Melarang Anak Dengan Cara Selow, Begini Caranya!

by - 1:03 AM


Melarang Anak Dengan Cara Selow, Begini Caranya! - Yang namanya mamak-mamak kalau belum heboh kayaknya belum afdol jadi mamak-mamak, ya. Heboh boleh, tapi tidak ketika melarang anak. Heboh ketika bermain dan ekspresif agar anak tertawa bahagia yaa jelas tak mengapa. Tapi kalau melarangnya heboh juga, bikin anak kaget, bikin anak takut, malu, bahkan sampai trauma. Jangan sampai ya, Mak..

Pernah nggak mendengar kehebohan mamak-mamak waktu melarang anaknya dengan cara seperti ini,

"Betii!! Siapa suruh kau ambil hp mamak? Sini! (rampas) Dasar kau, ya! Awas kubilang nanti sama bapakmu!" Lalu si anak nangis terisak-isak.

Atau gini,.

"Eh, jangan main di sana! Di sana ada hantu.."

Atau gini,

"Eh, jangan kau main ke rumah si Anu. Marah bapaknya nanti."

Ehmm, maafkan kok berasa kayak potongan dialog video Mamak Beti, ya. Hehehee. Ya, kira-kira seperti itulah. Melarang anak penuh dengan ancaman, kalimat menakut-nakuti dan parahnya 'mencemarkan nama baik' orang lain seakan-akan bapaknya si Anu itu pemarah dan galak gitu.

Tidak dipungkiri, mungkin cara seperti itu banyak terdengar dari bawaan orang-orang tua kita terdahulu. Mungkin menurut mereka, dengan ancaman dan kalimat yang menakut-nakuti itu anak jadi lebih cepat menuruti perintah kita. Bisa jadi anak jadi lebih cepat nurut, tapi sadar nggak kalau itu berefek pula pada jiwa dan psikologisnya.

Ya, secara tidak langsung, dia akan terbentuk menjadi anak yang penakut, peragu, tidak percaya diri, kurang kreatif, bahkan mempengaruhi prestasinya nanti, lho. Nggak mau kan, Mak?

So, yuk kita belajar jadi mamak-mamak atau bapak-bapak yang lebih selow. Jaman sekarang sudah serba maju, segala ilmu bisa kita dapatkan hanya dari genggaman. Termasuk ilmu pengasuhan anak, ilmu yang tidak pernah ada di kurikulum sekolah manapun. Jangan hanya mengandalkan 'ilmu turunan' dari orang-orang tua kita dulu. Bukannya tidak boleh mengikuti, tapi cukup ambil yang baik dan ganti yang kurang baik menjadi yang lebih baik lagi.

Baca juga : Tips Mengajarkan Anak Berjilbab Sejak Dini

Lalu, bagaimana cara melarang anak dengan cara yang selow? Simak tips ala saya di bawah ini:

1. Kontrol intonasi suara

Entah mamak atau bapak pasti mengontrol intonasi suara ini cukup sulit dipraktekkan. Dalam keadaan apapun, bahkan ketika hendak melarang anak, tetaplah jaga intonasi suara kita. Tetaplah bernada rendah dan stabil, jangan meninggi dan keras karena itu membuat anak tidak nyaman dan tidak suka.

Intonasi suara yang tinggi justru tidak akan didengarkan oleh anak, lho. Malah dia akan bersikap lebih acuh dan tidak mau menurut. Selow saja, kalem saja, sampaikan dengan tenang dan pelan padanya. Salah seorang ahli teraphist menyarankan, berbisik justru lebih ampuh untuk menertibkan atau mendisiplinkan anak. Dekap tubuh anak, dekatkan mulut kita ke telinganya dan bisikkan, "Adek anak sholehah, duduk di sini dan makan makanannya ya.."

2. Beri pilihan

Memberikan pilihan kepada anak juga melatih dia berpikir dan menimbang mana yang lebih baik untuknya. Misalnya, ketika anak meminta sesuatu di supermarket, "Ma, abang mau permen ini..". Lalu berikan dia pilihan lainnya, "Hmm, bagaimana kalau biskuit saja? Ini enak, lho, rasa keju kesukaan abang."

Dengan begitu dia akan belajar bahwa kita menolak permintaannya tapi dengan cara yang halus. Lalu bagaimana jika dia kekeuh minta permen? Jelaskan padanya, "Abang mau jajan? Boleh, Bunda kasih pilihan abang mau biskuit atau roti? Kemarin sudah makan permen, sekarang coba jajanan yang lain.."

3. Tegas tapi tetap selow

Tegas bukan keras, ya. Tegas itu adalah cara kita konsisten mengajarkan dan memberikan keputusan pada anak. Biasanya anak bisa melakukan cara lain agar permintaannya dipenuhi, dengan berteriak atau menangis kencang misalnya. Nah, tetaplah berpegang teguh pada aturan dan ketentuan, tanggapi tangisannya dengan selow, "kamu boleh kok menangis, tetap tidak akan Bunda izinkan kamu membeli permen hari ini."

---

Ayoo ambil nafas dalam-dalam, set hati dan pikiran kita untuk tetap tenang dan lebih tenang. Semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang bisa lebih selow, tidak menggebu-gebu dan cenderung melampiaskan emosi di depan anak.

Tulisan ini dibuat bukan karena saya sudah hebat dalam mengasuh anak, bukan. Tulisan ini sebagai salah satu sarana saya belajar. Jadi tidak hanya membaca, namun saya juga menuliskannya, kemudian saya belajar mempraktekkannya.

Sama-sama belajar jadi lebih baik ya... Semoga bermanfaat. :)

You May Also Like

3 comments

  1. Bener banget mbak, memarahi anak dengan cara yg tidak benar bs mengganggu kepribadiannya, jd sebisa mungkin kita sebagai ortu harus bisa slow ya menyikapi tingkah anak yg mengundang esmosi *noted

    ReplyDelete
  2. Maaf ya mb saya mau tanya ni utk sopan santun anak jaman skrg dgn jaman dulu jauh berbeda,pdhal sdh kita ajarkan dr kecil tp ttp aj berubah seiring berjalan wkt ank sdh mulai sklh..padahal sprti yg mb jlskan org tua jaman dulu lbh byk mendidik anak dgn bentakan dan menakut2i...mohon penjelasannnya ya mb

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, benar mbak.
      Anak bs berubah krn faktor lingkungan.
      Semakin dia besar, makin bsar pula tantangan kita untuk membersamainya.

      Memasukkan anak ke sekolah, berarti kita jg hrs siap dgn segala konsekuensinya. Waktunya di sekolah dan dgn lingkungan sekolah bs jd lbh banyak drpd waktunya bersama kita. Tgl kitanya nih, gmn agar ttp bs membagi waktu agar kita bs "masuk" memberi pengaruh baik dan kpd si anak. Jgn sampai, pengaruh dr luar (yg cenderung buruk) yg malah lebih banyak masuk mempengaruhinya.

      Delete