Mainan Baru Aal Part 2
Aal dan Maryam |
Masih persoalan mainan pesawat barunya Mas Aal, kali ini cerita bersama adiknya. Di usia Aal sekarang (3y7m) masih ada sifat egosentris terutama pada mainan baru seperti ini. Karena pesawat itu heboh banget ya, bisa jalan sendiri, bersuara dan berlampu warna warni, otomatis adiknya penasaran pengen comot juga dong. hehe.
Dan bagainana reaksi Aal? Sibuk nerbangin pesawatnya biar tidak diambil adiknya. Maksud hati dan alasannya sih baik,
"Ini sayap2nya kan tajam, pesawat ini bukan mainan bayi, dek... Ini mamas aja, ini mainan anak2 3 tahun ke atas.".
And he's right. Tapi namanya dia lagi asyik, tiba2 pesawat diambil adiknya, ya kesel dan emosi juga...haha. Saya pun juga mengingatkan adiknya, kalau mamas belum izinkan, adik main yang lain saja, mamas sudah kasih pinjam mainan mamas yang lain untuk adik. Setelah itu, saya hanya lihatin aja, kadang pura2 tidak tahu sampai akhirnya Aal yang datang dan bilang,
"Umi, adiknya kan ngga boleh ambil pesawat ini. Ini ngga aman untuk bayi, kenapa sih adiknya ngga main jerapah itu aja?", dia juga sudah menawarkan adiknya untuk bermain papan alfabet miliknya untuk dimainkan adiknya, tapi adiknya tetep aja ngejar pesawat, disitu dia merasa kesal.. 😂
"Ya sayang, mungkin adiknya penasaran karena pesawatnya bagus, bisa jalan, bisa bunyi dan ada lampu2nya. Gimana kalo dipinjamin bentar? Paling dia megang bentar aja..",
"Ngga, ini tajam, ini bukan untuk bayi.. Aal aja main pesawat ini.. Kan adik ngga boleh penasaran, Aal aja yang penasaran..", kekeuh dong, dan kalimat terakhir itu tidak bisa saya terima, saya bersimpuh agar sejajar dengan wajahnya.
"Boleh tidak ngomong kayak gitu? Itu namanya apa sayang?",
pelan dia menjawab, "Tidak menerima anugerah Allah.."
"Itu hak Aal kalau belum meminjamkan pesawat ini ke adik dan itu tidak apa2, tapi Aal ngga boleh bilang begitu dan Aal tau itu kan?",
"Tau...", mungkin dia sadar dan ingat kalau dia sudah salah berucap. Sebelumnya memang hal seperti ini pernah terjadi, saya sudah memberi penjelasan dan kami sudah punya kesepakatan.
"Ini peringatan ya, kalau sekali lagi Aal bilang adik tidak boleh penasaran hanya Aal yang boleh penasaran, lebih baik pesawat ini umi simpan saja. Umi maunya Aal bersyukur punya adik yang penasaran mau belajar, itu anugerah Allah, semoga adiknya pintar kayak Aal..",
"Aal ngga mau pesawatnya disimpan..", jawabnya mewek.
"Main di dalam pagar saja, biar adiknya ngga bisa ambil..biar dia lihat saja dari pagar sambil belajar jalan.. Peluk adik dulu, kasih tau kalau mamas main di dalam pagar..", saya mencoba memberi saran dan dia lakukan.
Aal pun kembali bermain..
Waktu berlalu dan malam harinya kejadian yang sama terjadi lagi, adiknya comot pesawat itu ketika mamasnya lengah di luar pagar. Adiknya ini pun gesit, tiba2 udah perintilin pesawatnya aja sambil nyengir.. 😂
Mamasnya datang dengan ekspresi kesal dan bicara dengan nada yang agak tinggi,
"Kan mamas bilang ini bukan mainan bayi dek, ini mamas aja.....", suara mulai bergetar dan dia menangis datang kepada saya.
"Umi, adik ngga boleh pegang ini. Adiknya ngga boleh penasaran, Aal aja yang boleh penasaran..", dia meluapkan emosi sambil nangis dan adiknya pun menangis...huaaaaa riwehhh..
Dengan mencoba tenang saya bersimpuh sambil menggendong dan mendiamkan adiknya yang juga menangis, dalam hati berkata 'Ya Allah ampunn, sabarrrr.....Allahu Akbar!'
"Sayang tadi bilang apa? 'Adik ngga boleh penasaran hanya Aal yang boleh penasaran' lagi? Maafin umi ya sayang, umi harus simpan pesawat ini.", bagaikan drama korea saya berdiri dan menyimpan pesawat itu di atas kulkas. Dia nangis dong, sesenggukan, pilu perih dan merana. Apasih!
Adiknya saya amankan dengan berbagai mainan agar lengah, saya beri waktu Aal untuk menangis. Ketika mulai reda, saya hanya bilang,
"Umi ngerti Aal pasti sedih, ngga apa2, besok lagi main pesawatnya ya.."
"Umi Aal sedih, umi ngga mau kayak gitu lagi.", hati saya pun pilu mendengarnya masyaAllah.
"Iya, Aalnya belajar ya. Kita bersyukur kita punya mainan bagus, itu rejeki.. Kita bersyukur punya adik sholehah, cantik, penasaran, mau tau, mau belajar, insyaAlah pintar.. Itu semua rejeki dan anugerah dari Allah. Harus kita syukuri dan terima, sayang. Aal ngerti?",
"Ngerti, umi..", nangis mulai reda tapi raut wajahnya benar2 sedih.
Si adik pun datang mendekat dan puk-puk punggung mamasnya seperti menenangkan.
"Adiknya puk-puk tuh, adiknya sayang mamas, mamas ga usah sedihh...main yang lain sama adik, dia pengen dekat dan main sama mamas...", butuh beberapa menit untuk Aal move on dari keadaan ini. Alhamdulillah dia ceria lagi dan bermain bersama adiknya.
Yang mengejutkan saya, ketika abinya pulang kerja dia cerita,
"Abi, pesawat Aal disimpan dulu sama umi, besok main lagi..", cerita dengan legowo sekali.
"Oh ya? Kenapa kok disimpan?",
"Iya, soalnya tadi Aal tidak menerima anugerah Allah, ngga bolehin adik penasaran..",
"Oh...boleh seperti itu?",
"Engga boleh abi....",
"Pintar anak abi, Aalnya belajar ya, tdk begitu lagi..",
Aal angguk2 ceria...
Ahhh legaaaaa.. Indah ending-nya kalau begini.. Tapi memang perjuangan untuk tetap bersabar itu luar biasa, MasyaAllah.
Cerita hari ini panjang yaa, haha.
Begitulah, Aal memang tipe anak yang cerdas linguistik. Dalam hal komunikasi, memang panjang urusannya kalau sama dia, hehee. Alhamdulillah.. 😊
Semoga umi bisa terus diberi kesabaran yang tanpa batas, bisa terus membersamai kalian anak2 umi tercinta. Sayang kaliaann.... 😘😘😘
#hari2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP
(maafkan kali ini tidak ada fotonya, karena kesibukan hari ini rada jarang pegang hp... jadi ini pake foto anak2 yang lama..hihi)
0 comments