ia adalah calon pemimpin masa depan, calon imam. Dia harus menjaga dan menghargai temannya (baik laki-laki maupun perempuan), serta harus memuliakan perempuan. Sebagaimana ibunya yang merupakan perempuan, adik perempuannya (jika ada). Tentu tidak mau, kan, kalau ibu atau adik perempuannya disakiti atau dilecehkan oleh orang lain?

Anak perempuan harus saling menghargai teman sesama perempuannya dan juga teman laki-lakinya. Menjaga dirinya, menghargai dirinya dengan memakai pakaian yang sopan (sesuai ajaran agama) dan menjaga pergaulannya.

Soal menjaga pergaulan, tidak hanya perempuan yang harus menjaga pergaulan. Anak laki-laki juga sama, justru juga tidak kalah penting! Lingkungan adalah faktor pembentuk pribadi seseorang selain keluarga.

---

Dengan keluarga yang memberikan pendidikan seksual pada anak sejak dini, diharapkan anak-anak kita teredukasi dan bisa terhindar dari segala jenis kejahatan seksual. Hmm, memang tidak mudah, berat, tapi inilah tugas dan tantangan kita sebagai pemegang amanah terbesar dari Allah. Maka dari itu, kita akan dihadiahi surga. Kalau hadiahnya berupa satu set piring cantik, mah, nggak akan seberat ini tugasnya. Ya, kan?? Hehehe.

Pemaparan di atas adalah murni hasil pemikiran saya dan beberapa juga hasil bacaan saya dari berbagai macam sumber. Sekiranya ada salah, saya mohon maaf.. Sekiranya ada yang kurang, silahkan ditambahkan di kolom komentar, yaa..

Sekian dulu tulisan ini, Pentingnya Pendidikan Seksual Pada Anak Sejak Dini Dari Keluarga: Cegah Kejahatan Seksual!

Semoga bermanfaat,
Dan terima kasih sudah membaca sampai akhir.. :)

You May Also Like

0 comments