"Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk pribadinya sendiri." -Ibu Hasri Ainun Habibie-
Saya adalah (ex) karyawan kontrak BP Batam, tempat dimana ribuan orang menginginkan bekerja disana, termasuk saya. Kesempatan bekerja disana amat sangat mahal, dan Alhamdulillah Allah mempercayai saya untuk berada disana meskipun hanya untuk sementara.
Segala Puji Bagi Allah, rejeki saya ternyata tidak hanya berkerja disana, tetapi juga seorang anak, saya hamil setelah dua minggu bekerja. Sebenarnya status saya di tempat kerja belum diperbolehkan untuk hamil/melahirkan. Namun berlaku kebijakan, bagi karyawan kontrak yang hamil/melahirkan, maka cuti hanya berlaku 30 hari kerja saja. Bimbang. Tetapi apapun yang terjadi, anak tetaplah nomor satu.
Selama menjalani masa kehamilan, saya bekerja dan menikmati menjadi wanita (bumil/makbun) karier. Sampai pada akhirnya pangeran pertama saya lahir, dan saya memutuskan untuk berhenti.
Kenapa? Apakah tidak disayangkan? Apakah saya rugi karena kesempatan untuk bekerja disana itu mahal? Ya, saya akui sangat sayang. Tapi saya lebih menyayangi pangeran saya.
Mayoritas wanita karier mempercayakan buah hatinya kepada para orang tua. Tidak salah, itu adalah solusi terbaik bagi mereka yang memilih bekerja. Ada juga wanita karier yang mempercayakan kepada suster, pengasuh anak, atau mungkin penitipan anak. Itu juga termasuk solusi bagi wanita bekerja dan berpenghasilan memadai. Semua adalah pilihan, dan pilihan setiap orang pun tak sama.
Saya mempunyai orang tua yang sudah berusia kepala 5, karena berbagai faktor kesehatan mereka, saya tidak tega melihat mereka mengasuh bayi saya di rumah ketika saya dan suami bekerja. Saya juga belum memiliki finansial yang memadai untuk menyewa pengasuh ataupun penitipan anak.
Sebenarnya masalah finansial itu bukanlah alasan yang mutlak. Intinya adalah saya hanya ingin merawat dan mengasuh anak saya sendiri dengan tangan dan kasih sayang saya secara utuh.
Hal ini mengingatkan saya dengan kata-kata almarhumah Ibu Ainun yang tertulis dalam buku Ainun-Habibie, berikut kutipannya :
“Mengapa saya tdk bekerja?
Bukankah saya dokter?
Memang. Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu.
Namun saya pikir: buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami kehilangan kedekatan pada anak sendiri?
Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk pribadinya sendiri ?
Anak saya akan tidak memiliki ibu.
Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak, seimbangkah orang tua kehilangan anak, dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja?
Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan." -Ibu Hasri Ainun Habibie-
Sangat memungkinkan dan sangat amat bisa saya untuk tetap melanjutkan bekerja, tetapi anak saya akan kehilangan kasih sayang dari sosok ibunya beberapa jam di setiap hari-hari emas perkembangannya. Waktu tidak pernah bisa terulang, saya tidak ingin kehilangan masa-masa itu.
Finansial adalah salah satu alasan mengapa wanita memilih untuk bekerja. Tidak lain bermaksud demi kebahagiaan dan kesejahteraan anak-anaknya di masa depan. Benar sekali, saya setuju mengingat jaman sekarang yang serba mahal.. Tapi lagi-lagi itu adalah pilihan. Saya memilih mempercayakan kepada Allah tentang rezeki anak-anak saya. Bukankah Allah Maha Kaya?
Saya hanya memilih untuk sepenuhnya menjalankan tugas saya sebagai seorang ibu dan seorang istri secara penuh, belajar dan berusaha menjadi pendamping terbaik untuk suami saya yang setiap harinya melangkah mencari nafkah, dan berusaha menjadi madrasah terbaik untuk buah hati saya.
Kembali lagi pada pribadi masing-masing, bahwa semuanya adalah pilihan. Seperti itulah pilihan saya, semoga Allah meridhoi..aamiin.
Mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan saya.. :-)
-yst-