Awalnya aku menganggap pernikahan itu adalah hal yang mengkhawatirkan, menakutkan. Terpikir akan segala kekurangan dan kuatnya ego yang aku miliki dan harus siap menjadi "satu" dengan seorang insan yang akan kusebut sebagai suami. Membicarakan soal pernikahan membuat aku berpikir ribuan kali, "bisakah aku?", "kuatkah aku?". Bagaimana tidak, aku memikirkan bahwa aku akan hidup dengan seorang pria yang baru aku kenal, yang berasal dari daerah berbeda, pemikiran yang berbeda, dan yang aku syukuri Allah mempertemukan dan mempertahankan aku dengannya meskipun melalui sekenario-Nya yang cukup menarik untuk diangkat ke layar lebar *PD banget*.
Pernikahan mengajarkan aku banyak hal. Salah satu dan salah duanya adalah keikhlasan dan kesabaran. Banyak orang tua bilang, menjadi istri itu harus sabar, harus sedia mengalah, intinya harus menyenangkan hati suami dan harus mendapatkan ridho suami. Hal itu juga menjadi bahan pikiran buatku, aku belajar melawan segala ego dan segera menyadari kodratku sebagai wanita/istri. Bukan merupakan hal yang mudah, aku seorang wanita berusia 21 tahun 11 bulan 12 hari, tepat di saat aku menulis cerita abstrak ini.
Menikah di usia muda memang menjadi impianku sejak dulu, dan pria itu berhasil mewujudkan itu. Tepat pada tanggal 31 Mei 2013, dengan Bismillahirrahmanirrahim aku resmi menjadi seorang istri dari seorang pria sederhana yang teristimewa, pria impian dan menjadi sumber impian. Perasaanku saat itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku sudah menjadi seorang istri orang. Berkali-kali aku bisikkan itu di dalam hati.
Tidak ada yang mudah untuk mencapai mimpi, termasuk mimpiku yang satu ini. Banyak rintangan, cobaan demi cobaan yang dilalui. Bahkan tentang persiapan waktu pernikahan kami pun tergolong singkat, cepat, dan alhamdulillah TEPAT. Siapa yang mau harapan menikahnya tergantung-gantung? Semua pasti ingin SEGERA. Persoalan mengenai kesiapan, biaya, susunan acara dan segala macam persoalan lain yang bisa menyumbat rencana pernikahan adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi dan dilewati pasangan dan keluarga. Tapi atas izin Allah semua akan lancar dan baik-baik saja. Alhamdulillah, satu moment indah sekali seumur hidup sudah dilalui dengan baik dan lancar penuh haru dan ceria bahagia. Segala Puji bagi Allah yang sudah mendengar doaku, doa seorang pria yang sekarang menjadi suamiku, dan juga doa keluarga dan sahabat tentunya.
Tidak ada yang mudah untuk mencapai mimpi, termasuk mimpiku yang satu ini. Banyak rintangan, cobaan demi cobaan yang dilalui. Bahkan tentang persiapan waktu pernikahan kami pun tergolong singkat, cepat, dan alhamdulillah TEPAT. Siapa yang mau harapan menikahnya tergantung-gantung? Semua pasti ingin SEGERA. Persoalan mengenai kesiapan, biaya, susunan acara dan segala macam persoalan lain yang bisa menyumbat rencana pernikahan adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi dan dilewati pasangan dan keluarga. Tapi atas izin Allah semua akan lancar dan baik-baik saja. Alhamdulillah, satu moment indah sekali seumur hidup sudah dilalui dengan baik dan lancar penuh haru dan ceria bahagia. Segala Puji bagi Allah yang sudah mendengar doaku, doa seorang pria yang sekarang menjadi suamiku, dan juga doa keluarga dan sahabat tentunya.
Seseorang berkata, menikah itu bagaikan dua orang insan (suami & istri) yang siap dan naik memasuki sebuah perahu dengan berbagai impian dan tujuan. Perahu mungil nan kokoh yang berlayar menelusuri misteri kehidupan, berjalan di tengah pandangan tenangnya lautan, menebak segala kemungkinan baik dan buruk yang akan terjadi, menjadi kuat atau lemahkah kita? Hantaman ombak, pekikan petir, dan ganasnya hujan dan angin yang tidak dapat diprediksi kapan ia akan tiba. Sulit. Tetapi Allah menjanjikan keindahan dan cahaya tujuan jika pernikahan itu berlayar karena-Nya.