Sakit Yang Tersakit (2)

by - 12:35 AM


Bulan ini memang dikasih beberapa ujian dari Allah. Setelah Sakit Yang Tersakit bagian 1, ternyata ada pula Sakit Yang Tersakit bagian 2, inilah qadarullah. Kalau yang bagian 1 tentang Aal, kali ini tentang Maryam. Anak yang biasanya lincah, aktif dan ceria mendadak menjadi anak yang lesu, lemas dan rewel selama hampir seminggu.

Dia sakit semacam campak jerman/rubella. Awalnya demam tinggi mulai hari kamis sore, panasnya 38°, 39° dan 40.7° yang tertinggi. Panik banget! Saat itu dini hari minggu, tepat jam 00.30 Maryam rewel minta nyusu, menyentuh kepalanya ampun panasnya. Setelah saya cek dan suhunya tinggi banget 40.7°, tiba-tiba saja air mata saya mengalir. Takut terjadi apa-apa, ya, Alhamdulillah-nya dia baik-baik saja, tidak sampai kejang (na'udzubillah, jangan sampai).

Malam itu juga saya minta sama suami untuk membawa Maryam ke IGD RS Elisabeth Batam Kota, saya nggak sanggup kalau suhunya semakin tinggi. Dia tampak sangat lemah saat itu, ya ampun rasanya hati saya remuk. Padahal sabtu sore baru saja kami ke klinik, dia hanya dikasih paracematol dan vitamin. Karena demam masih 2 hari, jadi kami disarankan untuk terus observasi. Jika demam tidak turun sampai hari minggu, Maryam harus cek darah.

Di IGD, suhu tubuh Maryam 40°. Dia tidur dan lemah. Saat diperiksa dokter, diberikan obat lewat anus untuk penurun panasnya, barulah dia bangun dan menjerit, menangis. Maaf ya sayang, Umi biarkan adek nangis, adek pasti takut ya waktu itu.. Sedih banget lihat dia seperti itu. Akhirnya, saat itu juga dia cek darah.

Drama lagi saya waktu petugas lab rumah sakit mengambil darahnya. Saya harus memegang tubuhnya yang memberontak, mendengarkan jeritannya antara takut dan sakit, ambruk hati saya! Sekuat tenaga menahan tangis di depannya pun seketika pecah juga. Menunggu hasilnya membuat saya dag dig dug, sambil terus berdoa semoga hasilnya baik, kami tidak perlu check in di RS ini.

Alhamdulillah, hasil cek darah keluar. Hasilnya baik, demamnya disebabkan oleh virus, hanya hemoglobin (hb) nya lebih rendah dari skor normalnya. Saya disarankan memberikan ati ayam atau daging sapi segar untuk MPASInya. Iya, selama demam Maryam tidak nafsu makan. Lagi-lagi yang membuat saya sedih tuh, ya ini. Dia nggak mau makan, minum pun kadang penuh drama, syukurnya nyusu ASI alhamdulillah dia kuat.

Demamnya mulai turun hari minggu sore, senin pagi suhu tubuhnya mulai normal. Tapi, muncul bintik/bercak merah di daerah perut, dada, belakang telinga, pipi dan menyusul ke kaki dan tangannya. Saya teringat Aal juga pernah begini saat dia berumur sekitar 10 bulanan. Ini campak jerman, feeling saya saat itu. Untuk memastikan, kami ke klinik lagi. Dan ya, benar.



Meskipun sudah tidak demam, tapi Maryam masih sangat lemah. Mungkin karena kurangnya asupan yang ia dapat, dia masih susah makan dan minum. Melihat tubuhnya merah-merah, sedih lagi saya. Tapi bersyukur juga, setidaknya ini awal yang baik, semoga keluar semua penyakitnya dan dia bisa pulih kembali. Rindu dengan kerempongannya, lincahnya, tawanya, cerianya, ah mengingat itu benar-benar menyedihkan.

Senin sore dia mulai mau makan, mulai berantakin isi lemari, sudah sedikit bertenaga, tapi masih pusing kayaknya, goyang-goyang kalau berjalan, dan masih rewel. Selama sakit dia tidak lepas dari gendongan saya dan abinya, begitulah bergantian. Kadang juga tidak mau lepas dari gendongan saya, erat sekali dia melingkari leher saya ketika saya menggendongnya, dan kepalanya yang selalu bersandar lemah di bahu saya.

Selasa pagi, Alhamdulilah dia mulai mau makan dan minum lebih banyak dari hari sebelumnya. Sudah mulai lebih besemangat, meskipun seluruh tubuhnya merah, bahkan sampai matanya pun terlihat bengkak. Malamnya sudah bisa bermain dengan mamasnya, senangnya.


Bintik dan bercak mulai memudar di hari Rabu, dan di hari Kamis nyaris bersih. Makan dan minumnya sudah semangat seperti sedia kala. Lincahnya pun kembali, dan saya rempong lagi, Alhamdulillah. Umi lebih senang merempong, Nak. Asalkan kamu sehat. Umi santai-santai di tempat tidur jagain adek tuh lebih 'melelahkan' dari pada jagain adek yang jalan kesana kemari dengan lincah dan aktifnya.

Kurang lebih 5 hari itulah hari terberat bagi kami, dipenuhi rasa khawatir dan tangisan saya. Rindu, rindu sekali dengan cerianya Maryam yang hilang saat dia sakit dan lemah.

Saat itulah saya baru merasakan bahwa rindu itu memang berat, benar juga kata Dek Dilan. Alhamdulillah saya kuat melalui beratnya rindu saat itu. Sekarang Maryam kembali ceria, semoga Allah kuatkan tubuhnya, jauh dari penyakit berbahaya. Aamiin.

You May Also Like

0 comments