Tiap Anak Tidak Harus Sama (Ketika Anak Dibanding-Bandingkan)

by - 9:20 PM


Pernah nggak anaknya dibanding-bandingkan dengan anak lain?

Atau, anak bungsu dibanding-bandingkan dengan kakaknya?

"Wah, si adek agak lambat, ya? Kakaknya dulu sudah bisa jalan umur 9 bulan.."

"Wah, lambat ya bicaranya.. Anakku umur 1 tahun sudah cerewet.."

Ah, banyak lagi komentar netijen. Pasti pernah, kan?

Kesel, kadang kebawa pikiran juga. Tapi sebagai orangtua, kita tidak boleh lemah. Jangan langsung sedih dan down saat ada nyinyiran orang lain yang membanding-bandingkan anak-anak kita. Justru kita yang harus kuat, harus jadi benteng pertahanan terkuat untuk anak-anak, agar anak-anak (yang dibandingkan) tetap percaya pada dirinya.

Baca juga: Tiap Anak Adalah Bintang

Kita tidak bisa mengatur tiap kata yang akan dikeluarkan oleh orang lain. Kita tidak bisa menghindar dari beragamnya watak orang lain. Tipe orang-orang yang mudah "nyeletuk" untuk membanding-bandingkan anak-anak kita tetap harus kita hadapi.

Caranya bagaimana?

1. Kuatkan diri kita sebagai orang tua

Jangan terlalu beper (bawa perasaan) terhadap komentar netijen. Yang tahu semua tentang anak kita, ya kita, orangtuanya. Dan yang percaya pada anak-anak kita, ya kita, orang tuanya. Apa jadinya jika kita sebagai orangtua malah lemah dan terbawa oleh komentar kurang bermanfaat dari orang lain?

Kuatkan, percayakan. Biarlah orang berkata apa, percayakan selalu bahwa cahaya yang ada pada diri anak kita sangatlah indah.

2. Kuatkan anak

Setelah kita sebagai orangtua sudah cukup kuat, tularkan kekuatan itu pada anak. Tiap anak tidak harus sama, tiap anak unik, tiap anak itu hebat.

Saya pernah berkata pada suami, "Alhamdulillah, Dek Maryam usia 10 bulan sudah bisa jalan, ya. Kalau Aal dulu slow banget, tapi tiba-tiba di usia 1 tahun langsung lancar jalannya."

Aal mendengarnya, dan saya khawatir kalimat itu mengarah pada perbandingan antara dia dan adiknya, dan saya khawatir dia malah merasa tidak lebih baik dari pada adiknya.

Kemudian saya langsung melanjutkan pembicaraan yang mengarah pada Aal, "ya begitulah anak-anak, ada anak yang umur 9 bulan sudah jalan, ada juga yang 1 tahun lebih baru bisa jalan. Itu tidak masalah, ya.. Karena perkembangan tiap anak beda-beda, tidak bisa disamakan. Semua anak Umi insyaAllah hebat." Aal menangkap maksud pembicaraan saya.

Suatu hari ketika kami sedang makan siang bersama, Aal dan Maryam yang mempunyai selera makan yang cukup berbeda pun menjadi bahan perbandingan salah satu personil keluarga besar kami.

"Wah, Dek Maryam pintar ya bisa makan pedas. Mas Aal nggak bisa makan pedas, ya? Adek aja bisa, loh.."

Dengan percaya dirinya Aal menjawab, "ya iyalah, tiap anak kan beda-beda! Kalau Maryam dia memang kuat makan pedas, kalau Aal enggak.." Nah loh!

Pernah juga..,

"Aal makan sayur buncisnya, dong. Adek aja suka, loh.." Kata salah seorang personil keluarga besar kami lainnya.

"Iya, adek suka buncis, kalo Aal enggak. Aal sukanya kacang panjang, bayam, brokoli, toge.    Tiap orang kan beda-beda kesukaannya." Jawab Aal gemesin.

Mendengar jawaban seperti itu saya berikan Aal apresiasi, saya senang melihat Aal yang percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya. Aal benar, tiap anak itu berbeda, orang dewasa pun berbeda, semua orang berbeda. Dan kita semua tidak harus sama, cukup kita saling menghargai tiap perbedaan yang ada. Jadi, tidak perlu bawa ke hati apa komentar orang.

Ya, komentar membanding-bandingkan seperti itu kadang bermaksud untuk menjadi motivasi si anak. Tapi ada cara lain yang lebih tepat untuk memotivasi, kok. Jika harus membandingkan, bandingkan anak dengan dirinya sendiri.

Misalnya, "ingat nggak? Aal umur 2 tahun sudah makan sendiri, loh. Ada tuh videonya, kan? Sekarang sudah mau 4 tahun, sudah semakin besar dan pintar. Ayo dong makan sendiri.." Ketika dulu saya memotivasinya untuk konsisten makan sendiri mulai usia 4 tahun..

Intinya, benteng dari dalam rumah kita harus kuat lebih dulu. Setidaknya benteng di dalam diri si Ibu dan si anak harus kuat lebih dulu, karena yang kebanyakan baper kan mamak-mamak, ya. Kalau sudah kuat, InsyaAllah, tidak akan terpengaruh negatif karena pedasnya komentar membanding-bandingkan dari para netijen.

Bagaimana, setuju?

Baca juga: Cara Menghadapi Anak Yang Pintar Bernegosiasi

Juli Yastuti
Tantangan 10 hari
• Hari ke-6
• Game Level 7
• Semua Anak Adalah Bintang
• Kuliah Bunda Sayang IIP




You May Also Like

19 comments

  1. memang peranan orang tua sangat penting untuk bisa melihat setiap anak punya potensi yang berbeda-beda.

    ReplyDelete
  2. Jujur yah masalah banding-membandingkan ini gatau kenapa hits bgt dikalangan bu-ibu. Ngga, aku belum punya anak, cuma ku adalah salah satu korban "banding-membandingkan" ini. Kenanya di psikis. Selalu merasa rendah diri, tidak lebih baik dari org lain. Beruntung akhirnya selama perjalanan hidup menemukan org" yg tidak pernah berhenti ada dan support aku terus. Jadi yahh memang sebaiknya kebiasaan ini dihentikan. KEREN KAK!


    #jadicurcol

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maafkan mereka termasuk ortu yg melakukan itu. Karena kebanyakan melakukan karna mungkin dulu mereka diperlakukan begitu juga

      Delete
    2. Kalau dulunya kita dibandingkan dan kita ga suka, jadi pelajaran aja kalau nanti punya anak jangan lakukan hal yang sama. Kita aja engga suka dibandingkan, masa kita perlakukan anak kita dg cara yang kita sendiri tdk sukai.. ya kan?

      Delete
  3. Yang penting kita nggak usah sensi aja, apalagi kalau anaknya emang normal, kalau mungkin memang ada kekurangan mungkin malah sensi ya, ponakanku udh 4 tahun masih blm lancar bicara padahal anak lain udh fasih, tapi dia lincah, ceria dan normal saja, mmg pencapaiannya beda-beda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tahan telinga dari komentar netijen, hehhee

      Delete
  4. Aku setuju umi... Tiap anak punya kelebihan masing2 jadi ngapain harus dibanding2kan sama yang lain.

    ReplyDelete
  5. Makin cinta deh sama aal...kecil kecil udah bisa punya jawaban yang bisa membela dirinya sendiri..setidaknya dia bisa menyampaikan apa yang ia rasakan... orang tuanya tinggal memantau saja ucapan ucapan yang akan keluar dari mulutnya jika dia dibanding bandingkan dengan yang lain atau dengan adiknya sendiri :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kak.. ngga nyangka dia nyeletuk bgtu, ya dia ga salah, alhamdulillah kalau dia paham...

      Delete
  6. kadang-kadang tanpa sadar, saya juga membanding-bandingkan anak-anak. tujuannya sih memang untuk motivasi. misalnya si kakak gak suka sayur sama sekali. jadi suka membandingkan kakak sama adiknya yang suka sayur. gak boleh juga ya kalau begitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurutku lebih baik ngga usah, Mbak... Dulu dia waktu bayi Mpasi-nya pake sayur kan, Mbak? Critain aja kalau dulu kakak makan sayur dan suka, kok. Sayur itu bagus banget loh, jelasin manfaat sayur. Kalau aku juga suka kasih liat video Aal dulu, makan sendiri, makannya cepet, dll.. biar dirinya sendiri yang jadi motivasinya. Kalau ngga mau mau makan sayur juga, variasikan masakan sayurnya coba mbak...

      Tentunya mbak yang lbh tau kondisi ya, hanya saran dariku, Mbak.. :)

      Delete
  7. Thanks tipsnya. Bahkan ada yang masih dalam kandungan pun sudah dibanding-bandingkan ya.

    ReplyDelete
  8. Peran orangtua sangat penting untuk membangun rasa percaya diri anak. Agar saat ada yang membandingkan dirinya dengan orang lain anak tahu apa yang menjadi kelebihannya. Nice mbak.

    ReplyDelete
  9. aku pernah nih pas kecil dibandingkan dnegan kk ku yang memang lebih pintar aku terlahir dyslexia (susah mengeja)

    yang memabnaidngkan bukan ornag tua tapi saudara dan tetangga dan bilang nilaku ebtanasku nggak akan setinggi kakakku.. duh sedih rasanya

    tapi aku skrg sadar setiap anak dilahirkan spesial dnegan bakatnya masing2

    ReplyDelete
  10. Wah....dek aal pinter banget. Bikin gemes. Saya dulu juga sering dibandingkan, untungnya saya bisa cuek bebek ��

    ReplyDelete
  11. Harus cuek bebek memang mbak, kalo engga, kebawa perasaan dan rugi...

    ReplyDelete
  12. Bener banget tiap anak Tak sama Dan ortu gak boleh membandingkan anaknya

    ReplyDelete