• Home
  • About Me
  • Category
    • Sharing
    • Info & Tips
    • Parenting
    • Family
    • Homeschooling
    • Review
    • Traveling
    • Tentang Buku
    • Gelora Madani Batam
    • Event
Youtube Instagram Twitter Facebook

Cerita Umi



Cerita Di Balik Buku "Mencintai Tanpa Syarat" - Alhamdulillah wasyukurillah. Tak henti-henti saya bersyukur, akhirnya buku solo pertama saya akan terbit juga. Buku ini adalah salah satu impian saya yang dulunya diawali sebagai blogger biasa.

"Pengen deh bisa nulis nggak cuma di blog, pengen bisa bikin buku sendiri, bisa baca tulisan sendiri di buku dan dibaca banyak orang juga..." Ucap saya mungkin sekitar 3 atau 4 tahun lalu.

Sebelumnya saya pernah menulis buku antologi, buku yang isinya ada belasan bahkan puluhan penulis. Satu penulis kebagian nulis satu judul saja. Nah, di situ tuh saya nyempil. Hehehe.

Rasanya seneng bisa baca tulisan sendiri di dalam sebuah buku. Tapi hati merasa belum puas juga, secara tulisan kita kan cuma satu judul dalam 5-6 halaman aja yah.. Pengennya satu buku tuh tulisan kita semua. Hihi. Maruk tapi positif ya, bund! Hihihi.

2 buku antologi saya sebelumnya.



Setelah berhasil membuat 2 buku antologi dengan tema yang berbeda, tawaran membuat buku antologi berikutnya terus berdatangan. Tapi, saya kurang semangat untuk menerimanya lagi. Kenapa? Karena saya punya impian bisa bikin buku sendiri. Udah cukuplah untuk saat itu punya 2 buku antologi, saya pengen sesuatu yang baru. Akhirnya, saya memutuskan untuk fokus bikin buku solo saja.

Wacana pembuatan buku solo ini tuh udah lama sebenarnya, suami saya sudah support dari tahun-tahun lalu. Tapi entah kenapa, memulainya itu loh yang berat..

Atas kesadaran diri sendiri, akhirnya saya mulai menulis untuk buku solo pertama saya pada akhir tahun 2019 lalu. "Ayo, selesaikan yaa..." Kata suami yang merupakan support system pertama dan utama saya. Eh, suami saya malah duluan bikin 2 buku solonya. Sekalian uji coba nerbitin buku pakai penerbit sendiri dari Yayasan Gelora Madani Batam kami.

"Ayo, selesaikan! Kita udah bisa ngurus ISBN nih, kita bisa nerbitin buku sendiri." Kata suami lagi. Dan saya menjawab, "Iya...Iya...Iya," berkali-kali. Bukunya nggak kelar-kelar tapi, malah bolak balik gonta ganti tema dan menggalau sendiri. Hehehe.

Sampailah pada akhirnya, saya menfokuskan tulisan yang bertema keluarga dan parenting. Buku ini berisi tentang cerita saya sebagai ibu 2 anak yang mencoba membagikan pengalaman saya selama membersamai anak-anak, bahkan kesalahan-kesalahan saya, saya juga memasukkan kisah-kisah orang-orang hebat yang saya jadikan pelajaran untuk diri saya dan saya bagikan di dalam buku Mencintai Tanpa Syarat ini.

Buku ini juga saya jadikan hadiah untuk keluarga dan anak-anak saya terutama. Saya ingin cerita kami tetap tersimpan di dalam sebuah buku yang saya tulis sendiri. Biar mereka tau, gimana sih cerita kecilnya mereka, apa aja sih kenangan-kenangan mereka bersama saya. Meskipun misalnya nanti saya sudah tidak ada di dunia.

"Menulis itu bisa membuat kita hidup lebih lama. Meskipun raga kita sudah tak ada di dunia, tetapi nyawa kita masih tersimpan di balik kata-kata." Jadi, menulislah..


Cerita di Balik Cover Buku "Mencintai Tanpa Syarat"

Foto yang ada di cover buku Mencintai Tanpa Syarat itu adalah foto Aal dan Maryam siluet saat senja. Itu foto iseng sebenarnya, bukan sesi foto yang disetting khusus untuk cover buku. Eh, syukurnya bagus dan cocok pula dijadiin cover buku.

Saat itu kami sedang gabut di rumah, maklum, sampai saat ini masih dalam masa pandemi yang mengharuskan kita untuk lebih baik di rumah aja. Saking gabutnya, kami akhirnya nyari tempat sepi dan aman untuk sekedar duduk-duduk santai, menikmati pemandangan luas (meskipun nggak indah-indah banget, hehe), dan menghirup udara segar.

Abinya anak-anak memanfaatkan waktu di tempat itu dengan berolahraga, saya duduk santai sambil memotret anak-anak yang tengah bermain bebas. Hari itu kami memang keluar rumah sedikit kesorean, dan kami akhirnya sekalian menikmati matahari terbenam. Pas pula posisinya tepat menghadap matahari terbenam, langitnya juga cerah, kami pun memutuskan untuk menunggu matahari sampai benar-benar menghilang.

Anak-anak selalu excited melihat matahari terbenam atau sunset, "Loh, kemana mataharinya? Tadi masih ada di situ!", "Wah, warna langitnya berubah tiba-tiba!" Ucap mereka takjub.

Nah, saya paling suka memotret atau merekam keseruan mereka saat menikmati sunset seperti itu. Ditambah lagi, saya memang penyuka sunset sejak remaja dulu.

Diantara beberapa foto anak-anak berlatar sunset, akhirnya saya mendapatkan satu foto yang memang apik banget menurut saya. Foto anak-anak yang sedang berpose tangan membentuk love di atas kepala ala-ala Korea, berlatar sunset, dengan warna langit yang gelap-gelap mewah gitu.

Berawal dari foto iseng, jadi foto wallpaper hp, hingga jadi foto latar belakang cover buku.


Saya suka banget dengan foto itu. Sampai akhirnya saya menjadikan foto itu sebagai wallpaper hp saya. Nggak bosan-bosan dipandangi terus...hihi.

Seiring berjalannya waktu, saya pun akhirnya hampir menyelesaikan project buku ini dan tiba lah saatnya saya mulai memikirkan desain buku ini. Secara seluruh project buku ini saya kerjakan sendiri (sambil dibimbing sama suami), akhirnya saya mulai membayangkan desain buku Mencintai Tanpa Syarat ini menggunakan latar foto anak-anak yang saya pasang di wallpaper hp saya. Yap, foto anak-anak berlatar belakang langit sunset gelap-gelap mewah itu! Selain cakep secara visualnya, bagi saya pose anak-anak pun pas banget dengan judul bukunya "Mencintai Tanpa Syarat".

Setelah dicoba-coba sama suami bagaimana jika foto tersebut menjadi latar desain buku saya, Alhamdulillah-nya cocok aja sih, resolusinya juga gede, jadi nggak akan pecah jika dicetak. Bismillah aja, hihi.

Untuk pembuatan desain cover buku, saya pun belajar membuatnya sendiri. Aal dan Maryam juga ikut andil dalam pembuatan desain cover. Misalnya, jenis font judul yang ada love-love itu Maryam yang pilih, font tulisan lainnya itu Aal yang pilih. Suami saya juga ikut membantu desain cover buku saya agar lebih tampak menarik, sekalian saya belajar bagaimana membuat cover buku menggunakan aplikasi Photoshop.

Dan tadaaa! Inilah desain cover buku saya yang akhirnya fix dan insyaAllah akan segera ada di tangan teman-teman yang sudah order. :)




---

Oh, ya. Terima kasih banget untuk teman-teman yang sudah ikutan PO, saya nggak nyangka responnya seperti ini. Semoga buku yang saya tulis bisa bermanfaat dan membawa pengaruh kebaikan bagi para pembacanya nanti.

Mohon maaf ya, jika ada salah-salah dalam penyampaian dan penulisannya. Saya masih harus banyak belajar nih dalam dunia tulis menulis. Dan saya akan sangat terbuka dengan kritik dan saran dari teman-teman sekalian.

Sekian dulu tulisan saya mengenai cerita di balik buku "Mencintai Tanpa Syarat" ini. Terima kasih untuk teman-teman sekalian yang bersedia membacanya sampai akhir.. :)
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

 


Pengalaman Pemilu di Masa Pandemi COVID-19 - Sempat was-was awalnya, ketika membaca berita bahwa Pemilihan Umum (Pemilu) untuk Kepala Daerah akan tetap dilaksanakan meskipun masih dalam masa pandemi COVID-19. Pilkada serentak 2020 dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2020, hari ini. Untuk Kota Batam, hari ini kami memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Walikota dan Wakil Walikota Batam.

Saya tidak akan membahas para pasangan calon, nggak akan. Saya hanya ingin bercerita bagaimana pengalaman saya yang tetap mengikuti pemilu meskipun masih di masa pandemi COVID-19.

Alhamdulillah, sejak usia saya 17 tahun dan mempunyai hak memilih, saya tidak pernah absen dalam memilih. Termasuk hari ini, meskipun masih di dalam masa pandemi. Awalnya sempat maju mundur, kebayang gimana ramainya TPS-TPS dipenuhi warga. Serem... Mana angka penyebaran virus COVID-19 nggak turun-turun dari puncaknya, malah terus-terusan makin tinggi kasus per-harinya.

Tapi saya baca-baca ulang, bagaimana skenario yang disiapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menjaga protokol kesehatan para memilih maupun petugasnya. Akhirnya, saya yakin dan memilih untuk tetap berpartisipasi dalam Pilkada Serentak 2020 ini.

Pengalaman saya yang tadi ikut berpartisipasi, Alhamdulillah saya merasa cukup aman. Nggak seperti yang saya khawatirkan sebelumnya. Untuk di wilayah saya, nama Daftar Pemilih Tetap (DPT) diurutkan sesuai abjad lalu dibagi menjadi 3 shift untuk jadwal pencoblosannya.

Shift I: 07.30-09.00
Shift II: 09.00-10.00
Shift III: 10.300-12.00

Kebetulan, saya mendapat jadwal pencoblosan di shift II. Saya datang sesuai jadwal, sekitar jam 9.20 pagi. Sesampainya di lapangan yang merupakan fasilitas umum RW, saya melihat ada beberapa tenda biru. Ternyata ada 2 TPS yang ada di sana.

Saya langsung berjalan menuju ke TPS dimana nama saya terdaftar. Dan beginilah kira-kira prosedur yang saya jalani selama proses penyoblosan pemilu di masa pandemi:

1. Saya dipandu untuk mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun yang sudah disiapkan.

2. Pengecekan suhu tubuh. Jika suhu tubuh kita di atas 37,3°C, maka kita akan dipandu untuk memilih di bilik suara khusus yang terpisah.

3. Petugas menjaga jarak sekitar 1 meter, menggunakan masker dan juga face shield.

4. Kita wajib menggunakan masker, membawa pena sendiri, membawa KTPel dan surat undangan.

5. Mengisi absen dan tanda tangan menggunakan pena yang kita bawa sendiri.

6. Kita diberikan sarung tangan plastik untuk melindungi kontak dengan orang-orang lainnya melalui paku coblosan yang dipakai berganti-gantian.

7. Kemudian kita boleh duduk di kursi yang letaknya berjarak-jarak untuk menunggu panggilan. Syukurnya saat itu sepi banget, jadi saya nggak pakai nunggu, langsung dikasih 2 surat suara untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, satu lagi untuk pemilihan Walikota dan Wakil Walikota.

8. Masuk ke bilik suara dan coblos pasangan calon yang terbaik menurut kita.

9. Masukkan surat suara yang sudah kita coblos ke dalam kotak yang sudah tersedia.

10. Melepaskan sarung tangan plastik dan buang ke tempat yang sudah disediakan.

11. Petugas memberi tanda berupa tinta di jari kelingking kita menggunakan cotton bud yang disiapkan untuk satu orang satu untuk menjaga kebersihan dan kontak.

12. Kita kembali mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun yang sudah disediakan di depan pintu keluar TPS.

13. Selesai.


Sesampainya di rumah, saya langsung mendisinfeksi barang bawaan saya seperti dompet, KTPel dan pena, mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun lagi, kemudian mandi.

Begitulah kurang lebih skenario yang sudah KPU siapkan untuk menjaga protokol kesehatan dalam melaksanakan Pilkada 2020 di masa pandemi ini. Alhamdulillah, berdasarkan pengalaman saya, skenario tersebut berjalan dengan baik dan saya pribadi merasa tetap aman selama berpartisipasi pemilu kali ini.

Semoga para petugas bisa selalu menjaga protokol kesehatan seketat mungkin, begitu pula dengan kita yang datang hanya untuk memilih.

Ikuti peraturan, hindari kerumunan, jaga jarak, pakai masker, bawa hand sanitizer, dan rajin mencuci tangan selama berada di luar rumah.

Jangan sampai golput, temen-temen. Nggak sampai 5 menit beres, kok. Tanpa kontak, tanpa harus berjarak dekat dengan orang-orang. Oh, ya! Kalau bisa nggak usah bawa anak-anak, ya...

Semoga pilihan kita hari ini berhasil memenangkan suara terbanyak dan bisa merealisikan harapan kita, ya!
Terima kasih sudah membaca sampai akhir.. :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Cetak Foto Online Id Photobook

Cetak Foto Online di ID Photobook, Jadi Seperti Majalah! - Masih ingat jaman kecil dulu, tiap bulan pasti difoto pake tustel (kamera jaman dulu). Kata Papa, biar kelihatan perkembangan tiap bulan dan tiap tahunnya.

Kerasanya pas udah gede, lucu dan senang aja gitu melihat foto diri sendiri ada di sebuah album. Seperti ikut menyaksikan pertumbuhan dan flashback kenangan tiap waktunya.

Nah, pas udah punya anak-anak, kebiasaan yang sama seperti papa saya lakukan. Saya suka memotret anak-anak.

Hanya saja bedanya, saat ini tidak pakai tustel atau kamera khusus, saya cuma pakai smartphone alias hape.

Entah kenapa dulu kepikiran, "Nggak penting, ah, cetak foto. Kan kalau pengen lihat tinggal liat hape, atau sosial media." Ya, dulu saya banyak menyimpan foto anak-anak di sosial media, baik Instagram atau Facebook.

Selain karena ada sosial media, saya males nyetak foto karena nggak tertarik aja gitu dengan konsep cetak foto atau album foto yang lama. Cetak satu per satu, lalu susun ke dalam satu album sendiri gitu seperti jaman dulu.

"Enakan langsung buka Instagram aja kalau mau lihat foto anak-anak," menurut saya saat itu. Sampai-sampai, saya melabeli Instagram saya sebagai "my digital album". Hihihi.

Nahh, pernah pada suatu saat saya melihat iklan akun Instagram yang bisa cetak foto kekinian gitu. Hasil cetakan fotonya bagus, jadi kayak buku majalah. Lembar per lembarnya pun menarik, sepertinya mendapat polesan editing membuat foto-foto menjadi semakin dramatis.
Baguusss! Dan saya suka! ID Photobook namanya, Instagramnya @id.photobook. 

Menariknya lagi, ID Photobook memang menawarkan cetak foto secara online yang dikirim cukup melalui hape. Bisa melalui website atau aplikasinya. Caranya mudah, tinggal upload-upload saja seperti kita upload foto ke sosial media.

ID Photobook juga menawarkan beberapa pilihan album dan contoh-contoh desain cover dan isinya. Desainnya lucu-lucu, mulai dari yang elegan, cute, cantik, minimalis, ada di sana. Pokoknya kita tinggal milih ukuran album yang diinginkan, pilih desain cover, pilih desain isinya, upload, tunggu sekitar 1 minggu, dan bereeess deh! Kita juga bisa atur urutan-urutan foto yang akan dicetak. Gampang banget, hasilnya bagus dan nggak pecah. Meskipun foto yang diambil hanya menggunakan hape.

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mencetak foto di ID Photobook karena ikut Giveaway (GA) di Youtube-nya Awitalife. (Subscribe gaes, kontennya bagus dan suka ada GA! Hihi). Sekian lama menunda-nunda untuk cetak foto, eh, akhirnya punya juga karena dapet GA. Hihi. Thank you, Awitalife!

Jadi, buat temen-temen yang pengen cetak foto tapi pengen albumnya yang kekinian, bisa cetaknya di ID Photobook ya. InsyaAllah puas, karena saya puas banget, di luar ekspektasi pokoknya.

Nggah usah khawatir kebingungan cara pesan atau cara upload fotonya, karena di website idphotobook.com atau di aplikasinya sudah lengkaaap banget dikasih tau cara-caranya.

Untuk harga, cetak foto di ID Photobook itu punya macem-macem ukuran dan bentuk albumnya. Kalau album foto yang saya punya ini namanya Album Foto Laura, hardcover 48 halaman dengan isi 100 foto. Itu harganya sekitar Rp325.000.

Jadi harganya ya sesuai ukuran dan ketebalan albumnya itu sendiri. Kira-kira sekitar Rp100.00 - Rp400.000, yang lebih mahal juga ada sih. Jadi, kalian bisa pilih album dan harga sesuai kebutuhan dan budget kalian. Covernya juga bisa milih yang softcover atau hardcover seperti punya saya.

ID Photobook suka ngasih diskon-diskon harga tiap albumnya, dan ada promo-promo free ongkir ke seluruh Indonesia juga.

Yuklah, kepoin ID Photobook. Cetak foto-fotomu di album kekinian ID Photobook. Selamat membukukan kenangaaan!

Semoga bermanfaat yaa.. Terima kasih sudah baca sampai akhir.. :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Pengalaman Melepas IUD Lama dan Memasang IUD Baru. Kapok? - Setelah kelahiran anak kedua tahun 2107 lalu, akhirnya saya memang memutuskan untuk menggunakan KB IUD/spiral.

Kenapa IUD/spiral?

Karena inilah salah satu KB yang nggak mengganggu hormon dan juga nggak mempengaruhi ASI. Kayaknya masih ada pilihan KB lainnya yang nggak mengganggu hormon dan mempengaruhi ASI, sih. Cuma saya yakin memilih IUD setelah sekian lama berpikir dan menimbang.

Harusnya, IUD yang saya gunakan bisa digunakan dalam jangka waktu 5 tahun. Tapi, saya mengganti IUD lama menjadi IUD baru sebelum sampai 5 tahun jangka waktu pemakaiannya.

Kenapa?

Ya, karena ada sedikit masalah dengan IUD yang lama. IUD yang lama mengalami pergeseran dari posisi semestinya, rada turun 0,5cm. Walaupun nggak mempengaruhi akurasi kinerja IUD itu sendiri, tetapi IUD yang turun dari posisi semestinya ini cukup membuat saya nggak nyaman. Haid jadi lebih lama (10-12 hari), siklus haid jadi lebih pendek. Biasanya siklus haid saya 28 hari, ini berubah menjadi 20-24 hari. Kadang-kadang, saya juga merasa nggak nyaman dengan perut bagian bawah. Makanya, saya dan suami memutuskan untuk menggantinya dengan IUD baru saja.

Kenapa nggak dilepas saja?

Awalnya, pengen. Pengen juga nambah anak lagi. Apalagi, anak-anak sudah pengen punya adik lagi, sudah rindu bayi katanya. Tapi, mengingat kondisi kita yang masih dalam masa pandemi ini membuat saya berpikir-pikir panjang untuk hamil lagi.

Atau, kenapa nggak ganti alat kontrasepsi lain?

Hmm, nggak ada alasan bagi saya untuk mengganti alat kontrasepsi. IUD sudah cukup aman dan nyaman untuk saya selama ini. Masalah IUD-nya turun, menurut dokter itu biasa. Mungkin saya pernah beraktifitas agak berat, angkat berat, atau lainnya yang menyebabkan IUD turun.

Sebenarnya saya juga membaca-baca lagi soal alat kontrasepsi lain selain IUD, tapi saya tetap memilih IUD, nggak mau ganti yang lain. (Saya mah setia orangnya...)

Ruang tunggu yang sepi karena pandemi, pasien datang dijam yang ditentukan oleh petugas pendaftaran.

Terus, gimana rasanya ganti IUD lama menjadi IUD baru? Sakit nggak?

Hmm...lucu, nih, percakapan antara saya dengan petugas kliniknya.

Saya: Mba, mau nanya. Saya mau ganti IUD lama menjadi IUD baru, kira-kira estimasi biaya berapa, ya?
Petugas: Oh, mau bongkar pasang ya, Bu? Estimasi sekitar Rp1.200.000.
Saya: (Shock) Oke. Terima kasih.

Shock-nya saya karena petugasnya bilang "bongkar pasang", udah berasa jadi mesin yang mau ganti sparepart aja sayanya. Wkwkwk. Shock yang kedua gara-gara mendengar estimasi biayanya. "Wah, mahal juga." Pikir saya.

Seingat saya dulunya saya hanya kena Rp500.000 ribu saat pemasangan IUD yang pertama. Tapi ya sudahlah, ya, nggak apa-apa. Mau gimana lagi. Saya hanya mau membuka/memasang IUD ini dengan dokter yang memang sudah menangani saya sejak hamil anak pertama dan memang sudah sangat saya percaya.

Pintu masuk ruang periksa.

Saat bongkar pasang....

Saya masih ingat rasanya saat pemasangan IUD yang pertama dulu. Nggak sakit, kok. Nggak semenakutkan itu, kok. Pengerjaannya juga sangat cepat, hanya sekitar 3 menit aja. Ada juga, sih, rasa cekit dikit aja kayak dicubit bagian dalemnya, hehehe. Tapi nggak seberapa, kok.

Nah, meskipun ini pemasangan IUD yang kedua saya, tapi ini adalah pelepasan IUD pertama saya. Saya masih belum kebayang gimana rasanya IUD yang sudah 3,5 tahun tinggal di dalam rahim saya dilepas. "Kayak apa rasanya, ya?" Rasanya deg-degan juga! Hehe. Tapi nggak boleh panik, harus rileks, itulah cara untuk meninimalisir rasa sakit (kata Dokternya).

Oh, ya, satu lagi. Sebaiknya melepas atau memasang IUD itu ketika kita masih dalam keadaan haid di hari-hari terakhir atau darah haid sudah tinggal sedikit. Itu akan lebih memudahkan pelepasan atau pemasangan karena saat haid mulut rahim dalam keadaan terbuka.

Saya sedang haid hari ke 10 saat saya akan melepas IUD lama dan memasang IUD baru alias bongkar pasang. Saya berbaring di ranjang khusus yang ada tempat penyangga kakinya. Alhamdulillah, saya rileks banget waktu itu. Saya membayangkan wajah-wajah anak-anak yang ceria, membayangkan cerita manis drakor yang sedang saya tonton semalam, hehehe.

Ternyata, pelepasan atau bongkar IUD nggak begitu sakit. Memang nggak sakit, deh. Cuma terasa di dalam tubuh bagian bawah itu diobok-obok, dan ada sesuatu yang ditarik keluar. Nyiiit dikit aja, ngilu.

"Ini IUD lamanya ya, Jul." Kata Bu Dokter SPOG kesayangan saya menunjukkan IUD lama yang berhasil beliau keluarkan.
"Oke, Dok. Alhamdulillah." Jawab saya lega.

Kemudian saya menunggu dokter dan asistennya menyiapkan IUD baru. Beberapa alat dimasukkan ke dalam rahim untuk mengukur ulang rahim saya. IUD dimasukkan, lalu alat-alat lain dimasukkan juga untuk memutus benang IUD yang kelebihan panjangnya.

Rasanya cekat cekit. Kadang rasanya bikin kaget, tapi saya berusaha rileks lagi. Proses pelepasan dan pemasangan atau bongkar pasang ini berlangsung sekitar 7 menitan. Lega rasanya ketika dokter beres mengerjakan proses pemasangan IUD baru.

"Pusing, Jul?" Tanya Bu Dokter.
"Alhamdulillah nggak, Dok." Jawab saya berusaha santai. Hihi. Padahal deg-degan, takut pusing atau nyeri perut. Secara saya sendirian ke klinik, nyetir mobil sendiri. Suami menjaga anak-anak di rumah karena kami nggak mau bawa anak-anak ke klinik di masa pandemi begini.

Alhamdulillah-nya, segala kekhawatiran saya nggak ada yang terjadi. Ada, sih, nyeri perut sedikit kayak baru mau haid gitu. Tapi rasanya masih oke dan masih bisa dibawa santai, kok. Syukurnya.

Dokter menyarankan saya untuk menjaga aktifitas fisik selama kurang lebih seminggu setelah bongkar pasang IUD ini. Tidak boleh bekerja menggunakan fisik terlalu berat, tidak boleh angkat berat, bila terasa nyeri segera tiduran dan beristirahat.

Soal biaya, syukurnya nggak semahal itu. Saya hanya kena Rp925.000 untuk pelepasan, penasangan IUD baru, administrasi dan USG (melihat posisi IUD baru).

Hari saya menulis cerita ini adalah hari kelima setelah bongkar pasang IUD. Alhamdulillah saya tidak merasakan sakit atau nyeri atau hal yang nggak nyaman lainnya. Semoga awet IUD baru ini, nggak ada masalah lagi seenggaknya sampai saya mau nambah anak lagi. Ihiiyy!

Itulah cerita pengalaman saya melepas IUD lama dan mengganti IUD baru atau bongkar pasang IUD. InsyaAllah, nggak semenakutkan yang buibu kira, kok. Siapkan aja diri, rileks, berpikir positif, dan pastikan buibu percaya dengan dokter atau bidan yang dipilih.

Semoga bermanfaat khususnya untuk buibu yang juga ingin mengganti IUD lamanya menjadi IUD baru, atau yang mau melepas IUD-nya, atau yang baru mau memasang IUD baru untuk yang pertama kalinya.

Sehat-sehat selalu, ya. Terima kasih sudah baca sampai akhir... :)


Share
Tweet
Pin
Share
4 comments


Nggak Ada Lagi Masalah Rambut Rontok Karena Ini! - Review Micci Energizing Hair Tonic - Bahagia sekali ketika menemukan satu produk yang memang kita cari-cari dan cocok! Itulah yang saya rasain ketika bisa merasakan kerontokan rambut berkurang karena menggunakan Micci Energizing Hair Tonic.

Rambut saya itu rontok banget dari dulu. Apalagi setelah melahirkan itu ya, wuhhh, parah. Habis nyisir bisa jatuh banyak, begitu juga ketika melepas ikat rambut. Banyak yang ikut.

Sudah lama akhirnya saya memilih 'ah bodo amatlah', mau gimana lagi, mungkin hormon, semoga nanti balik normal nggak separah ini rontoknya. Setelah sekian lama, nggak ada tuh perubahan. Rontok tetap banyak, tetap parah.

Sampai akhirnya pada suatu hari saya merasa lelah banget ngadepin rambut rontok ini. Terus sedih juga saat ngerasain rambut semakin tipis. Nah, mulai deh tuh nyari-nyari produk hair care yang sreg di hati. Mulai nontonin review di youtube, di blog, baca-baca tiap produk pengurang rambut rontok, tapi belum ada yang sreg. Takut juga, kan, kalau asal nyoba-nyoba. Salah-salah takutnya rambut makin parah.

Awalnya sempet ganti shampo dulu. Shampo saya yang tadinya S*uns*lk akhirnya ganti ke Na**re. Bagus kok shampo ini. Tapi di awal-awal aja bagusnya, awal-awal aja rambut rontok saya berkurang. Entah kenapa sekian lama kemudian balik lagi rontok parah.

Akhirnya nyari shampo-shampo lain lagi. Fyi, saya jarang pakai conditioner orangnya. Dulu pernah pakai, tapi nggak merubah apapun dengan kerontokan. Akhirnya males, kan. Iya, mandi keramas plus conditioner kelamaan, anak keburu rewel nungguin di depan kamar mandi dulu itu. Hehehe.

Terus akhirnya ganti shampo Tres**mme yang hair fall control. Wangi dan formulanya enak di rambut daripada shampo yang selama ini saya pakai, tapi nggak ngaruh dengan kerontokan rambut. Lalu coba lagi Tres**mme yang sclap care yang untuk mencegah ketombe dan rambut rontok. Nahh, yang ini juga sama, wangi dan formulanya enak dan rada ngaruh sama rambut rontok saya.


Di waktu yang bersamaan, saya lihat seorang teman yang ngshare produk jualannya yang dipakainya sendiri di Instagram. Katanya, ini berhasil mengurangi rambut rontoknya dan berhasil menumbuhkan anak-anak rambut baru.

Saya yang waktu itu masih takut untuk mencoba-coba akhirnya kepo lebih jauh tentang si Micci ini. Tadinya sempat mau beli hair tonic yang ada di toko-toko aja, kan banyak tuh hair tonic di toko-toko semacam indo/alfa. Tapi entah kenapa hati ini ragu dan lebih memilih untuk order Micci Energizing Hair Tonic saja.


Bismillah. Saya berharap sama si Micci ini supaya bisa memperbaiki masalah rambut rontok saya yang sudah menahun. Harganya Rp90.000, wanginya aroma strawberry segar, cara pakainya disemprot saja ke area kulit kepala dan rambut lalu dipijat-pijat lembut (2 kali sehari).

Dan hasilnya...? Alhamdulillah sesuai harapan saya!! Finally.

Saya akhirnya membuat review tentang Micci ini setelah berbulan-bulan saya memakainya, sudah hampir habis botol yang kedua dan manfaatnya masih sangat terasa. Rambut rontok berkurang banget, tiap melepas ikat rambut paling yang ikut cuma 1-2 helai, nyisir rambut juga nggak separah dulu. Pokoknya its works banget di rambut aku.

Selain dapet manfaat di atas, saya juga ngerasain rambut saya beda dari yang dulu. Sekarang rambutnya jadi enak banget, ngegerai rambut di rumah jadi enak karena mudah diatur, dan lembut juga.

Terima kasih kak Dame udah mengenalkan  produk Micci ke saya. Bersyukur banget pokoknya!

Review ini jujur, hasil riset dan pemakaian sendiri selama beberapa lama. Bukan promosi, cuma berbagi. Siapa tau banyak temen-temen yang mempunyai masalah rambut rontok seperti saya, ya, bolehlah produk Micci Energizing Hair Tonic ini dicoba.

Kalau mau tau dan kepo-kepo dulu sama Micci, boleh ikuti Instagram kak Dame (klik di sini).

Terima kasih sudah membawa review ini sampai akhir. :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Bosan Selama #dirumah Aja? Wajar, kok. Saya Juga! - Sudah hampir setangah tahun pandemi COVID19 melanda Indonesia. Siapakah yang masih pada bertahan #dirumah aja? Cung! Saya masih bertahan juga, loh. Dan rasa bosan akut kadang melanda, wajar kan? Ini nih, yang mau saya ceritain di blog kali ini.

Rasa bosan melanda karena selama hampir 6 bulan ini di rumah aja, wajar dong ya? Bagi sebagian orang memang sudah menjalani aktifitas di luar rumah dengan peraturan New Normal. Ya, karena faktor kebutuhan juga, kita harus kerja dan kembali mengejar rejeki di luar sana, kan? Yang tadinya work from home, sekarang sudah pada mulai kerja di kantornya masing-masing seperti suami saya, yang tadinya warungnya tutup, sekarang sudah mulai pada buka. Mall dan tempat-tempat wisata pun sudah mulai buka dan orang-orang sudah mulai berpergian dan berlibur kemana-mana. Ya nggak masalah, liburan dan piknik kebutuhan juga kan, gaes? Hehehe. Yang penting tetap jaga protokol new normal yang sudah dihimbau oleh pemerintah.

Ya, itu bagi sebagian orang-orang. Namun, tak sedikit pula orang-orang yang masih memilih untuk bertahan di rumah aja. Seperti saya.

Menurut saya, saya belum perlu lah kemana-mana karena belum ada keperluan yang mendesak. Kecuali, waktu itu saya pernah ke mall sendirian untuk beli sesuatu yang memang adanya di mall. Itu juga hanya sekali dalam 6 bulan ini dan saya sangat menikmati. Hehehe. Iya, dong. Ke mall sendirian tanpa bawa anak-anak, bebas jalan ke sana kemari, berasa gadis euy! Moment ini hanya bisa terjadi karena pandemi, makanya saya cukup menikmati. Hehehe #nyengir.

Saya seorang ibu rumah tangga, nggak bekerja di luar, hanya menjalani beberapa kegiatan online dari rumah aja sejak dulu. Anak-anak juga sekolahnya di rumah (homeschooling), cuma ikut kursus bahasa Inggris via online karena pandemi, dan kursus berenang yang terpaksa dihentikan sementara lagi-lagi karena pandemi. Tentunya nggak ada alasan yang mendesak untuk saya untuk keluar rumah.

Circle hidup saya sempit banget, rumah, anak-anak, suami, tetangga pun jarang sekali. Rutinitas juga monoton, dan saya orangnya kurang nyaman menjalani hari-hari yang rutinitas yang sama setiap harinya. Akan cepat merasakan bosan. Makanya, saya nggak bisa punya jadwal rutin kayak orang-orang. Masak jam segini, beberes rumah jam segini, jadwal saya random banget. Yang penting beres, ya...hehehe.

Bayangin, dong, gimana rasanya saya menjalani hari-hari rumah aja 6 bulan ini? Ya, walaupun sebelum pandemi saya juga lebih banyak di rumah aja. Cuma, dulu masih ada lah jalan keluar rumah seperti antar anak les bahasa Inggris, antar anak berenang, pulangnya kami mampir nongkrong sekedar makan ice cream, makan-makan di luar, atau kami jalan-jalan ke mall, ke tempat wisata, dan sekarang nggak sama sekali.

Akhirnya, saya harus mencari berbagai macam cara untuk mengatasi rasa bosan yang melanda. Salah satunya, saya mulai nonton drama korea lagi. Hehehe. Selain itu, saya juga aktif berolahraga lagi di rumah, membaca buku, dan lagi nyoba-nyoba bikin jajanan untuk dijual. Sebenarnya, saya juga sedang dalam proses menulis buku solo pertama saya, tapi lagi tersendat karena....mungkin karena kurang kena udara segar. Hehehe, alasan!

Oh ya, untuk urusan belanja pun, semuanya sekarang saya kerjakan via online. Belanja bahan dapur dan bahan makanan mentah via online sama tetangga yang jualan di pasar, belanja kebutuhan rumah juga online di Indomaret Klik.

Lah, kenapa nggak belanja langsung aja sekalian nyari udara segar keluar rumah gitu?

Hmm, saya juga nggak nyaman berada di keramaian musim pandemi gini. Online sudah ngebantu banget, memudahkan, dan harganya juga nggak beda. Itulah lucunya saya, saya memilih untuk tetap bertahan dengan rasa bosan ini.

Tapi, di balik rasa bosan yang melanda saya sehari-hari, tentu saya harus lebih banyak mensyukuri. Alhamdulillah, kami masih punya rejeki untuk bisa belanja bahan makanan, masih bisa belanja untuk memenuhi kebutuhan rumah, masih bisa jajan-jajan, masih sehat wal'afiat, keluarga juga sehat semuanya. ALHAMDULILLAH.

Lalu, apa lagi artinya rasa bosan tadi? Setelah kita menyadari bahwa ternyata rasa syukur yang kita miliki harus lebih besar lagi.

Itulah kenapa saya masih bertahan di rumah. Belum tertarik untuk jalan-jalan ke mana-mana, nongkrong dimana-mana. Apalagi, saya harus bawa anak kalau kemana-mana, kan? Kecuali untuk hal-hal yang mendesak, saya bisa meninggalkan anak-anak di rumah bersama Abinya.

So, buat kalian yang juga masih pada bertahan di rumah aja. Nggak apa-apa. Rasa bosan itu wajar, tapi kita juga dianugerahi akal untuk mencari cara mengatasinya, kan? Kita bisa melakukan banyak hal yang kita sukai, seperti nonton, bikin video, masak-masak, coba-coba jualan online di rumah, bercocok tanam, dan lain-lain.

Kesehatan dan keselamatan kita yang terpenting saat ini. Kalau nggak penting dan nggak mendesak, tetaplah stay at home. Keadaan di luar belum aman, bagaikan air yang tampak tenang, tapi riuh di dalamnya siapalah yang tau?

Keep healthy teman-teman! Semoga pandemi ini segera berakhir... 
Share
Tweet
Pin
Share
21 comments

Tahun Terakhir Di Usia Kepala Dua - Tepat 29 tahun usia saya pada tanggal 6 Juli 2020 lalu. Entah kenapa, tiba-tiba saya merasa tua. MasyaAllah, 29 tahun, sebentar lagi 30 tahun a.k.a kepala tiga, euy!

Yang saya syukuri selain diri saya sendiri adalah kedua orang tua saya. Alhamdulillah, di usia saya yang ke-29 tahun ini mereka dalam keadaan sehat wal'afiat dan bahagia di usia mereka yang tidak lagi muda.

Bicara soal orang tua akhir-akhir ini bikin saya baper agak parah, karena saya rindu. Pandemi membuat kami tidak dapat bertemu dan bermain seperti dulu. Saya sedih membayangkan papa dan mama yang hanya berdua di rumah dan juga menahan rindu dengan anak serta cucu-cucunya.

"Papa mama kangen, tapi keadaannya masih kayak gini. Kita harus sabar aja dulu, ya... Semoga corona ini segera berlalu dan kita bisa ketemu seperti dulu, main sama Aal Maryam, jalan-jalan sama Aal Maryam," seperti itu kata-kata papa menguatkan saya dan saya mengaminkan.

Oke, balik lagi membahas usia saya, dari pada saya semakin baper parah.

Tahun ini adalah tahun terakhir saya di usia kepala dua. Saya masih ingat kenangan 9 tahun lalu, saat saya berulang tahun ke-20. Wahh, kepala 2... Saat itu saya merasa sudah dewasa dan sudah berpikir untuk menikah muda. Alhamdulillah, Allah mengizinkan, saya akhirnya menikah di usia 22 tahun.

Di dalam masa usia kepala 2 pula, alhamdulillah saya dikaruniai 2 orang putra putri yang lucu dan menggemaskan. Kalau dipikir-pikir, Allah tuh baik banget, Allah kasih semua yang saya impikan untuk hidup saya. Menikah muda, suami yang tepat, kedua anak yang membuat hidup kami semakin lengkap dan bahagia, orang tua dan mertua yang baik dan sehat-sehat.

Di balik segala kenikmatan yang sudah Allah berikan kepada saya, bukan berarti saya tidak pernah diberikan ujian berupa kesedihan. Pernah, pasti!

Di dalam masa usia kepala dua ini adalah masa-masa yang cukup menantang bagi saya. Dimana saya harus menyesuaikan diri sebagai seorang istri kemudian menjadi seorang ibu, belajar memahami, belajar menghargai, belajar mengesampingkan ego, belajar memaafkan dan melupakan, belajar bersyukur, belajar untuk selalu merasa cukup, dan belajar bahagia dan membahagiakan.

Saya percaya, bahagia itu kita sendiri yang ciptakan. Sedih pun begitu, sedih itu ada karena kita sendiri yang adakan. Saya belajar keras untuk menciptakan bahagia ala saya sendiri. Saya bahagia, sekeliling pun ikut bahagia. Dan saya juga percaya, seiisi rumah bahagia jika kita (seorang istri) yang bahagia lebih dulu.

Ketika saya bahagia, aura bahagia terpancar ke seluruh isi rumah. Suami juga jadi bahagia, anak-anak pun bahagia, alhasil...kerjaan rumah beres, kerjaan suami juga lancar, anak-anak dapat bermain dan belajar dengan riang di rumah.

Coba bayangkan, gimana kalau kita tidak mau menciptakan bahagaia itu sendiri? Suami juga jadi bete akibat kesensian kita yang nggak jelas sebabnya, anak-anak jadi sasaran pelampiasan, ambyarlah seiisi rumah.

Lalu bagaimana cara saya menciptakan bahagia?

Ya, tiap orang punya caranya sendiri dalam menciptakan bahagia. Kalau saya, saya biasanya menuliskan segala kekesalan, amarah dan kesedihan di dalam sebuah catatan rahasia di smartphone saya. Entah di notes, atau di chat whatsapp nomor saya sendiri. Setidaknya, emosi negatif yang ada di hati dan pikiran saya bisa lepas, tidak terpendam dan tertahan.

Setelah saya puas mengeluarkan uneg-uneg dan emosi negatif melalui tulisan rahasia, saya minta ketenangan pada Allah. Berdoa, bercerita pada Allah sambil nangis sesenggukan. Cara ini melegakan banget, apakah kalian pernah coba? Coba, deh.

Setelah hati dan pikiran saya reda dari emosi negatif, biasanya saya membaca kembali tulisan yang tadi saya buat saat melampiaskan emosi negatif sebelum saya menghapus semua tulisan buruk itu. Ketawa sendiri dong, kita memang tampak bodoh saat marah. Coba bayangkan saja, gimana jadinya jika emosi negatif itu saya lampiaskan ke suami atau anak-anak? Ambyar, rusak, bukannya selesai, malah masalah semakin melebar, yang ada hanya rasa penyesalan di belakang yang tidak ada guna.

Saya juga belajar memaafkan sebelum dimintai maaf, belajar memaafkan dan melupakan tanpa dendam. Saya tidak perlu mengharapkan seseorang melakukan sesuatu sesuai ekspektasi saya. Saya cukup melakukan yang terbaik dari diri saya. Seseorang mau berbuat yang terbaik juga atau tidak, ya, itu biar menjadi urusannya. Terlalu berharap dan berekspektasi itu bisa menghambat kebahagiaan saya, saya bisa kecewa dan saya tidak mau memilih kecewa. 

"Kebahagiaan itu kita yang ciptakan, begitu pula kesedihan. Kesedihan itu ada karena kita yang adakan."

Itu sebagian pelajaran yang pernah saya ambil di usia dua puluhan. Dan inilah tahun terakhir saya di usia dua puluhan, tentu kedepannya saya akan menghadapi tantangan hidup yang lain lagi, bisa jadi yang lebih-lebih lagi. Tapi saya percaya, Allah akan meberikan kita ujian sesuai kesanggupan hambaNya.

Semakin banyak usia, tentunya akan banyak pelajaran hidup yang harus saya ambil kemudian. Semakin banyak usia, maka semakin sedikit waktu hidup saya di dunia. 

Semoga Allah berikan kekuatan pada diri saya, menjadikan saya seorang istri dan ibu yang terbaik bagi keluarga saya, menjadi anak yang dapat membahagiakan orang tua, menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak. Dan yang terpenting, semoga saya bisa menjadi insan yang selalu berada di dalam jalan-Nya, agar saya dapat hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Teman-teman, bantu doain saya, ya! InsyaAllah, doa yang kalian panjatkan akan berbalik pula untuk teman-teman sekalian... Terima kasih. Terima kasih juga sudah membaca tulisan ini sampai akhir, semoga ada manfaat yang bisa diambil, ya!
    
Share
Tweet
Pin
Share
12 comments

Review Buku "Jangan Panggil Aku Penulis", Kumpulan Kisah Dalam Menggapai Mimpi Menjadi Seorang Penulis - Buku "Jangan Panggil Aku Penulis" adalah buku antologi yang di dalamnya merupakan karya 16 orang penulis. Ke-16 penulis ini merupakan alumni Komunitas Menulis Online / KMO Club Batch 22 kelompok 7. Beberapa diantara mereka adalah penulis pemula, beberapa diantaranya juga merupakan penulis yang sudah pernah menelurkan beberapa karya.

Latar belakang ke-16 orang penulis tersebut sangat beragam, ada yang berprofesi sebagai seorang guru, pakerja pabrik, ibu rumah tangga, mahasiswa, bahkan kuli bangunan. Ya, ada abang-abang kuli bangunan... Keren, kan? Tulisannya juga nggak main-main, lho! Beliau benar-benar membuktikan bahwa apapun profesinya saat ini, kita semua berhak bermimpi menjadi penulis dan bisa mewujudkannya!

Saya berada di salah satu penulis buku "Jangan Panggil Penulis" ini. Saya bangga berada di antara mereka, mereka adalah teman-teman baru bahkan keluarga baru yang senantiasa memotivasi dan mengingatkan saya untuk selalu menulis dan menulis terus. Saya tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka, namun mereka selalu ada memberikan suntikan semangat dikala semangat saya memudar.

Balik lagi membahas buku "Jangan Panggil Aku Penulis"...

Di buku ini, masing-masing penulis bercerita tentang  impiannya menjadi penulis, mengapa mereka ingin menjadi penulis, hambatan-hambatan yang membuat mereka ingin menyerah menjadi penulis, dan pencapaian-pencapaian mereka yang akhirnya berhasil menjadi seorang penulis. Buku ini adalah salah satu pencapaian langkah kami meraih mimpi agar bisa terbang lebih tinggi lagi.

Membaca buku ini membuat saya semakin termotivasi untuk terus menulis dan menulis lagi, menuntaskan karya buku solo yang sempat tertidur rapi. Membaca buku ini menyadarkan saya kembali, bahwa menulis adalah cara kita mengikat ilmu agar abadi, dan menulis adalah cara kita untuk menebar manfaat ke orang banyak hanya dengan ujung jari.

Di buku ini juga mengingatkan saya untuk menulis hal yang baik-baik saja, karena apa yang kita tulis itu sangat berdampak besar bagi yang membaca. Seperti kata founder KMO, Kak Tendi Murti, "Sekecil apapun tulisan yang kita buat akan memberikan pengaruh bagi pembaca. Mempengaruhi satu orang menyebabkan perubahan, perubahan banyak orang dapat mengubah peradaban."

Saya rekomendasikan buku ini untuk kalian yang mempunyai impian menjadi seorang penulis, suka nulis tapi merasa nggak bisa nulis, pengen jadi penulis tapi merasa tulisannya kurang bagus, pengen jadi penulis tapi bingung untuk memulai. Baca buku ini dan yuk..bersama-sama kita gapai mimpi!

JANGAN PANGGIL AKU PENULIS...BILA TIDAK MAMPU MENAKLUKKAN DUNIA LITERASI...




Detail Buku
Judul: Jangan Panggil Aku Penulis
Penulis: 16 Alumni KMO Club Batch 22 Kelompok 7
Desain Cover: Lina Hanifah
Editor: KMO Indonesia
Diterbitkan Oleh: KMO Indonesia
Cetakan Pertama, Juni 2020
181 Halaman; 14x20cm
Harga: Rp69.000
Pemesanan via WA 083184213939 (Juli)
Share
Tweet
Pin
Share
7 comments


Review Film IQRO: Petualangan Meraih Bintang (2017) - Salah satu kegiatan asyik saat #dirumahaja yaitu movie time, alias nonton film bareng keluarga. Nggak sengaja, saya menemukan film bagus di salah satu aplikasi nonton streaming. Nama filmnya "IQRO: Petualangan Meraih Bintang".

Film ini release pada tahun 2017, lokasi film di Lembang - Jawa Barat, tepatnya di sekitar teropong raksasa Bosscha. Pemeran utamanya adalah seorang anak remaja bernama Aisha Naurra Datau sebagai Aqilla, aktor senior Cok Simbara sebagai Opanya Aqilla (Pak Wibowo) dan Neno Warisman sebagai Omanya Aqilla.

Aqilla adalah seorang anak remaja cerdas yang sangat tertarik dengan pelajaran tentang astronomi. Dia sangat berbinar ketika gurunya menjelaskan tentang tata surya. Namun, Aqilla terlihat sedikit kesal karena berbeda pendapat dengan seorang teman sekelasnya mengenai nama-nama planet yang ada di tata surya.

Menurut Rani teman sekelasnya, pluto adalah bagian dari planet di tata surya. Sedangkan menurut Aqilla, pluto sudah tidak lagi dinyatakan sebagai planet. Mereka saling berdebat karena masing-masing berpendapat berdasarkan apa yang mereka baca. Rani membaca pernyataan di dalam buku pelajaran dan Aqilla membaca berita di situs internet.

Ibu guru menenangkan mereka dengan bijak dan memberikan tugas selama liburan membuat laporan pengamatan terhadap penemuan terbaru yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam. Aqilla bersemangat, dia memutuskan akan mengamati pluto dan membuktikan kepada temannya bahwa pluto bukan lagi sebagai planet di tata surya ini.

Ia pun meminta izin kepada ibunya untuk menghabiskan waktu liburan di rumah opa dan omanya, kebetulan opanya bekerja di teropong raksasa, Bosscha. Jadi, Aqilla bisa sambil mengerjakan tugas liburannya di sana.

Aqilla tiba di rumah opa dan oma, betapa bahagia opa dan omanya ketika bertemu dengan cucu kesayangan mereka. Di sela kesempatan, Aqilla menyampaikan rencana tugas liburannya, dia meminta kepada opa agar bisa melihat pluto secara langsung menggunakan teropong raksasa Bosscha.

Opa mengizinkan, tapi dengan syarat...Aqilla harus bisa mengaji dulu. Aqilla disarankan untuk ikut pesantren kilat yang diadakan di masjid dekat rumah opa untuk belajar mengaji. Aqilla tampak murung, kenapa harus bisa mengaji dulu baru boleh melihat pluto? Apa hubungannya mengaji dan melihat pluto?

Opa tersenyum, lalu berkata yang mampu menyentuh hati Aqilla. "Apakah Aqilla tahu, di jaman Rasulullah, Allah sudah memerintahkan untuk sholat 5 waktu? Bagaimana orang tahu kapan waktu sholat, padahal belum ada jam saat itu?"

Aqilla menggeleng dan opa melanjutkan ceritanya, "Membaca langit. Orang harus bisa membaca matahari agar bisa sholat tepat pada waktunya. Selain itu, untuk menentukan bulan Ramadhan harus bisa melihat hilal." Jelas opa sambil menunjuk ke arah langit.

"Secara tidak langsung, Allah menyuruh kita untuk memperhatikan langit, atau membaca ilmu di langit maupun di bumi. Akhirnya opa berkeyakinan, segala ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dengan Al Quran. Apakah Aqilla tahu, ayat pertama yang diturunkan Allah di dalam Al- Quran?"

"Al-Alaq ayat 1 sampai 5." Jawab Aqilla. "Alhamdulillah, benar sekali. Kata pertama adalah sederhana, yaitu IQRO artinya BACALAH. Bacalah ayat-ayat Allah yang tertulis di dalam Al Quran. Kedua, bacalah ayat-ayat Allah yang ada di alam semesta, memperlajari astronomi termasuk iqro juga. Seperti yg opa dan kamu lakukan." Aqilla tersenyum mendengar opanya.

"Yang ketiga, bacalah ayat Allah yg ada di dalam diri kita sendiri, artinya memahami apa artinya kita hidup.. Pokoknya, begitu Aqilla lancar mengaji, akan opa ajak melihat langit. Di balik langit yang gelap itu terdapat jutaan warna maupun cahaya yang tidak pernah Aqilla bayangkan sebelumnya. Indah sekali.." Opa memberi inspirasi dan motivasi kepada Aqilla untuk mau belajar mengaji.

Sebenarnya selama di rumah, Aqilla sudah belajar mengaji dengan guru ngaji pilihan ibunya. Tetapi setelah beberapa lama, kemampuan mengajinya tidak meningkat karena Aqilla sibuk bermain gadget saat belajar mengaji. Sampai-sampai, guru ngajinya pun menyerah.

Alhamdulillah, Aqilla kini berbeda, dia jadi semangat belajar mengaji ke pesantren di masjid dekat rumah opa dan oma. Malah, dia semakin rajin mengulang-ngulang bacaan mengajinya sepanjang hari hingga akhirnya ia lulus Iqro 6 dan boleh mulai membaca Al Qur'an.

Aqilla memberanikan diri untuk ikut festival lomba membaca Al-Quran bersama teman-temannya. Di sini ia ingin membuktikan kepada opa dan omanya bahwa dia sudah lancar membaca Al-Quran. Meskipun tidak menang, tapi opa dan oma sangat bangga dengan bacaan Al-Qur'an Aqilla yang sudah sangat lancar.

Aqilla kagum terhadap salah seorang temannya yang menang festival lomba mengaji. Walaupun anak itu tampak usil dan nakal, tetapi sebenarnya dia anak yang baik dan rajin membaca Al-Quran. Bacaan Al-Qurannya sangat merdu sampai masuk ke dalam hati pendengarnya.

Ternyata dia seorang anak piatu, dia menjadi anak yang murung semenjak ibunya meninggal. Akhirnya dia belajar membaca Al-Quran bahkan menghafalkannya. Al-Quran-lah yang menjadi pelipur laranya ketika ia sedih ditinggal ibunya. Dan baginya, membaca Al-Quran bukan hanya untuk memenangkan lomba kompetisi, melainkan sesuatu yang sangat penting untuk hidupnya. Aqilla belajar banyak dari kisah temannya tersebut.

Sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada opanya dan Bosscha. Bosscha tidak dapat beroperasi lagi karena adanya pembangunan hotel mewah secara ilegal dibangun di sekitar Bosscha. Pencahayaan dari proyek pembangunan tersebut mengganggu penglihatan teropong raksasa Bosscha untuk mengamati angkasa. Bosscha terpaksa ditutup dan opanya terancam tidak dapat bekerja lagi di sana.

Aqilla tidak bisa menggunakan teropong raksasa untuk melihat pluto sesuai janji opanya. Padahal, dia sudah giat belajar mengaji.

"Maafkan opa ya, sepertinya opa tidak bisa memenuhi janji opa karena Bosscha tidak bisa dipakai lagi, sayang. Padahal kamu sudah berusaha keras belajar mengaji." Opa meminta maaf kepada Aqilla karena tidak bisa menepati janjinya, opa juga menjelaskan masalah yang dialaminya sehingga Bosscha tidak bisa dipakai lagi.

Aqilla mencoba untuk memahami opanya, "Opa tidak perlu minta maaf, aku nggak pernah menyesal kok belajar ngaji. Karena sekarang aku mengaji karena aku mau, bukan karena hadiah." MasyaAllah... Aqilla justru mengkhawatirkan opanya, bagaimana dengan opanya kalau Bosscha tidak dipakai lagi? Padahal opanya sudah puluhan tahun bekerja di sana.

Opa bertawakkal hanya kepada Allah. Hingga akhirnya kabar baik pun datang kepada opa, pembangunan hotel ilegal di sekitar Bosscha disegel dan dilarang oleh pemerintah. Bosscha diizinkan untuk beroperasi kembali. Betapa bahagianya opa bisa membawa cucu kesayangannya untuk mencoba teropong raksasa  melihat langit dan melihat pluto.

Akhir cerita...Aqilla berhasil mengejerkan tugas sesuai dengan recananya. Dengan bangga Aqilla mempresentasikan laporan hasil pengamatannya terhadap pluto yang sudah bukan lagi sebagai planet di tata surya di depan ibu guru dan teman-temannya.

Pesan yang dapat diambil dari film ini:

1. Belajar membaca Al-Quran itu penting, karena semua ilmu pengetahuan yang ada di langit maupun yang ada di bumi lengkap tertulis di dalam Al-Quran. Bahkan ayat pertama yang Allah turunkan ke dalam Al-Quran adalah IQRO artinya BACALAH.

2. Belajar Al-Quran jangan karena kita menginginkan sesuatu hadiah, atau penghargaan lainnya dari manusia. Bacalah Al-Quran karena kita membutuhkannya. Walaupun kita ingin mengikuti lomba membaca atau menghafalkan Al-Quran, jangan mengharapkan hadiahnya, tetapi keberkahaan dan niat syiar untuk mengajak teman-teman lain untuk ikut membaca Al-Quran. Al-Quran itu seindah ini, lho.... Jadi, yuk, baca Al-Quran!

3. Belajar bijak dari opa. Bijak dalam mengajak cucunya untuk belajar mengaji, jangan hanya sekedar menyuruh dengan keras. Menyuruh dengan keras takutnya malah membuat seseorang itu semakin menjauh dari yang diharapkan.

4. Belajar dari temannya Aqilla yang memenangkan lomba membaca Al-Quran, bahwa Al-Quran bisa menjadi penenang hati, pelipur lara ketika sedih. Jika sedih, carilah Al-Quran, maka kita akan lebih tenang. Bacalah Al-Quran dengan hati, maka insyaAllah akan sampai pula ke dalam hati yang mendengarnya.

5. Belajar tawakkal seperti opa dan oma. Menyerahkan segalanya kepada Allah semata di saat masalah datang menghadang.

6. Oh ya, ada satu pesan baik dari film ini yang ceritanya saya skip. Jujurlah jika melakukan kesalahan, lalu meminta maaflah. Terimalah pengakuan atas kesalahan seseorang dan maaafkanlah. Jangan balas berbuatan jahat seseorang dengan perbuatan yang jahat pula, balaslah dengan kebaikan. Begitulah Rasulullah kita mengajarkan.

Itulah 6 pesan yang dapat saya ambil dari film ini. Saya tidak menceritakan film ini secara detail, banyak cerita yang saya skip supaya teman-teman jug pada nonton sendiri filmnya. Hehehe.

Film ini recommended sekali ditonton oleh segala usia. Jangan lupa dampingi anak-anak saat menonton dan ajak anak untuk berdiskusi untuk mengambil poin-poin positif yang terdapat di dalam film setelah film berakhir.

Oh ya, berikutnya ada film IQRO 2: MY UNIVERSE (2019) yang merupakan kelanjutan film ini. InsyaAllah, di movie time berikutnya akan saya tulis reviewnya juga, yaa....

Selamat menonton!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Desain Poster Photoshop

Belajar Desain Poster Simple Untuk Anak 6 Tahun Menggunakan Photoshop - Anak-anak meniru apa yang orang tuanya kerjakan, nah, inilah yang terjadi pada anak lanang kami kemarin. Gara-gara dia melihat Abinya membuat poster di Photoshop, dia juga jadi kepingin. Alhasil, kami belajar membuat desain poster simple untuk anak 6 tahun menggunakan Photoshop.

"Umi, Aal mau bikin poster juga kayak Abi. Ajarin Aal, dong. Kan Umi udah diajarin Abi, sekarang Umi ajarin Aal, nanti Aal ajarin Maryam. Gitu... Ya, Umi?" Pintanya.

"Oke, bukalah PS-nya (PS: Photoshop)." 

Dia senangnya bukan main ketika saya mengizinkannya membuat poster. Dibukanya aplikasi Photoshop di laptop saya. "Terus apa, Umi?" Dia kebingungan harus memulai dari mana.


Saya pun bertanya, "Aal mau bikin poster tentang apa?"

"Tentang Corona aja.." Jawabnya, poster yang Abinya buat juga tentang Corona. Wah, mungkin dia mau jadi saingan Abinya!

"Oke, cari backgroundnya dulu di Chrome. Tulis aja di google 'background poster', gitu." Saya mencoba menuntunnya membuat poster. Padahal, saya belum ahli menggunakan Photoshop, hanya saja saya pernah belajar di Pesona Computer Course (PCC) yang pengajarnya adalah suami saya sendiri.

Rindu, deh, belajar desain lagi di PCC, Aal juga belajar coding for kids di PCC. Semoga musim Corona cepat lenyap, sehingga PCC bisa berjalan lagi seperti dulu lagi.

Oke, lanjut ke Aal yang sedang mencari background untuk posternya. Dia sudah lihai berselancar di mesin pecarian Google, karena memang kami sering belajar menggunakan laptop. Setelah sekian kali scroll memilih background yang dia sukai, akhirnya pilihannya jatuh ke background berwarna biru muda.

"Gambarnya di download. Klik kanan mouse, lalu 'save image as..', ya.."

"Klik kanan yang ini?" Dia bertanya sambil menunjuk mousenya.

"Iya..." Jawab saya meyakininya.

Gambar pun sudah ter-download dan kembali ke aplikasi Photoshopnya.

"Kemudian, klik 'File', 'Open'. Kita ambil background yang tadi Aal download."

"File...mana File... Oh, ini!" Aal mengerjakannya dengan riang, walaupun sesekali diganggu adiknya yang sedari tadi lewat-lewat mengajaknya bermain. Hehehe.

Yes! Gambar sudah masuk ke dalam Photoshop dan siap dihias-hias agar menjadi poster yang menarik. Lalu saya bertanya, "Aal mau bikin tulisan? Kalau mau bikin tulisan nanti pakai ini yang ada huruf 'T', artinya kita mau memasukkan 'Text'."

"Iya... Oke! Ye..yeee!" Katanya sambil berjoget-joget.

"Nanti bentuk tulisannya, warnanya, dan size tulisannya bisa diubah. Letak tulisannya juga nanti bida digeser sesuai kemauan Aal. Sekarang tulis aja dulu apa yang mau A tulis ya, sayang."

"Oke, Umi!" Dia berpikir sejenak, kemudian dia menulis judul posternya STAY AT HOME! WITH US!

"Wahhh, mantappp! Stay At Home! With Us! Mau ada gambar virus Coronanya, nggak?" Saya menawarinya.

"Mauuu!!!" Jawabnya makin semangat.

"Ya sudah, cari di google lagi seperti mencari background tadi. Carinya gini, 'Corona Virus PNG'. PNG itu jenis gambarnya, kalau PNG nanti gambarnya transparan, nggak ada background. Coba aja, nanti kita lihat sama-sama. Pasti keren!" Saya coba menjelaskan se-simple mungkin supaya lebih mudah diterima Aal.

Gambar virus corona versi PNG sudah di-download dan siap dimasukkan ke dalam poster yang sedang Aal desain.


"Cara memasukkan gambar virus coronanya seperti tadi, ya. 'File', lalu 'Open', pilih gambarnya." Dengan lancar Aal memasukkan gambar virus corona ke dalam Photoshop.

"Loh, mana poster yang tadi Aal bikin? Kok cuma gambar virus corona doang?" Katanya bingung, padahal hanya tersimpan di tab yang berbeda saja.

"Nggak apa-apa, dia ada di sini. Sekarang kita pindahkan si virus corona ini ke dalam poster Aal. Pilih ini nih, yang ada garis putus-putus persegi, namanya 'rectanguler marquee tools', terus bikin persegi seperti ini sambil klik kiri mouse ditahan, ya." Saya menjelaskan sambil mempraktekkannya, kemudian saya biarkan Aal coba melakukanya sendiri sampai dia bisa.

"Terus, di-copy dengan cara pencet 'ctrl' tahan, lalu pencet huruf C. C artinya copy." Saya melanjutkan.

"Terus, buka halaman background poster Aal tadi di sini, lalu paste. Caranya mirip, pencet 'ctrl' tahan, lalu pencet huruf V. Nanti gambar virus coronanya pindah ke sini." Akhirnya dia berhasil memindahkan gambar virus coronanya, meskipun sempat bingung dan salah melakukan copy-paste.

"Setelah itu, kita atur size gambar virus coronanya. Dikecilkan saja, letakkan di ujung sini, siapa tahu Aal mau bikin kata-kata nanti di posternya." Saya memberikan beberapa saran, tapi tidak semua ia lakukan, dia punya keputusan sendiri. Hehehe.

Panjang lebar saya beri instruksi untuk mengatur size gambar, memasukkan text atau tulisan, mengarahkannya memasukkan gambar baru sampai akhirnya posternya selesai! Senangnya dia MasyaAllah...

Poster karya Aal.


Begitulah pengalaman kami mengisi waktu gabut dengan membuat poster simple untuk anak 6 tahun menggunakan Photoshop. Siapa tahu teman-teman mau mencobanya bersama anak-anak di rumah, yang penting tetap didampingi dan beri batas waktu mereka menggunakan laptop, ya...

Semoga bermanfaat! :)

Batam, 6 April 2020
(Masih dalam masa pandemi COVID19)

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hari ini adalah hari raya Idul Fitri 1441H/2020. Hari raya paling beda karena sedang berada di tengah masa pandemi. Kita semua berdiam diri di dalam rumah masing-masing, merayakan hari fitri bersama keluarga di rumah masing-masing.

Seminggu yang lalu, saya menghitung hari. Menghitung hari menuju hari ini. Entah kenapa, saya sedih. Inilah hari raya paling sedih, saya rindu rasa suka cita kala menghitung hari menuju hari ini.

Suasana sunyi.
Tidak ada suara anak-anak keliling bertakbir, tidak ada suara takbir bapak-bapak yang saling bersautan di masjid-masjid. Suara takbir ada, namun jauh, samar, tidak meriah seperti dulu.

Semangat untuk berbenah dan memasak pun runtuh. Untuk apa memasak, padahal tidak ada yang datang? Untuk apa berbenah, kita semua harus berdiam diri di rumah?

Seketika rasa sendu itu saya tepis, mencoba tegar dan menghibur diri agar tetap semangat menyambut hari yang suci. Opor ayam dan lontong sederhana saya siapkan untuk hidangan lebaran bersama keluarga kecil.

Tak terasa, air mata pun mengalir karena terbayang suasana riweh rumah mama di malam hari raya seperti ini. Bekerja sama untuk memasak, membereskan rumah, membuat kue bawang dan kacang goreng, menggelar karpet, menata kue lebaran di atas meja.

Bayangan masa lalu di malam lebaran seperti ini terlintas di depan mata. Saya memasak sambil membayangkan suasana seperti itu. Suasana lelah yang penuh suka cita dan bahagia.

Air mata saya mengalir lagi, ketika opor ayam buatan saya matang dan saya cicipi. Hmm, rasanya tidak seenak opor mama. Tidak sesuai ekspektasi. Opor ini gagal menjadi pengobat rindu.

Astaghfirullah hal'adzim. Saya sadari, saya tidak boleh begini. Masih banyak hal yang harus saya syukuri dan tetap harus behagia meskipun keadaan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Nikmat sehat adalah yang paling berharga di masa wabah penyakit seperti ini. Saya sehat, suami dan anak-anak saya sehat, orang tua dan mertua saya sehat, semua keluarga besar sehat, itulah nikmat luar biasa dari Tuhan yang saya acuhkan.

Saya terdiam memandangi layar ponsel di genggaman tangan saya. Memandangi foto mama papa di foto profil whastappnya. "Mereka pasti sedang sibuk," saya tahu mereka tetap sibuk menyambut hari lebaran meskipun tidak ada anak cucunya yang datang.

"Masak apa, Ma?" Kami saling melihat meskipun hanya di ujung layar telepon genggam (video call).
"Tauco, sambal tempe kacang, ada peyek, ....." Saya kurang konsentrasi mendengar menu-menu lebaran yang mama sebutkan. Saya menahan sedih yang tidak ingin saya tunjukkan di hadapan mama, betapa saya sangat ingin ada di sana saat itu juga.

"Ma, Pa, maaf ya kami belum bisa kesana. Kita jaga-jaga dulu, ya.."
"Iya, nggak apa-apa. Memang sekarang keadaannya kayak gini. Yang penting kita sehat-sehat semua, ya." Saya lega mendengar jawaban mama dan papa, semoga hati mereka benar-benar tidak apa-apa.

Saya dan mama papa berada di satu kota, tapi kami memutuskan untuk tetap menjaga jarak dan tidak bersama-sama secara fisik untuk sementara. Saya sayang mereka, saya hanya ingin menjaga mereka. 

Syukurnya sekarang jaman sudah semakin mudah untuk berkomunikasi, bahkan kita bisa bicara sambil bertatap muka dengan bermodal telepon pintar dan paket data/wifi. Cara inilah yang kami lakukan untuk melepas rindu, membuat lebaran tetap meriah seolah-olah kita saling bertemu.

Bahkan sangat meriah, karena saya tidak hanya silaturrahmi online bersama mama papa, melainkan juga bersama keluarga besar yang tersebar di beberapa bagian Indonesia. Kampung halaman (Baruh Gunung, Sumbar), Riau, Jakarta, Kalimantan, Jogjakarta, Medan, dan Batam.

Kita bisa saling menatap dan bercerita, kita bisa melihat tawa dan tangis haru rindu yang sama. Rumah kita tidak lagi sepi, rumah kita ramai suara speaker telepon genggam, penuh sautan suara-suara kita yang ingin menyapa dan mengucapkan kata 'selamat lebaran' dan 'mohon maaf'.

Bahagianya...

Ini lebaran kita yang berbeda. Lebaran yang syukurnya dapat memanfaatkan kemajuan jaman dan fasilitas yang ada. Meskipun berbeda, tidak ada alasan untuk kita lalai untuk senantiasa bersyukur.

Ayo kita simpan rindu bersama, semoga segeralah pandemi ini tiada, kami akan menantikan masa-masa kita bersama lagi di suatu keadaan yang lebih baik tentunya.

Bersabarlah...
Semoga lebaran ditahun depan akan berbeda pula dengan tahun ini. Lebaran tahun depan, semoga kita bersama-sama dan beramai-ramai secara nyata.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441H/2020.
Mohon maaf lahir dan batin...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Pertama Kali Nyobain Belanja Online di Indomaret Pakai Aplikasi Indomaret Klik - Sudah hampir dua bulan kita diharuskan untuk di rumah saja dan hampir sebulan pula saya nyaris nggak keluar rumah sama sekali. Dulu, sih, masih ada ke pasar atau minimarket untuk beli-beli kebutuhan rumah dan dapur. Sekarang sudah hampir nggak pernah lagi.

Urusan belanja-belanja, jatuh ke tangan suami, biar sekalian keluar untuk absen di tempat kerjanya. Tapi lama-lama, nggak nyaman juga karena kebutuhan dapur dan rumah kebanyakan kan saya yang tahu. Akhirnya, saya mulai mencari tahu bagaimana cara belanja kebutuhan dapur dan rumah secara online.

Urusan dapur, syukurnya saya sudah ketemu pasar online yang nyaman dan harganya pas di dompet saya. Nah, untuk keperluan rumah, nih, awalnya saya bingung. Tapi, saya teringat dengan Indomaret yang pernah menawarkan pilihan belanja online via aplikasi kepada saya. Boleh juga, nih, dicoba..

Kemarin adalah pertama kalinya saya cobain belanja keperluan rumah via online di Indomaret menggunakan aplikasi Indomaret Klik. Ternyata mudah juga, praktis, harga pun saya nggak merasa kemahalan, dan saya dapat free ongkir karena belanja lebih dari Rp150.000.

Nah, saran saya, kalau belanja online di Indomaret via Indomaret Klik itu mendingan kita belanja banyak sekalian. Jadi, akan lebih terasa untung dan kemudahannya untuk kita.

Bagaimana cara belanja online di Indomaret menggunakan aplikasi Indomaret Klik? Berikut saya kasih tau syarat serta cara-caranya, ya... 

1. Punya smartphone. Ini syarat utama. Belanja online via aplikasi tidak akan bisa dilakukan jika tidak punya smartphone.

2. Punya jaringan internet. Ada smartphone tapi tidak ada jaringan internet bagaikan kendaraan tanpa roda. Aplikasi tidak bisa dijalankan. Jadi, pastikan smartphone kamu punya jaringan internet, boleh paket data atau wifi.

3. Download/unduh aplikasi Indomaret Klik di Play Store (bagi pengguna iphone mungkin ada di App Store).

4. Setelah aplikasi diunduh, buka aplikasi dan daftar atau sign up. Saat mendaftar, aplikasi Indomaret Klik hanya membutuhkan data kita berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor hp, email dan password untuk membuka aplikasi.

5. Setelah melakukan pendaftaran, pilih outlet Indomaret terdekat dengan rumah kita. Cukup pilih provinsi, kota, kecamatan dan kelurahan tempat kita tinggal. Lalu, aplikasi akan menentukan secara otomatis outlet mana yang akan melayani pembelian online kita nantinya.

6. Masukkan alamat tujuan, nama dan nomor hp kita. Alamat bisa kita input lebih dari satu, misalnya alamat rumah dan alamat kantor. Nanti tinggal pilih saja kita mau belanjaannya diantar ke alamat yang mana.

7. Siap untuk belanja! Setelah syarat dan cara di atas sudah kita lakukan, sekarang kita siap untuk belanja. Di aplikasi juga kita bisa mengatahui informasi produk-produk yang sedang promo.



6. Pilih produk yang ingin dibeli, bisa pilih di kategori produk atau langsung cari saja di kolom 'search'. Produk yang kita pilih akan masuk ke dalam keranjang belanja yang letaknya di bagian ujung atas sebelah kanan tampilan aplikasi.



7. Jika produk yang ingin kita beli sudah lengkap masuk ke dalam Keranjang, kita pilih "Lanjut" untuk menentukan alamat tujuan.



8. Pilih alamat tujuan, pilih juga layanan pengirimannya. Mau yang reguler atau yang express. Untuk pengiriman reguler, belanjaan akan dikirim sekitar 5-6 jam setelah melakukan pembayaran. Sedangkan untuk pengiriman express, belanjaan akan dikirim maksimal 1 jam setelah pembayaran.


Tapi, kalau belanjaannya datang agak telat dari waktu yang dijanjikan harap maklum, ya. Di aplikasi Indomaret Klik juga sudah ada himbauan bahwa pengiriman bisa terlambat karena covid19. Mungkin rame juga yang belanja online, ya.

Untuk ongkos kirim reguler, kita dikenakan Rp5000 dan express Rp7000. Kita dapat free ongkir jika belanja lebih dari Rp150.000.

9. Pilih "Lanjut ke Pembayaran" jika belanjaan, alamat dan pengirimannya sudah fix. Pembayaran bisa via transfer bank, kartu kredit, dan lain sebagainya. Kalau nggak salah, bisa Cash On Delivery (COD) juga.

10. Kalau saya memilih metode transfer bank untuk pembayarannya. Cukup menggunakan mobile banking, pembayaran bisa kita lakukan.

11. Beres, deh! Tinggal tunggu pesanan kita dikonfirmasi dan disiapkan oleh Indomaretnya. Kita juga bisa cek status pemesanan kita, kok. Apakah pesanan kita sudah dikonfirmasi, diterima, diproses, dan dikirim.


12. Pesanan tiba! 

Mudah, kan? Iya, belanja jaman sekarang bisa sambil rebahan.

Sebenarnya, layanan belanja online Indomaret ini sudah ada sebelum adanya pandemi COVID19. Tapi, semakin populer dan dibutuhkan banyak orang semenjak adanya COVID19.

Bukan hanya Indomaret, Alfamart, Hypermart dan mart-mart lainnya juga ada layanan belanja online. Tapi yang sudah saya cobain hanya Indomaret ini. 

Tulisan ini tidak mengandung iklan atau promosi dari Indomaretnya, ya. Saya hanya sharing dan cerita tentang pengalaman saya ketika belanja online di Indomaret menggunakan aplikasi Indomaret Klik.

Semoga bermanfaat buat teman-teman yang mungkin juga sedang mencari tahu bagaimana cara belanja kebutuhan rumah secara online.

Stay safe, stay healthy and stay at home yaaa, semuanya! Semoga pandemi lekas berakhir. Aamiin.

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Percantik Rumah Dengan Perabot dan Dekorasi Berbahan Kayu - Suka gemes kalau lihat foto-foto rumah di Instagram, kok bisa ya rumahnya cakep-cakep gitu? Hehehe. Saya suka lihat-lihat foto rumah, mulai dari desainnya, aneka perabot uniknya, dekorasinya dan lain-lainnya.

Selain untuk cuci mata, bisa juga untuk inspirasi penataan rumah. Nah, belakangan ini saya suka banget lihat rumah yang menggunakan perabot dan dekorasi berbahan kayu. Kesannya manis, gitu.

Perabot dan dekorasi berbahan kayu juga cocok dipadukan dengan konsep rumah apapun, klasik, minimalis, modern juga oke. Dan saya seneng, dong, ketika tahu kalau di sekitaran rumah saya ada produsen perabot dan dekorasi rumah dari bahan kayu. Hwaaa!

Saya tahunya dari instagram, nama instagramnya @demenkayu. Awalnya, saya melihat mereka membuat aneka mainan edukatif anak-anak dari kayu seperti puzzle, wooden card montessori, wooden box isi letter (untuk anak belajar huruf/angka/alfabeth), sampai rak buku, rak mainan, wall decor, dan terus berkembang sampai ke perabot/furniture.

Sekian lama saya selalu pantau instagramnya, lama-lama saya leleh juga untuk ikut order. Hehehe. Jadilah saya order tangga anak untuk di dapur saya. Kebetulan, saya juga lagi butuh, karena anak-anak sudah mulai nampak keinginannya untuk bantu mencuci piring tapi westafelnya masih agak tinggi untuk mereka.

Sekitar 1 minggu, tangga anak saya pun beres. Hasilnya sesuai ekspektasi, pengerjaannya rapi, warnanya sesuai permintaan saya, dan kayunya nampak kokoh.

Tangga anak untuk di dapur yang saya pesan di @demenkayu


Semua produk hasil tangan ajaibnya @demenkayu diproduksi di Batam, tepatnya di kawasan ruko Buana Vista Indah 4 Batam Center. Kayu yang digunakan adalah kayu palet yang merupakan limbah kayu sisa export import dari berbagai negara di dunia.

Nah, Batam memang banyak kayu limbah gini, nih... Kalau pinter memolesnya, bisa menjadi barang yang elok seperti @demenkayu.

Kayu palet ini sudah mempunyai motif yang cantik, meskipun tidak lagi dilapisi cat. Kayu palet ini merupakan jenis kayu pinus atau pinewood a.k.a jati belanda.

Kenapa pinus? Karena pohon pinus ini termasuk sustainabke wood yang berasal dari hutan yang dikelola dengan baik, serta lebih cepat tumbuhnya dari pada pohon-pohon lainnya.

Harganya? Harganya juga lebih ramah dari pada jenis kayu lainnya. Nah, kalau kalian juga suka sama perabot atau dekorasi rumah berbahan kayu, bisa langsung hubungi @demenkayu via DM atau contact yang sudah mereka sediakan di Instagramnya.

Berikut di antaranya hasil karya @demenkayu, semoga bermanfaat!






Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About Me




Hai, saya Juli Yastuti, akrab dipanggil Juli atau Yasti. Bagi saya, menulis adalah cara menebar manfaat termudah. Mau tahu lebih lengkap tentang saya?


Baca Selengkapnya >

Contact


Email : ceritaumi2017@gmail.com / Whatsapp : 083184213939

Find Me Here

Followers

Part Of



My Books




Recent Post

Popular Posts

  • Pohon Literasi, Stimulasi Anak Suka Membaca
  • Aku Sayang Ibu, Catatan Literasi Pertama Aal
  • Review Materi Bunda Sayang Sesi 5: MENSTIMULASI ANAK SUKA MEMBACA
  • Pengalaman Melepas IUD Lama dan Memasang IUD Baru. Kapok?
  • Menyenangkan! Pengalaman Berlayar Menggunakan Kapal Roro Dari Batam ke Riau Selama 18 Jam

Member Of




Categories

  • Sharing
  • Info & Tips
  • Parenting
  • Family
  • Traveling
  • Institut Ibu Profesional (IIP)
  • Homeschooling
  • Batam
  • Review
  • Event
  • Tentang Buku
  • Kuliner
  • Gelora Madani Batam
  • Kolaborasi Blog
  • Mahasiswa
  • Puisi

Blog Archive

  • ►  2011 (11)
    • Jun 2011 (5)
    • Jul 2011 (6)
  • ►  2012 (2)
    • Nov 2012 (2)
  • ►  2013 (7)
    • Jan 2013 (1)
    • Feb 2013 (3)
    • Mar 2013 (1)
    • May 2013 (1)
    • Jun 2013 (1)
  • ►  2014 (13)
    • May 2014 (4)
    • Jun 2014 (4)
    • Jul 2014 (3)
    • Sep 2014 (2)
  • ►  2015 (3)
    • May 2015 (2)
    • Nov 2015 (1)
  • ►  2016 (3)
    • Jan 2016 (2)
    • Mar 2016 (1)
  • ►  2017 (56)
    • Feb 2017 (1)
    • Jun 2017 (1)
    • Aug 2017 (10)
    • Sep 2017 (1)
    • Oct 2017 (5)
    • Nov 2017 (25)
    • Dec 2017 (13)
  • ►  2018 (142)
    • Jan 2018 (21)
    • Feb 2018 (15)
    • Mar 2018 (18)
    • Apr 2018 (13)
    • May 2018 (17)
    • Jun 2018 (7)
    • Jul 2018 (9)
    • Aug 2018 (11)
    • Sep 2018 (5)
    • Oct 2018 (8)
    • Nov 2018 (7)
    • Dec 2018 (11)
  • ►  2019 (67)
    • Jan 2019 (8)
    • Feb 2019 (6)
    • Mar 2019 (7)
    • Apr 2019 (4)
    • May 2019 (5)
    • Jun 2019 (10)
    • Jul 2019 (6)
    • Aug 2019 (3)
    • Sep 2019 (6)
    • Oct 2019 (5)
    • Nov 2019 (2)
    • Dec 2019 (5)
  • ▼  2020 (28)
    • Jan 2020 (7)
    • Feb 2020 (3)
    • Mar 2020 (4)
    • Apr 2020 (1)
    • May 2020 (3)
    • Jun 2020 (3)
    • Jul 2020 (2)
    • Aug 2020 (1)
    • Oct 2020 (1)
    • Nov 2020 (1)
    • Dec 2020 (2)
  • ►  2021 (28)
    • Jan 2021 (1)
    • Apr 2021 (2)
    • May 2021 (2)
    • Jun 2021 (2)
    • Jul 2021 (4)
    • Aug 2021 (4)
    • Sep 2021 (1)
    • Oct 2021 (4)
    • Nov 2021 (4)
    • Dec 2021 (4)
  • ►  2022 (14)
    • Mar 2022 (2)
    • Apr 2022 (1)
    • May 2022 (1)
    • Jun 2022 (2)
    • Jul 2022 (2)
    • Aug 2022 (2)
    • Sep 2022 (3)
    • Oct 2022 (1)
  • ►  2023 (6)
    • Jan 2023 (3)
    • Feb 2023 (2)
    • Mar 2023 (1)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates