• Home
  • About Me
  • Category
    • Sharing
    • Info & Tips
    • Parenting
    • Family
    • Homeschooling
    • Review
    • Traveling
    • Tentang Buku
    • Gelora Madani Batam
    • Event
Youtube Instagram Twitter Facebook

Cerita Umi



Setelah sekian lama berlalu, akhirnya saya mau cerita tentang kami yang akhirnya terpapar Covid -  Semua berawal di Ramadhan 2021 lalu. Sehari sebelum Ramadhan, suami merasakan ada sesuatu yang nggak nyaman pada tubuhnya. Awalnya sih, katanya gejala asam lambung, lalu pagi itu makan ikan asin, tiba-tiba tenggorokan sakit. Nggak mikir ke arah Covid sama sekali, cuma mikir ini tenggorokan nggak enak gara-gara makan ikan asin.

Oke, hari itu banyak minum air putih hangat, bahkan sampai konsultasi ke dokter baik kenalan kami dan dikasih beberapa rekomendasi obat. Sampai akhirnya, suami demam. Masih berpikir gara-gara ikan asin (kasian tu ikan asin). Tenggorokan tetap nggak nyaman, hidung mulai ikut-ikutan nggak nyaman. Demamnya nggak terlalu tinggi, suhu naik dan turun bergantian, nafsu makan hilang, dipaksakan makan jadi pengen muntah. Padahal itu udah bulan Ramadhan, suami masih merasa kuat puasa meskipun sahur dan buka makannya nggak selera.

Alhasil, seharian beliau hanya banyak tiduran, sampai akhirnya berhasil sampai waktu buka puasa. Lemes banget dong, tapi benar-benar berjuang supaya tidak meninggalkan puasa satu haripun. 

Beberapa hari demam naik turun, badan lemes, dan nafsu makan nggak enak, suami masih belum mau ke rumah sakit. Kami benar-benar mengandalkan dokter kenalan kami yang super baik, konsultasi hampir setiap hari melalui Whatsapp, obat-obatan dan vitamin kami beli juga via online melalui aplikasi khusus memesan obat-obatan dari apotek-apotek terdekat.

Di hari ketiga, demam suami mulai turun Alhamdulillah, tapi gantian Aal yang demam. Demamnya cukup tinggi sampai 39,4°C. Kami tetap menyangkal pikiran tentang Covid, kami berpikir, "Mungkin Aal kecapaian." Kami mengobati Aal dari rumah sambil berkonsultasi dengan dokter baik kenalan kami yang selalu sedia membantu kami sekeluarga saat itu. Sebenarnya saya agak khawatir  kalau Aal yang demam, karena dia punya gejala asma. Asamanya biasa kumat saat dia demam, atau sakit flu atau batuk. Saya pun menyiapkan beberapa obat yang mana tahu nanti akan Aal butuhkan, untuk berjaga-jaga.

Hari itu hari Jumat, 16 April 2021, hari ketiga Ramadhan dan kondisi suami sudah membaik. Beliau pergi sholat Jumat sekalian ke tempat kerjanya setelah libur beberapa hari sebelumnya.

Sorenya, suami tergerak untuk coba melakukan tes antigen di rumah sakit depan tempatnya bekerja. Nggak curiga sama Covid (masih berfikir positif bahwa ini bukan Covid), hanya pengen make sure aja kalau ini tuh benar-benar bukan Covid. Biar tenang ngerawat anak di rumah.

Tapi hasilnya. ternyata... GARIS DUA, alias positif Covid19. Shock.

Sesampainya di rumah, suami langsung mengabari saya. Saat itu saya anggap suami saya sedang bercanda. "Enggak, Abi nggak bercanda kalau soal kesehatan, Sayang." Kata suami meyakinkan saya, dan saya pun terdiam. Kami bingung harus gimana, "Harus Swab PCR nggak, ya?", "Harus lapor Puskesmas nggak, ya?" Kami duduk berhadapan sambil mencari solusi dan jalan terbaik.

Suami bertanya, "Abi baiknya isolasi di kamar kos atau gimana, ya?" Kebetulan, satu kamar kos kami sedang kosong saat itu. Saya pun menjawab, "Di sini ajalah kita sama-sama, kan kita close contact banget dari kemarin-kemarin, makan bareng, tidur sekamar berempat. Dari pada di kamar kos sendirian." Saya memilih begitu.

Reaksi anak-anak pun kaget saat mengetahui keadaan Abinya saat itu, "Apa??! Masa ada virus Corona di tubuh Abi? Aal juga?" 

"Bisa jadi, karena Aal ada gejala demam. Kalau mau tau pasti harus dicek antigen/swab." Saya dan suami menjawab.

"Haaa nggak mau hidung Aal dicucuk!" Katanya. "Oke, yaudah, jadi kemungkinan virus Corona itu ada di rumah kita. Sekarang kita harus perang! Nanti akan Umi siapkan senjata-senjata untuk menyerang dia (virus)! Senjatanya berupa vitamin, makanan sehat, tidur cukup dan kita harus bersenang-senang, yaa.." Mereka pun mengangguk, daripada dicucuk.

Saumi pun memutuskan, "Kita isolasi mandiri semuanya, nggak perlu Swab lagi lah. Akurasi tes antigen itu  mencapai 97%, dan kita juga bergejala. Kata rumah sakit (tempat suami antigen), hasil antigen Abi sudah dikabari ke Puskesmas. Kalau nanti Abi dihubungi untuk jalani Swab PCR ya nurut saja lah, kalau pun harus isolasi ke Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Galang, ya sudah dijalani sajalah. Yang penting sekarang ini kita mulai isolasi mandiri dan lewati masa-masa ini." Pasrah. Cuma itu yang kami bisa, nggak mau terburu-buru melalukan Swab PCR mandiri. Apalagi saat itu kasus Covid di Batam lagi naik-naiknya, tiap orang yang memiliki hasil Swab PCR positif pasti diisolasi ke RSKI. Sebisa mungkin kami hadapi sendiri, berusaha sehat, berjuang agar lekas sehat serta berpasrah pada Allah saja.

...

Beberapa hari kemudian, saya mulai merasakan gejala. Kepala berat, lemas, batuk, dan pelan-pelan penciuman saya menghilang. Pas banget bertepatan dengan period menstruasi saya, jadi saya nggak puasa dan bisa tetap banyak minum dan makan yang cukup. Aal sudah membaik saat itu. Demamnya sudah turun, saya bersyukur sekali dia tidak sampai asma. Hanya demam sekitar 2-3 hari, kemudian dia sehat lagi seperti sedia kala. Jadi, walaupun saya agak drop, tapi saya lega karena Aal baik-baik saja. Oh ya, suami saya pun sudah sehat saat itu, nafsu makan juga pelan-pelan kembali baik.

Maryam menyusul bergejala. Dia demam ringan tengah malam bikin saya nggak bisa tidur. Suhunya 37,6°C dan langsung saya kasih paracetamol. Tiap jam saya pantau suhu tubuhnya, syukurnya tidak pernah lebih dari 38°C. Siang harinya, suhu tubuhnya perlahan kembali normal dan sore harinya demampun hilang.

Ya Allah, saya bersyukur sekali Maryam tidak mengalami gejala yang lama, hanya demam ringan numpang lewat saja. Saya yang saat itu masih drop, akhirnya bisa agak tenang dan fokus untuk memulihkan diri sendiri.

Gejala yang saya rasakan agak panjang. Batuk sampai dua minggu, penciuman hilang mau 9 hari. Rasa ingin ke Rumah Sakit tapi maju mundur, syukur dan terima kasih sekali kepada dokter kenalan kami yang baik hati. Allah lah yang pantas membalas kebaikan beliau yang selalu sedia saat kami benar-benar membutuhkan.

Sudah mau 16 hari kami isolasi mandiri, setengah bulan Ramadhan. Tapi untuk berjaga-jaga, kami memperpanjang waktu isolasi mandiri. Tidak ada buka puasa bareng orang tua, sekalipun kami tidak ada mengunjungi rumah orang tua selama Ramadhan (bahkan sampai lebaran). Sedih. Iya, sedih banget.


Beberapa Hari Sebelum Lebaran

Jadi, orang tua kami semuanya tidak tahu bagaimana kondisi kami sama sekali. Sengaja kami tutupi karena nggak mau orang tua kami khawatir dan kepikiran anak dan cucunya yang sakit. Kami tidak mengabari bahwa kami terpapar Covid karena kami anggap kami tidak apa-apa, kami anggap kami bisa melalui semua ini dengan baik, jadi kami nggak mau orang tua overthingking tentang kondisi kami. Namanya orang tua pasti akan khawatir kan.. Kami nggak mau orang tua kami malah jatuh sakit karena memikirkan kami.

Beberapa sebelum lebaran, akhirnya saya menceritakan kondisi kami sejak awal Ramadhan, sekaligus minta maaf karena belum bisa mengunjungi mereka di hari-hari terakhir Ramadhan bahkan sampai lebaran.

Benar kan, Mama auto nangis pas dengar kabar itu. Air mata berlinang-linang sambil menghujani kami banyak pertanyaan. Hehehe. Papa lebih tenang reaksinya dan bisa menenangkan Mama. "InsyaAllah nggak apa-apa, udah berlalu dan sekarang udah pada sehat."

Hampir satu jam lebih kami video call, saya menceritakan kondisi kami dari awal sampai akhirnya dinyatakan negatif tanggal 5 Mei 2021 (suami tanggal 3 Mei 2021). Alhamdulillah.

Mama dan Papa pun paham dan legowo karena kami tidak bisa berkunjung Ramadhan dan lebaran kali ini. Alhamdulillah kami saling menguatkan di Hari Raya Idul Fitri kali ini, untuk yang kedua kalinya semenjak pandemi kami berlebaran dari jarak jauh. "Yang penting pada sehat dulu yaaa, Yasti, Fendi, Aal, Maryam...." Kata Mama dan Papa menguatkan kami semua.

Ahamdulillah, kami bisa berkumpul lagi beberapa minggu setelah lebaran dalam keadaan sehat semuanya. Semoga kita semua diberi kesehatan oleh Allah, dijauhkan dari penyakit menular dan penyakit berbahaya, semoga Allah lindungi kita semua.

Selain berdoa, kita juga harus berikhtiar untuk menjaga kesehatan dan menjaga protokol kesehatan. Protokol kesehatan pun mesti double sekarang, mengingat ini virus makin sulit terkendali.

Vaksin juga menjadi salah satu cara ikhtiar. Vaksinlah jika ada kesempatan. Bagi kami "alumni" Covid, kami baru bisa divaksin setelah 120 hari dinyatakan positif (sekitar 3 bulan), begitu informasi yang kami dapatkan dari para tenaga kesehatan.


Tips Buat Teman-Teman Yang Sedang Positif

1. Pahami diri dan keluarga, adakah penyakit penyerta? Jika ada, observasi lebih ketat dan kalau bisa langsung ke Rumah Sakit. Jika tidak ada dan merasa baik-baik saja, lebih baik isolasi mandiri di rumah.

2. Tetap berpikiran positif, jangan stres. Covid ini kadang menyerang mental. Kita yang tadinya sehat, bisa jadi tiba-tiba drop karena kitanya stres. Melawan virus butuh imun yang kuat, dan stres membuat imun kita lemah.

3. Berkonsultasi dengan dokter jika kalian punya gejala ringan. Kalau tidak punya teman atau kenalan dokter, kalian bisa menggunakan aplikasi Alodokter atau Halodoc. Di sana kita bisa konsultasi dengan dokter sekaligus membeli obat via online di apotek terdekat.

4. Usahakan beli Oxymeter. Oxymeter alat untuk mengukur saturasi oksigen di dalam darah kita. Kalau saturasi oksigen kita turun (normalnya di atas 90), biasanya kita akan merasa sesak, dan itu harus segera dapat pertolongan medis (IGD). Saya beli Oxymeter via online di Shopee harganya sekitar Rp100.000 langsung dikirim menggunakan Go Send. Harga bervariasi, mulai dari Rp100.000 sampai Rp800.000 juga ada. Atau bisa juga beli di apotek terdekat.

5. Nggak usah share ke publik kalau saat itu kita positif (update status), informasikan ke rekan kerja, teman atau siapapun yang berkontak dengan kita 14 hari terakhir. Kenapa nggak usah share ke publik? Karena kadang komentar orang nggak enakin hati, saat sakit kita biasanya lebih sensitif, butuh suasana memotivasi bukan sebaliknya. "Nggak pake masker ya?", "Kalian masih pada suka ngumpul ya?", "Belum vaksin ya?", "Padahal di rumah aja, kok bisa pula kena?" dll pertanyaan atau bahkan pernyataan yang bikin badmood. Pliss, kita butuh goodmood saat itu untuk imun. Tapi...kalau kalian merasa kuat dan bodo amat dengan omongan-omongan di atas, ya silahkan share ke publik. Tentu ada pula teman-teman kita yang akan bantu mendoakan dan mensupport kita, kan?

6. Edukasi Covid kepada anak-anak sewajarnya, sesuai usia, jangan pula menakut-nakuti. Kalau saya selalu bilang ke anak-anak. "Virus itu bagaikan musuh, dan dia masuk ke dslam tubuh kita. Nah, tubuh kita punya tentara-tentara yang disebut imun. Imun tubuh yang banyak dan kuat bisa melawan virus-virus itu sampai mati dan akhirnya kalah. Kita harus menang melawan mereka! Gimana biar tentara imun kita kuat? Makan makanan sehat yang umi sediakan, minum vitamin, banyak istirahat, banyak minum air putih, dan bersenang-senang. Kalau sakit, minum obat teratur. InsyaAllah kita semua menang."

7. Sabar. Gejala tiap orang beda, lama kesembuhan tiap orang juga beda. Jangan jadi pikiran, "Kok si A cepet sembuh ya?", "Kenapa ya aku lama sembuh?" Lagi-lagi, pikiran harus dijaga agar selalu positif. Sabar saja, selagi gejala tidak memberat, kita harus terus bertahan dan berjuang. Kasihan juga para tenaga kesehatan kita yang kelelahan menangani kasus Covid ini.

8. Makan teratur, makan sehat nutrisi lengkap, banyak minum air putih, minum vitamin tambahan seperti vitamin C, D, E, B kompleks, madu, istirahat yang cukup, usahakan olahraga, berjemur matahari pagi, dll yang dibutuhkan.

9. Besar hati untuk menjalani dan melaluinya. Ini salah satu ujian dari Allah untuk kita. Jika kita mau "naik kelas", tentu akan ada ujian dan kita harus lulus dari ujian itu. Jangan menyesali keadaan, "Kenapa bisa kena, ya? Padahal kami sangat menjaga protokol kesehatan." Stop. Virus ini tuh nggak kelihatan, dia juga sudah tersebar kemana-mana. Nggak bisa lagi ditracking ini kena dimana, ketular dari siapa, kok bisa kena. Kalau kenyataannya kita kena, ya sudah, fokus saja untuk lawan dan kalahkan, fokus saja menuju sembuh dan kembali normal.

Sepertinya saya hanya bisa memberikan 9 tips di atas sesuai dengan pengalaman saya pribadi dan yang kami terapkan. Tips di atas saya tulis bukan karena saya sudah sekuat itu ya, tentu saya rapuh dan berat pada awalnya, cuma atas dukungan suami dan pembelajaran di setiap harinya yang saya dapatkan saat itu, maka saya bisa menulis tips-tips di atas dan saya bagikan kepada para pembaca blog saya. Semoga bermanfaat, yaa..

Terima kasih yaaa, buat kalian yang sudah membaca cerita saya sampai akhir. Kalau kalian ada pengalaman dengan Covid atau mau menambahkan tips, boleh kok sharing di kolom komentar.

Semoga sehat-sehat selalu ya, kita.... :)

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Pentingnya Manajemen Kebersihan Menstruasi Diedukasi Sejak Dini - Saya exited banget saat mengikuti webinar "Sehat dan Bersih Saat Menstruasi" yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Obstetri & Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia dan Mundipharma Indonesia pada tanggal 27 Mei 2021 dalam rangka menyambut Hari Kebersihan Menstruasi. Webinar ini diikuti oleh 1.000 perempuan Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman perempuan mengenai pentingnya Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM), bahkan sejak dini.

Apalagi untuk kita nih para mommies, kita harus belajar dan mempersiapkan diri, apalagi ketika putri-putri kita sudah memasuki fase remaja awal. Peran kita sebagai ibu akan sangat diharapkan sebagai pemberi informasi pertama kepada putri-putri kita nantinya. Supaya putri-putri kita kelak akan menjadi perempuan-perempuan yang bisa menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya. Jangan sampai, putri-putri kita tidak paham atau malah bingung apa yang harus ia lakukan ketika terjadi menerke (menstruasi untuk pertama kalinya).

Sebelum membahas pentingnya Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) lebih dalam bersama narsumber-narasumber yang berkompeten di bidangnya, saya akan cerita dulu tentang Hari Kebersihan Menstruasi. Hari Kebersihan Menstruasi diperingati setiap tanggal 28 Mei. Kenapa ada Hari Kebersihan Mensruasi?

Hari Kebersihan Menstruasi diperingati untuk meningkatkan kesadaran perempuan akan pentingnya Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM), serta mematahkan stigma dan norma sosial negatif terkait menstruasi yang dianggap tabu oleh masyarakat. Lalu mengapa tanggal 28 Mei?

Ternyata tanggal 28 Mei itu bukan sembarang tanggal, loh. 28 adalah rata-rata siklus menstruasi pada umumnya dan 5 adalah rata-rata lama periode menstruasi pada umumnya. 28 dan 5 maka jadilah 28 Mei, Hari Kebersihan Menstruasi.


Kenalan dengan para narasumber dan host-nya, yuk!

1. Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SP.OG (K), MPH - Anggota Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesisa (POGI)
2. Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si - Ketua Ikatan Psikolog Klinik (IPK) Indonesia Wilayah Jakarta
3. dr. Dwi Oktavia Handayani, TLH, M.Epid - Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
4. Adi Prabowo - Head of Marketing, Digital & E-Commerce Mundipharma Indonesia
5. Novita Angie - Public Figure


Sehat dan Bersih Saat Menstruasi

Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SP.OG (K), MPH menjelaskan bahwa menstruasi itu adalah sebuah kondisi normal seorang wanita. Yaitu keluarnya darah selama beberapa hari (3-7 hari) dari organ intim, satu periode setiap bulannya sekitar 21-35 hari (rata-rata 28 hari). Menstruasi menandakan bahwa seorang anak perempuan siap untuk bereproduksi (memiliki anak), karena menstruasi didahului oleh proses matangnya sel telur yang siap dibuahi.

Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) sangat penting diperhatikan agar terhindar dari beberapa masalah kesehatan  akibat penjagaan kebersihan dimasa menstruasi yang buruk. Masalah kesehatan yang sering terjadi apabila kita kurang memperhatikan kebersihan saat menstruasi, antara lain:
  • Infeksi saluran reproduksi
  • Infeksi saluran kemih
  • Infeksi jamur
  • Peningkatan resiko kanker serviks

Sebenarnya kita harus memperhatikan kebersihan organ intim kita setiap saat, ya. Bukan hanya saat menstruasi. Tentunya kita tidak ingin mengalami berbagai masalah seperti keputihan, gatal, bau tidak sedap, peradangan hingga penyakit serius seperti kanker serviks. Namun, saat mengalami menstruasi kebersihan harus ekstra lebih dijaga dibandingkan saat sedang tidak menstruasi. Kenapa? Karena ada darah, darah ini bisa menjadi tempat perkembangbiakan bakteri. Nah, bakteri inilah yang akan menyebabkan banyak masalah kesehatan seperti yang disebutkan tadi.

Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM)



Perlu diperhatikan, bahwa pembalut sebaiknya diganti setiap 4-5 jam sekali. Bahkan sebelum 4 jam pun harus diganti apabila terasa sudah penuh. Jangan lupa mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut. Cuci vagina menggunakan air mengalir dari arah depan menuju anus, jangan terbalik, karena bisa menyebabkan bakteri dari anus pindah ke vagina. Apabila menggunakan cairan pembersih vagina, gunakan cairan pembersih yang sesuai dengan pH normal vagina, yaitu sekitar 3,5-4,5. Sabun mandi tidak cocok untuk membersihkan vagina karena memiliki pH yang cukup tinggi (sekitar 7).

Untuk pemilihan pembalut, tidak ada kriteria khusus untuk memilih pambalut mana yang lebih baik karena semua pembalut itu baik. Yang terpenting itu tadi, pembalut harus diganti setiap minimal 4 jam sekali. Jika menggunakan pembalut kain atau cuci ulang, cuci pembalut sampai benar-benar bersih, keringkan dan jangan lupa disetrika. Jika menggunakan mestrual cup, boleh juga, asal jangan biarkan darah tertampung di dalam terlalu lama. Tetap harus mengganti mestrual cup setiap minimal 4 jam sekali, bersihkan dan sterilkan menstrual cup dengan benar, pasang dan lepas menstrual cup dengan cara yang benar, jangan sampai teriritasi akibat pemakaian dan pembersihan menstrual cup yang salah.

Jika kita menggunakan pembalut sekali pakai, jangan lupa untuk membuang pembalutnya dengan baik dan benar.



Pernah ada isu yang beredar mengatakan bahwa, penggunaan pembalut sekali pakai dapat menyebabkan kanker serviks. Isu ini tidak benar, lebih tepatnya kanker serviks disebabkan oleh virus HPV. Pembalut apapun bisa membuat masalah kesehatan salah satunya kanker serviks apabila tidak memperhatikan MKM-nya. Selain dengan memperhatikan MKM, kanker serviks dapat dicegah dengan vaksin HPV. Bagi yang sudah pernah melakukan hubungan seksual, kanker serviks dapat dicegah dengan menggunakan IVA atau Pap Smir.


Ibu Bicara Menstruasi

Ngerasa nggak, sih, kalau pembicaraan tentang kesehatan reproduksi dan menstruasi ini sering dianggap tabu?

Ternyata benar, narasumber berikutnya seorang Psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si menyajikan data yang menunjukkan bahwa 1 dari 4 anak Indonesia tidak pernah menerima informasi tentang menstruasi sebelum menarke (haid yang pertama kalinya). Iyaa, kebanyakan ibu-ibu di negara kita tuh ternyata merasa sulit bicara soal menstruasi kepada remaja putrinya. Kenapa sulit?

Menurut Psikolog Anna Surti Ariani atau yang kerap disapa Nina, ibu-ibu sulit bicara tentang menstruasi kepada anak karena:
  • Tabu: Pembicaraan mengenai menstruasi dinilai tabu
  • Bingung memulai: Ibu bingung memulai pembicaraan menstruasi dari mana
  • Kurang pengetahuan: Ibu kurang pengetahuan atau pengalaman untuk bicara menstruasi karena mungkin dulunya juga tidak jelaskan oleh ibunya
  • Remaja ragu: Remaja meragukan kemampuan ibunya untuk menjelaskan menstruasi
Melihat penjelasan di atas, saya jadi bertanya pada diri sendiri, "Sudah siapkah saya menjadi sumber informasi tentang menstruasi?" Harus siap, ya. Harus bisa, ya. Itulah mengapa kita harus selalu belajar terus menerus ya, Moms!

Apa efeknya jika kita tidak membicarakan menstruasi sejak dini?
  • Adanya emosi negatif: takut, cemas, marah, dll
  • Ketidaksiapan menghadapi menarke: remaja putri akan bingung harus melakukan apa jika terjadi menarke
  • Kesalahpahaman tentang menstruasi: remaja putri mengira ia sakit parah karena adanya darah yang keluar dari vagina
Lalu apa efeknya jika kita membicarakan menstruasi sejak dini?
  • Kesehatan reproduksi remaja lebih baik: remaja menyadari bahwa menstruasi adalah pertanda baik, remaja tahu apa yang harus ia lakukan jika terjadi menarke
  • Menunda hubungan seksual pertama: remaja sadar bahwa dirinya sudah bisa bisa bereproduksi (memiliki anak), maka remaja harus memperhatikan pergaulannya dengan lawan jenis
  • Mengurangi resiko masalah kesehatan mental terkait seksualitas: remaja yang teredukasi tidak khawatir dan tidak mengalami berbagai emosi negatif saat terjadinya menarke
  • Relasi ibu dan remaja akan semakin lebih dekat: tentunya dengan banyak ngobrol dan diskusi, hubungan ibu dan remaja akan semakin terjalin baik, remaja pun akan semakin percaya dengan ibunya sebagai sumber informasi yang tepat bagi kebaikan dirinya

Beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan terkait menstruasi.

Hal-hal yang dibicarakan sebelum dan sesudah menstruasi,


7 Tips Bicara Menstruasi:

1. Ingat, ibu yang paling diharapkan
Kita harus membekali diri tentang pengetahuan menstruasi, kita harus paham membedakan mana mitos dan mana yang fakta tentang menstruasi.

2. Bicara menstruasi itu tidak tabu
Buang mindset lama bahwa pembicaraan tentang menstruasi atau pendidikan seksualitas itu tabu. Justru pembicaraan ini penting dilakukan sejak dini (sesuai usia anak/remaja) untuk meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan generasi penerus bangsa.

3. Lakukan berulang kali
Pembicaraan mengenai menstruasi tidak bisa hanya dilakukan 1 kali saja. Bertahap, sejak ada tanda-tanda pubertas awal atau bahkan sebelumnya. Diawali dengan cerita, misalnya, "Iya, Umi hari ini sedang tidak sholat. Umi haid." Atau, "Umi mau beli pembalut karena sebentar lagi umi akan haid." Jika muncul pertanyaan-pertanyaan dari anak, pilihlah jawaban yang tepat sesuai dengan usianya dan kesiapannya menerima informasi.

4. Bersikap positif
Isu pubertas (termasuk menstruasi) bisa menjadi topik yang sensitif bagi remaja. PR nih buat kita para mommies untuk selalu bisa berkomunikasi postif kepada anak-anak agar ketika hendak membicarakan topik yang sensitif, anak tidak merasa terusik.

5. Banyak bertanya dan berdiskusi
Lebih baik banyak bertanya dan mendengarkan jawaban remaja daripada banyak menceramahi. Ibu juga bisa berbagi pengalaman positif.

6. Jelaskan secara kongkrit
Gunakan anatomi tubuh sederhana saat menjelaskan. Tunjukkan pembalut dan praktekkan cara penggunaannya. Dulu saya gini, nih, sering kali ibu saya menunjukkan cara memakai pembalut yang benar dan mengingatkan saya agar tidak khawatir jika tiba-tiba mengalami menarke.

7. Jelaskan juga kepada anak laki-laki
Anak laki-laki juga harus diedukasi tentang menstruasi, tujuannya agar anak laki-laki dapat lebih memahami dan menghargai perempuan. Anak laki-laki diharapkan tidak mem-bully atau mempermalukan teman perempuannya yang sedang mentruasi. Akan lebih baik jika anak laki-laki mau membantu teman perempuannya dengan memberikan air minum hangat untuk temannya yang lesu karena menstruasi, atau membantu menutupi teman perempuan yang mengalami 'bocor menstruasi di roknya'.

Saya mau cerita sedikit tentang pengalaman saya dulu ketika masih duduk di bangku kelas 6 SD. Ada seoarang teman perempuan saya yang mengalami bocor menstruasi. Mungkin saat itu dia sedang tidak memakai pembalut dan dia tidak sadar bahwa bocor menstrusi terlihat jelas di rok merahnya. Dia dipermalukan. Banyak teman-teman yang mayoritas laki-laki menertawakannya sampai dia malu. Karena itu, dia jadi tidak berani berdiri dari kursinya sampai jam pulang sekolah tiba. Kasihan dan miris. Kami beberapa anak perempuan akhirnya membantu menutupi rok belakangnya dengan jaket agar tidak terlihat lagi oleh anak-anak lain di luar kelas dan dia bisa pulang dengan aman tanpa dipermalukan lagi.

Semoga jangan ada lagi kasus-kasus bullying seperti ini. Karena jelas sekali bahwa bullying berdampak buruk terhadap mental korbannya.


Dukungan Pemerintah Dalam Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM)

Narasumber berikutnya adalah perwakilan dari Dinkes Prov. DKI Jakarta, dr. Dwi Oktavia, TLH, M.Epid yang menjelaskan bahwa ada peraturan pemerintah terkait kesehatan reproduksi.


Pemerintah juga sudah menyediakan beberapa program kesehatan yang mendukung kesehatan reproduksi remaja, antara lain:
  • UKS  (Unit Kesehatan Sekolah) yang berkolaborasi dengan puskesmas dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga sekolah.
  • Posyandu remaja, yaitu sebuah wadah Pos Kesehatan Remaja yang memfasilitasi dalam memahami seluk beluk remaja selama masa puber.
  • Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) yang merupakan penyuluhan rutin ke sekolah terkait kesehatan reproduksi dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
  • Vaksinasi HPV yang menjadi salah satu pelaksanaan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah dengan sasaran anak kelas 5 dan 6 SD untuk mengurangi resiko kanker serviks.
Dengan begitu, pemerintah berharap baik remaja putri atau wanita dewasa harus mendapatkan informasi Manajemen Kebersihan Menstruasi sejak dini agar dapat menjaga keseharan reproduksinya dengan baik.

Untuk para ibu, kita diharapkan agar dapat memberikan informasi dan edukasi yang tepat terkait Menejemen Kebersihan Menstruasi kepada putri-puti kita. Dimana informasi tersebut valid yang diperoleh dari tenaga kesehatan atau puskesmas terdekat untuk menghindari informasi atau mitos menstruasi yang tidak tepat.


Rekomendasi Rangkaian Lengkap untuk Menjaga Kesehatan & Kebersihan Area Kewanitaan

Faktanya, 1 dari 2 wanita membersihkan area kewanitaannya menggunakan sabun mandi. Stop! Itu salah, ya. Sabun mandi memiliki pH yang lebih tinggi daripada pH area kewanitaan kita, karena itu membersihkan area kewanitaan menggunakan sabun mandi tidaklah tepat.

Adi Prabowo selaku Head of Marketing, Digital & E-Commerce Mundipharma Indonesia memperkenalkan Rangkaian Lengkap untuk Menjaga Kesehatan & Kebersihan Area Kewanitaan dari produknya Betadine. Rangkaian produknya cukup lengkap, mulai dari pembersih area kewanitaan sehari-hari (Daily Protection), pembersih yang digunakan khusus pada saat menstruasi (Red Days), pembersih saat mengalami infeksi, dan tisu pembersih yang bisa kita gunakan saat sedang berada di perjalanan.


Jadi, mulai sekarang, hentian menggunakan sabun mandi biasa untuk membersihkan area kewanitaan dan pilihlah #yangideal untuk kesehatan reproduksi kita!

Share
Tweet
Pin
Share
5 comments
Newer Posts
Older Posts

About Me




Hai, saya Juli Yastuti, akrab dipanggil Juli atau Yasti. Bagi saya, menulis adalah cara menebar manfaat termudah. Mau tahu lebih lengkap tentang saya?


Baca Selengkapnya >

Contact


Email : ceritaumi2017@gmail.com / Whatsapp : 083184213939

Find Me Here

Followers

Part Of



My Books




Recent Post

Popular Posts

  • Pohon Literasi, Stimulasi Anak Suka Membaca
  • Aku Sayang Ibu, Catatan Literasi Pertama Aal
  • Review Materi Bunda Sayang Sesi 5: MENSTIMULASI ANAK SUKA MEMBACA
  • Pengalaman Melepas IUD Lama dan Memasang IUD Baru. Kapok?
  • Belajar Memanah Di Mall, Asyik Juga!

Member Of




Categories

  • Sharing
  • Info & Tips
  • Parenting
  • Family
  • Traveling
  • Institut Ibu Profesional (IIP)
  • Homeschooling
  • Batam
  • Review
  • Event
  • Tentang Buku
  • Kuliner
  • Gelora Madani Batam
  • Kolaborasi Blog
  • Mahasiswa
  • Puisi

Blog Archive

  • ►  2011 (11)
    • Jun 2011 (5)
    • Jul 2011 (6)
  • ►  2012 (2)
    • Nov 2012 (2)
  • ►  2013 (7)
    • Jan 2013 (1)
    • Feb 2013 (3)
    • Mar 2013 (1)
    • May 2013 (1)
    • Jun 2013 (1)
  • ►  2014 (13)
    • May 2014 (4)
    • Jun 2014 (4)
    • Jul 2014 (3)
    • Sep 2014 (2)
  • ►  2015 (3)
    • May 2015 (2)
    • Nov 2015 (1)
  • ►  2016 (3)
    • Jan 2016 (2)
    • Mar 2016 (1)
  • ►  2017 (56)
    • Feb 2017 (1)
    • Jun 2017 (1)
    • Aug 2017 (10)
    • Sep 2017 (1)
    • Oct 2017 (5)
    • Nov 2017 (25)
    • Dec 2017 (13)
  • ►  2018 (142)
    • Jan 2018 (21)
    • Feb 2018 (15)
    • Mar 2018 (18)
    • Apr 2018 (13)
    • May 2018 (17)
    • Jun 2018 (7)
    • Jul 2018 (9)
    • Aug 2018 (11)
    • Sep 2018 (5)
    • Oct 2018 (8)
    • Nov 2018 (7)
    • Dec 2018 (11)
  • ►  2019 (67)
    • Jan 2019 (8)
    • Feb 2019 (6)
    • Mar 2019 (7)
    • Apr 2019 (4)
    • May 2019 (5)
    • Jun 2019 (10)
    • Jul 2019 (6)
    • Aug 2019 (3)
    • Sep 2019 (6)
    • Oct 2019 (5)
    • Nov 2019 (2)
    • Dec 2019 (5)
  • ►  2020 (28)
    • Jan 2020 (7)
    • Feb 2020 (3)
    • Mar 2020 (4)
    • Apr 2020 (1)
    • May 2020 (3)
    • Jun 2020 (3)
    • Jul 2020 (2)
    • Aug 2020 (1)
    • Oct 2020 (1)
    • Nov 2020 (1)
    • Dec 2020 (2)
  • ▼  2021 (28)
    • Jan 2021 (1)
    • Apr 2021 (2)
    • May 2021 (2)
    • Jun 2021 (2)
    • Jul 2021 (4)
    • Aug 2021 (4)
    • Sep 2021 (1)
    • Oct 2021 (4)
    • Nov 2021 (4)
    • Dec 2021 (4)
  • ►  2022 (14)
    • Mar 2022 (2)
    • Apr 2022 (1)
    • May 2022 (1)
    • Jun 2022 (2)
    • Jul 2022 (2)
    • Aug 2022 (2)
    • Sep 2022 (3)
    • Oct 2022 (1)
  • ►  2023 (6)
    • Jan 2023 (3)
    • Feb 2023 (2)
    • Mar 2023 (1)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates