Pengalaman Melepas IUD Lama dan Memasang IUD Baru. Kapok?

by - 3:21 PM


Pengalaman Melepas IUD Lama dan Memasang IUD Baru. Kapok? - Setelah kelahiran anak kedua tahun 2107 lalu, akhirnya saya memang memutuskan untuk menggunakan KB IUD/spiral.

Kenapa IUD/spiral?

Karena inilah salah satu KB yang nggak mengganggu hormon dan juga nggak mempengaruhi ASI. Kayaknya masih ada pilihan KB lainnya yang nggak mengganggu hormon dan mempengaruhi ASI, sih. Cuma saya yakin memilih IUD setelah sekian lama berpikir dan menimbang.

Harusnya, IUD yang saya gunakan bisa digunakan dalam jangka waktu 5 tahun. Tapi, saya mengganti IUD lama menjadi IUD baru sebelum sampai 5 tahun jangka waktu pemakaiannya.

Kenapa?

Ya, karena ada sedikit masalah dengan IUD yang lama. IUD yang lama mengalami pergeseran dari posisi semestinya, rada turun 0,5cm. Walaupun nggak mempengaruhi akurasi kinerja IUD itu sendiri, tetapi IUD yang turun dari posisi semestinya ini cukup membuat saya nggak nyaman. Haid jadi lebih lama (10-12 hari), siklus haid jadi lebih pendek. Biasanya siklus haid saya 28 hari, ini berubah menjadi 20-24 hari. Kadang-kadang, saya juga merasa nggak nyaman dengan perut bagian bawah. Makanya, saya dan suami memutuskan untuk menggantinya dengan IUD baru saja.

Kenapa nggak dilepas saja?

Awalnya, pengen. Pengen juga nambah anak lagi. Apalagi, anak-anak sudah pengen punya adik lagi, sudah rindu bayi katanya. Tapi, mengingat kondisi kita yang masih dalam masa pandemi ini membuat saya berpikir-pikir panjang untuk hamil lagi.

Atau, kenapa nggak ganti alat kontrasepsi lain?

Hmm, nggak ada alasan bagi saya untuk mengganti alat kontrasepsi. IUD sudah cukup aman dan nyaman untuk saya selama ini. Masalah IUD-nya turun, menurut dokter itu biasa. Mungkin saya pernah beraktifitas agak berat, angkat berat, atau lainnya yang menyebabkan IUD turun.

Sebenarnya saya juga membaca-baca lagi soal alat kontrasepsi lain selain IUD, tapi saya tetap memilih IUD, nggak mau ganti yang lain. (Saya mah setia orangnya...)

Ruang tunggu yang sepi karena pandemi, pasien datang dijam yang ditentukan oleh petugas pendaftaran.

Terus, gimana rasanya ganti IUD lama menjadi IUD baru? Sakit nggak?

Hmm...lucu, nih, percakapan antara saya dengan petugas kliniknya.

Saya: Mba, mau nanya. Saya mau ganti IUD lama menjadi IUD baru, kira-kira estimasi biaya berapa, ya?
Petugas: Oh, mau bongkar pasang ya, Bu? Estimasi sekitar Rp1.200.000.
Saya: (Shock) Oke. Terima kasih.

Shock-nya saya karena petugasnya bilang "bongkar pasang", udah berasa jadi mesin yang mau ganti sparepart aja sayanya. Wkwkwk. Shock yang kedua gara-gara mendengar estimasi biayanya. "Wah, mahal juga." Pikir saya.

Seingat saya dulunya saya hanya kena Rp500.000 ribu saat pemasangan IUD yang pertama. Tapi ya sudahlah, ya, nggak apa-apa. Mau gimana lagi. Saya hanya mau membuka/memasang IUD ini dengan dokter yang memang sudah menangani saya sejak hamil anak pertama dan memang sudah sangat saya percaya.

Pintu masuk ruang periksa.

Saat bongkar pasang....

Saya masih ingat rasanya saat pemasangan IUD yang pertama dulu. Nggak sakit, kok. Nggak semenakutkan itu, kok. Pengerjaannya juga sangat cepat, hanya sekitar 3 menit aja. Ada juga, sih, rasa cekit dikit aja kayak dicubit bagian dalemnya, hehehe. Tapi nggak seberapa, kok.

Nah, meskipun ini pemasangan IUD yang kedua saya, tapi ini adalah pelepasan IUD pertama saya. Saya masih belum kebayang gimana rasanya IUD yang sudah 3,5 tahun tinggal di dalam rahim saya dilepas. "Kayak apa rasanya, ya?" Rasanya deg-degan juga! Hehe. Tapi nggak boleh panik, harus rileks, itulah cara untuk meninimalisir rasa sakit (kata Dokternya).

Oh, ya, satu lagi. Sebaiknya melepas atau memasang IUD itu ketika kita masih dalam keadaan haid di hari-hari terakhir atau darah haid sudah tinggal sedikit. Itu akan lebih memudahkan pelepasan atau pemasangan karena saat haid mulut rahim dalam keadaan terbuka.

Saya sedang haid hari ke 10 saat saya akan melepas IUD lama dan memasang IUD baru alias bongkar pasang. Saya berbaring di ranjang khusus yang ada tempat penyangga kakinya. Alhamdulillah, saya rileks banget waktu itu. Saya membayangkan wajah-wajah anak-anak yang ceria, membayangkan cerita manis drakor yang sedang saya tonton semalam, hehehe.

Ternyata, pelepasan atau bongkar IUD nggak begitu sakit. Memang nggak sakit, deh. Cuma terasa di dalam tubuh bagian bawah itu diobok-obok, dan ada sesuatu yang ditarik keluar. Nyiiit dikit aja, ngilu.

"Ini IUD lamanya ya, Jul." Kata Bu Dokter SPOG kesayangan saya menunjukkan IUD lama yang berhasil beliau keluarkan.
"Oke, Dok. Alhamdulillah." Jawab saya lega.

Kemudian saya menunggu dokter dan asistennya menyiapkan IUD baru. Beberapa alat dimasukkan ke dalam rahim untuk mengukur ulang rahim saya. IUD dimasukkan, lalu alat-alat lain dimasukkan juga untuk memutus benang IUD yang kelebihan panjangnya.

Rasanya cekat cekit. Kadang rasanya bikin kaget, tapi saya berusaha rileks lagi. Proses pelepasan dan pemasangan atau bongkar pasang ini berlangsung sekitar 7 menitan. Lega rasanya ketika dokter beres mengerjakan proses pemasangan IUD baru.

"Pusing, Jul?" Tanya Bu Dokter.
"Alhamdulillah nggak, Dok." Jawab saya berusaha santai. Hihi. Padahal deg-degan, takut pusing atau nyeri perut. Secara saya sendirian ke klinik, nyetir mobil sendiri. Suami menjaga anak-anak di rumah karena kami nggak mau bawa anak-anak ke klinik di masa pandemi begini.

Alhamdulillah-nya, segala kekhawatiran saya nggak ada yang terjadi. Ada, sih, nyeri perut sedikit kayak baru mau haid gitu. Tapi rasanya masih oke dan masih bisa dibawa santai, kok. Syukurnya.

Dokter menyarankan saya untuk menjaga aktifitas fisik selama kurang lebih seminggu setelah bongkar pasang IUD ini. Tidak boleh bekerja menggunakan fisik terlalu berat, tidak boleh angkat berat, bila terasa nyeri segera tiduran dan beristirahat.

Soal biaya, syukurnya nggak semahal itu. Saya hanya kena Rp925.000 untuk pelepasan, penasangan IUD baru, administrasi dan USG (melihat posisi IUD baru).

Hari saya menulis cerita ini adalah hari kelima setelah bongkar pasang IUD. Alhamdulillah saya tidak merasakan sakit atau nyeri atau hal yang nggak nyaman lainnya. Semoga awet IUD baru ini, nggak ada masalah lagi seenggaknya sampai saya mau nambah anak lagi. Ihiiyy!

Itulah cerita pengalaman saya melepas IUD lama dan mengganti IUD baru atau bongkar pasang IUD. InsyaAllah, nggak semenakutkan yang buibu kira, kok. Siapkan aja diri, rileks, berpikir positif, dan pastikan buibu percaya dengan dokter atau bidan yang dipilih.

Semoga bermanfaat khususnya untuk buibu yang juga ingin mengganti IUD lamanya menjadi IUD baru, atau yang mau melepas IUD-nya, atau yang baru mau memasang IUD baru untuk yang pertama kalinya.

Sehat-sehat selalu, ya. Terima kasih sudah baca sampai akhir... :)


You May Also Like

5 comments

  1. Ya Allah bisa kebetulan gini.. Saya baru buka IUD tadi pagi dan kena 800rb tanpa pasang baru, dalam hati mbatin "mehong" karena ya pas 5 tahun lalu pasangnya cuma 500rb wkwk..

    ReplyDelete
  2. Wkwkwk, tahun depan mau bongkar pasang, eh daper bocoran. Thanks mak.

    ReplyDelete
  3. Makasih ya mbak sudah berbagi cerita. Saya mau lepas IUD, setelah 4,5 tahun bersama. Mau nunggu 5 tahun tapi perut bagian bawah sering rewel.

    ReplyDelete