Curhat

by - 5:38 AM


Jujur, mungkin saya kurang terbiasa mengungkapkan perasaan sedih, senang, kecewa, dan lainnya pada orang tua. Canggung, begitulah kira-kira rasanya untuk saya mengungkapkan perasaan. Hal ini yang ingin saya perbaiki, keinginan saya adalah agar saya bisa menjadi teman dan sahabat bagi anak-anak.

Mengungkapkan perasaan menurut saya adalah hal yang penting, perasaan negatif khususnya. Lelah, sedang tidak enak hati dengan suami atau orang lain, lagi ada masalah lain, atau lainnya, ada baiknya kita ungkapkan juga pada anak. Tentu tidak detail, mungkin bisa dengan kata-kata, "Perasaan Umi sedang tidak enak, sayang. Maaf ya kalau kurang menyenangkan..". Kemarin saya beri tahu Aal tentang ini, kami sepakat untuk saling mengungkapkan perasaan. Saya juga mengatakan pada Aal, "Kalau Umi lagi marah, tolong diingatkan ya untuk Umi tenang..".

Begitu pula halnya pada Aal, saya ingin Aal juga bisa mengungkapkan segala perasaannya pada saya. Sedang marah sama adik atau teman, sedang tidak enak badan, sedih karena mainannya rusak atau lain sebagainya. Ungkapkan saja..

Jadi, saya mencoba flashback kembali pada memori Aal.

Umi: Sayang, Umi pernah ngga buat Aal sedih?
Aal: Hmm, enggak..
Umi: Aal seneng ga sama Umi?
Aal: Iya..
Umi: Umi pernah marah sama Aal ga?
Aal: Pernah..
Umi: Gimana kalo Umi marah?
Aal: "Udahlah, Umi ga suka. Aal makan pake sambel?"
Umi: (ngakak) Hoax banget itu kalimat terakhir, itu kan emang Umi nawarin sambel pas makan..
Umi & Aal: (ngakak berjamaah)

Ah..inilah masa belajar. Saya tidak ingin hanya mengajarinya, tapi saya juga yang banyak belajar disini. Dan tak jarang pula ia menjadi guru saya, si guru kecil saya.

You May Also Like

2 comments

  1. Kalau aku marah sering banget ditiru sama Chila. Suatu saat dia akan marah seperti aku marah sama dia. persis banget. Emang anak-anak itu peniru ulung.

    ReplyDelete