Jaga Kesehatan Ibu Ketika Anak Sakit!

by - 7:19 AM


Jaga Kesehatan Ibu Ketika Anak Sakit - (11/3/2019 22.00 wib) Hati ibu mana yang tidak hancur ketika melihat anaknya terbaring lemah tak berdaya. Bahkan ketika jarum infus menusuk pembuluh darahnya saja dia tak sanggup bereaksi. Diam. Pasrah.

Hari itu mendadak menjadi hari yang paling menyedihkan bagi kami. Anak kedua kami, Maryam, yang dimalam hari masih bermain aktif dan ceria, tiba-tiba muntah 15 kali berturut-turut dan langsung melemah. Isi perutnya keluar. Bahkan dikasih minum air putih juga ditolak oleh perutnya.

Tanpa berfikir panjang, kami langsung membawanya ke IGD rumah sakit terdekat, Rumah Sakit Elisabeth Batam Kota. Setelah diperiksa, Maryam mengalami infeksi di pencernaannya hingga dia mengalami gejala dehidrasi ringan-sedang. Karena semua isi perutnya keluar, cairan di tubuhnya sangat kurang karena memang sama sekali tidak bisa menerima minuman.

Sore menjelang malam harinya, Aal dan Maryam meminum jus apel. Menurut dokter, bisa jadi itu penyebabnya, karena seharian itu kami hanya makan makanan runah saja. Akhirnya rawat inap menjadi salah satu pilihan, sebenarnya dokter memperbolehkan kami untuk rawat jalan dulu. Tapi melihat kondisi Maryam yang minuman saja dimuntahinya, kami pikir rawat inap yang paling aman. Kami tidak mau ambil resiko terlalu berat, dia sudah terlihat lemah dan memucat.


Infus dipasang, sample darah juga diambil untuk dilakukan tes lebih lanjut tentang info penyakitnya. Dia hanya diam, mengedipkan mata saja seperti terlihat berat baginya. Sampai akhirnya dia tertidur sendiri tanpa menyusu (dia masih menyusu ASI). Jam 00.30, saya agak tenang melihatnya sudah mulai terlelap dan tidak lagi muntah. Ternyata obat muntah sudah masuk ke dalam darahnya lewat infus sejak awal tadi. Alhamdulillah. Saya bisa tidur nyenyak, pikir saya.

Baru saja mau tertidur, anak pertama saya, Al Fatih (AAL) tampak gelisah. Dia memegang perutnya dan mengatakan kalau perutnya sakit. Oh Ya Allah, kenapa lagi ini.. Dia muntah. Hati saya remuk lagi. Dua kali, tiga kali, empat kali, hingga enam kali. Saya langsung meminta suami untuk membawanya ke bawah (IGD), kebetulan kami berempat masih di rumah sakit, di kamar inap adik Maryam. Saat itu waktu sekitar jam 2 pagi. Syukurnya malam itu tidak ada yang menyuruh Aal pulang, secara aturannya anak di bawah 10 tahun dilarang masuk ke area rawat inap.

Pergilah Aal dan Abinya ke IGD, saya berdoa semoga dia baik-baik saja. Maryam masih tampak pulas dalam tidurnya, dia tenang, tidak risih dengan tangannya yang terlilit papan penahan infusnya. Semoga dia bersahabat dengan benda itu sampai nanti dia sembuh, begitu harapan saya.


Setelah beberapa lama, Aal dan Abinya datang membawa obat dan beberapa roti yang mereka beli di Alfamart 24 jam di seberang rumah sakit. Alhamdulillah Aal mau makan beberapa gigit roti dan meminum obatnya. Tak lama, dia tertidur. Sedikit lega hati saya. Saya pun ikut tidur.

Pagi pun tiba, Maryam bangun dan menyadari ada benda asing di tangannya. Dia sempat ingin membuka infusnya, saya tahan dengan tenang. Saya katakan bahwa di tangannya ada alat yang bertugas untuk menghilangkan kuman-kuman penyakit di tubuhnya. Alhamdulillah dia mengerti dan menerima.

Saat hari menjelang siang, Aal buang air besar dan cair. Muntahnya sudah tidak lagi, tapi dia malah bolak balik ke toilet, bahkan sampai tak tertahankan. Kasihan. Kasihan juga Abinya yang menggendongnya bolak balik ke toilet, bahkan beberapa kali bocor karena tidak bisa dia tahan lagi. Akhirnya kami putuskan untuk membawa Aal ke klinik BPJS tempat kami biasa berobat untuk mengobati diarenya. Selama itu kami sampai memakaikannya diapers adiknya, supaya tidak repot harus lari-lari ke toilet.

Aal sudah tidak boleh lagi masuk ke ruangan inap adiknya karena memang aturannya anak di bawah 10 tahun dilarang masuk. Dia diambil alih oleh Mama dan Papanya (kakek/nenek). Perlahan, Alhamdulillah frekuensi dierenya semakin berkurang dan membaik. Maryam juga tampak lebih segar, tidak ada lagi muntah, dia juga tidak diare. Hanya saja, dia belum mau makan. Makan sesuap dua suap saja, sudah, dia sudah tidak mau lagi.

Di hari kedua menemani Maryam di rumah sakit, paginya saya pusing, perut juga tidak enak. Saya rasa saya masuk angin. Saya bergegas mencari makanan di kantin rumah sakit. Setelah makan, badan belum juga terasa segar. Saat itu hanya ada saya dan Maryam di kamar, saya muntah. Dua kali, tiga kali empat kali. Maryam sampai bertanya, "Umi kenapa?" Saya hanya bisa melambaikan tangan sambil menahan perut yang mual dan pedih sambil menahan tangis.

Perus saya kosong lagi dan pedih menekan ke ulu hati. Astaghfirullah. Saya khawatir jika saya jatuh sakit, siapa yang akan menjaga Maryam? Saya minum lagi air putih hangat. Saya muntah lagi. Duh, pikiran saya entah kemana-mana. Sempat pula terpikir saya akan dirawat berdua bersama Maryam di satu kamar ini. Kebetulan jatah kami sekamar berdua, dan kasur sebelah kami lagi kosong.

Segera saya hempas pikiran itu dan saya bertekad bahwa saya harus kuat. Saya lihat wajah Maryam yang tampak khawatir melihat saya yang juga hanya berbaring lemah di sebelahnya. Tiba-tiba Maryam buang air besar dan hanya ada saya di situ saat itu. Saya kuat-kuatkan badan saya untuk membersihkannya. Kepala saya pusing, ulu hati saya pedih. Berjalan ke toilet saja sambil membungkuk, saya juga sambil menuntun Maryam dan membawa botol infusnya.

Setelah itu, saya minta agar Abinya segera datang karena saya mau berobat. Abinya pergi kerja, syukurnya rumah sakit tidak jauh dari tempat Abinya bekerja. Tak lama, Abinya pun datang dan menggantikan saya menjaga Maryam.

Saya langsung menyerahkan diri saya ke IGD. Alhamdulillah, petugas rumah sakit menerima saya dengan baik dan merawat saya dengan sangat baik. Maag dan asam lambung saya naik, setelah sekian lama ia tidak kumat. Dokter memberikan saya obat lewat injeksi (suntikan). Saat itu saya pasrah, terserah, asal saya cepat sembuh dan bisa menjaga dan merawat anak saya lagi.

Cuss, masuklah obat itu ke dalam pembuluh darah saya. Beberapa lama saya dibiarkan di tempat tidur IGD, menunggu obatnya bekerja. Lama kelamaan, perut saya terasa lebih baik dan saya dizinkan meninggalkan ruangan IGD. Alhamdulillah, tidak sepusing tadi, perut saya juga sudah tidak sepedih tadi.

Saya juga makan makanan rumah sakit sisa Maryam, dia belum selera makan dan makanannya banyak tersisa. Saya banyak minum air putih hangat dan rutin meminum obatnya. Alhamdulillah, perut saya lebih baik, jauh lebih baik.

Aal juga lebih baik, dia dirawat Papa dan Mama. Alhamdulillah Aal tetap mau makan, minum dan rutin meminum obatnya. Maryam juga tampak lebih baik, hanya nafsu makannya saja yang belum kembali seperti biasanya. Alhamdulillah.

Di hari keempat, Maryam diperbolehkan pulang. Senangnya! Rindu sekali berkumpul lagi. Terpisah dengan Aal sangat menyedihkan, membayangkannya tidur sendirian tanpa Umi, Abi dan adiknya juga membuat saya sedih. Hmm, meskipun dia tidur ditemani Papa dan Mama, tapi hatinya pasti terasa sepi.

Bagaimana tidak, moment sebelum tidur itu biasanya moment yang ceria bagi kami. Dia selalu minta saya puk-puk pahanya sebelum tidur, bercanda-canda, colek-colek adiknya sambil cekikikan. Bersama Papa Mama dia tidak mau ditidurkan sama sekali, dia hanya termenung-menung sendiri sampai akhirnya dia tertidur sendiri. Huhu, sedih.

Syukur Alhamdulillah ketika kami berkumpul lagi. Maryam pulang, dia rindu dengan Mamas Aal dan mainannya. Begitu pula Aal. Kami tidur bersama lagi. Sebelum tidur, terlontar kata-kata dari mulut Aal, "Umi, Aal sedih kalau nggak sama-sama Umi, Abi dan Adik.." MasyaAllah. Saya langsung peluk dia dan bersyukur karena hari itu kami bersama lagi dan dia tidak sedih lagi.

Alhamdulillah Alhamdulillah.
Sehat-sehat yaaa para kesayangan Umi..


Anak Sakit, Ibu Jangan Ikut Sakit!

Satu hal yang mau saya bagikan kepada teman-teman, khususnya para ibu. Kita itu ibarat pohon, ibu batangnya, anak-anak rantingnya. Rantingnya patah, pohon masih bisa berdiri tegak. Tapi kalau batangnya yang patah, rantingnya ikutan jatuh dan robohlah pohon itu.

Jaga kesehatan, Bu.. Terlebih ketika si anak sakit. Khawatir atau sedihmu jangan menjadi alasan untuk menunda makan, minum dan istirahatmu. Perkuat amunisi seperti banyak minum air putih, makan teratur dan istirahat yang cukup supaya tetap kuat menopang ranting-rantingmu yang sedang patah.

Semoga kita dan keluarga kita senantiasa diberikan kesehatan, dijauhkan dari musibah, bahagia dan selalu bersyukur yaa.. Aamiin, aamiin ya Rabbal'alaamiin.

You May Also Like

0 comments